LOVELY WAITRESS CHAPTER 8 (CONFESSION)

Minggu, 17 Maret 2013

Lovely Waitress

Author: Blueberry Cake 
Rok biru yang mengembang dan di rambutnya tersemat sebuah hiasan kepala warna putih. Walau hanya seorang pengantar makanan, tetapi gadis ini mampu membuat seorang lelaki memimpikannya setiap malam. EPILOG...
Rated: Fiction K - Indonesian - Romance/Friendship - Naruto U. & Hinata H. - Chapters: 10 - Words: 33,651 - Reviews: 140 - Favs: 40 - Follows: 2 - Updated: 06-19-10 - Published: 03-05-10 - Status: Complete - id: 5793472 

*cemberut 10 cm* Readers: Woy, Blue! Kenapa cembetut aja kayak buaya?
Gila ya! Parah abis! Blue baru aja nerima flame dari seseorang yang tak tahu diri dan meng-flame fict Blue seenaknya! Bukan fict ini sih, fict yang lain. Kata-katanya sungguh 'manis' dan 'menyenangkan'. Sudah jelas-jelas ada warningnya, dan sudah Blue katakan kalau Blue memang tidak berbakat di rate M dan akan berhenti sementara dari rate itu menunggu sampai cukup umur. Ya ampun, ini udah tahun berapa sih flame masih jaman aja. Dan dia mengatakan flame itu menyenangkan. Kenapa tidak dia flame (bakar) saja dirinya sendiri? Flame sih flame, tapi ga sampai segitunya juga kale.. Mungkin tuh orang tinggal di jaman baheula kali ya (curhat.. xD) Duh, duh, kenapa Blue malah curhat bukannya menjelaskan isi fict ini ya? Maaf ya, habis Blue bete berat sih dapat flame kayak gitu dari seseorang yang akhirnya membuat Blue down dan proses pembuatan chapter ini agak tersendat. Gomen ne…
Disclaimer: Om Kishi… Blue mau curhat! Huweeee~~! Om Kishi: Cup, cup, nanti om beliin balon yang bentuknya kotak ya. *blue sweatdropped*
Enjoy it!


Lovely Waitress

Naruto dan Minato keluar dari ruang persidangan sekitar pukul 13.00. Beruntung karena proses persidangan perceraian Minato dan Fuuka berjalan lancar. Sepanjang proses berjalan tadi, Fuuka tak henti-hentinya menangis membujuk Minato untuk menarik gugatannya agar tidak menceraikannya. Naruto yang berada di belakang kursi Minato, menatapnya sinis karena dia tahu bahwa Minato tak mungkin mencabut kembali keputusannya yang sudah bulat.
"Hmm.. Naruto, maafkan aku kalau selama ini aku salah padamu. Aku tidak mau mendengarkanmu sehingga aku bisa lihat sendiri bagaimana kebusukan Fuuka." ucap Minato. Naruto tak menjawab.
"Maukah kau memaafkanku?"
"Tousan ngomong apa sih? Ya jelaslah aku sudah memaafkan tousan! Ah, dasar. Daripada membicarakan itu bagaimana kalau kita makan? Perutku terus menyelenggarakan orkestra sejak 2 jam yang lalu." canda Naruto menyikut lengan Minato. Minato tersenyum senang.
"Naruto.. Kau.. Baiklah! Tousan yang traktir!" ujar Minato merangkul leher Naruto.
"Yippie! Asyik! Itu baru yang namanya otousanku!" seru Naruto girang. Minato menepuk-nepuk bahu Naruto dengan senang.
"Tousan, ceritakan dong tentang kau dan Kaasan." pinta Naruto sembari menyeruput ramennya.
"Hahaha. Memang kenapa? Kau mau tahu saja rahasia orang tua." kata Minato tertawa kecil.
"Aaah, otousan nggak asyik! Aku kan sudah umur 25 tahun, sepantasnya kan aku mengetahui asal-usulnya kalian berdua bisa bersama dan bagaimana terciptanya aku. Mungkin bisa kujadikan pelajaran untuk mencari calon istri." ucap Naruto kembali mengunyah ramennya.
Pipi Minato merona seketika saat Naruto mengatakan bagaimana bisa dia bertemu dengan Kushina dan bagaimana bisa dia menciptakan seorang anak bernama Naruto? Mengenang semua kenangan yang sudah lama dia tinggal bersama Kushina membuat Minato sedikit tersipu mengingatnya.
"Kau kenapa sih? Tiba-tiba ingin tahu ceritaku dengan Kushina. Hmm.. Kau sedang jatuh cinta ya? Sama siapa? Cantik tidak?" tanya Minato memasang tampang sok misterius yang membuat Naruto tersedak ramen.
"Uuh.. Otousan, apa-apaan kau. Sok tahu sekali.." keluh Naruto setelah meminum air dengan wajah memerah. Minato tertawa.
"Umurmu kan sudah 25 tahun. Masa tidak ada wanita yang kau sukai?"
"I-itu.. Ada sih.." jawab Naruto malu-malu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Siapa?"
"Ga-gadis yang pernah kuajak ke kos-kosan.. Gadis berambut indigo itu.." jawab Naruto menundukkan wajahnya dan berbicara tergagap seperti meniru gaya Hinata.
"Oooh! Gadis itu! Wah, pantas saja kau menyukainya. Walau cuma sekilas aku bisa melihat bahwa gadis itu manis sekali." celetuk Minato.
"Otousan! Ceritakan tentang dirimu dan Kaasan!" sentak Naruto karena tak tahan menahan malu yang membuatnya semakin matang dan memanas yang mungkin bisa membuat sebuah telur goreng di wajahnya (?)
"Hahahaha.. Iya,iya.. Akan kuceritakan.."
Flashback mode: on
Bel sekolah Konoha Saitani High School sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Namun, tampak seorang gadis berambut merah agak oranye berlari di tengah-tengah koridor. Beberapa bukunya pun jatuh membuat sang pemilik buku itu merengut tak jelas sambil mengambil buku-bukunya dengan tergesa.
"Aduh! Sial! Bisa dihukum lagi nih sama Tsunade-sensei!" keluh gadis bernama Kushina itu.
Mungkin karena terlalu sibuk memandangi arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 07.45 atau karena dia sangat terburu-buru, Kushina tidak melihat ada seseorang di depannya saat ia berbelok dan Kushina tidak bisa menghentikan langkahnya.
"Waaaa! Awas!"
"Eh? Huuaaaaaa!"
BRAK! BRAK! BRUK! BUK! Kalau saja kita berada di sana pasti akan mendengar suara-suara seperti itu. Kushina meringis kesakitan ketika dia merasa punggungnya terasa nyeri dan sakit. Kushina juga merasa ada sesuatu yang berat membuatnya tidak mampu berdiri.
"Aduh.. Hey, hey! Ba—Kya!" Kushina menjerit ketika dia melihat seorang lelaki berambut pirang jabrik tengah menimpa dirinya dengan posisi yang ehm.. tidak sebaiknya dilakukan di jalan atau koridor ini.
Bagaimana tidak? Posisi mereka sekarang dimana Kushina di bawah dengan seorang pria yang menindihnya dan wajahnya terbenam di antara kedua dada Kushina. Itulah yang membuat Kushina dan pria itu termangu sesaat untuk me-refresh pikiran mereka yang sempat loading lama. Lelaki itu mengangkat wajahnya dan terdapat semburat merah dikedua pipinya.
"Minato?"
"Ku-Kushina.. A-aku tidak seng—Adaw!" Belum sempat berucap dengan lengkap, Kushina sudah memberinya satu tamparan yang teramat sangat pedas sampai meninggalkan cap tangan berwarna merah.
"Pervert! Minato, kau memang mesum! Kenapa sih sifat mesummu tidak hilang?" omel Kushina menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya takut kalau-kalau Minato mencuri pandang.
"Aku kan tidak sengaja! Lagian, kau juga yang salah kenapa lari-lari di koridor! Buku-buku yang kubawa jadi jatuh semua kan?" jawab Minato tak kalah sengit. Wajah Kushina merah padam.
"Aku telat! Kya! Udah jam segini lagi! Gara-gara kamu menghalangi jalanku kan aku jadi telat banget!" cerca Kushina menghentakkan kakinya dan melangkah menuju kelasnya yang tinggal 12 meter lagi.
"Kushina!" panggil Minato. Kushina menengok heran.
"Tapi, dadamu cukup besar juga ya. Empuk. Seperti bantal." canda Minato menyengir tak bersalah. Dan, satu benjolan besar pun mendarat di kepala Minato.
0o0o0o0o0o0o0
Kushina duduk termangu di meja kantin. Melihat orang-orang berseliweran di depannya. Kushina menghela nafas malas sambil mengaduk-ngaduk orange juice yang tadi di pesannya. Moodnya jadi berantakan gara-gara kejadian pagi yang membuat naik pitam. Kushina benar-benar kesal dengan Minato karena menurutnya Minato hanya bisa menganggunya dan menggodainya saja. Sebab itulah, Kushina dan Minato tak pernah akur dan saling menjahili satu sama lain. Semua orang di Konoha Saitani High School pun sudah tahu sifat mereka yang seperti anjing dan kucing.
"Kushina-chan! Kok melamun sih?" tegur seorang gadis berambut hitam dan bermata hitam seperti kayu eboni. Kushina terkejut ketika gadis itu menepuk bahunya pelan.
"Huh, Mikoto. Jangan mengagetkanku. Aku sedang tidak bersemangat hari ini. Menurutku, ini hari sialku. Menyebalkan." keluh Kushina menyeruput orange juicenya. Mikoto tertawa kecil.
"Kamu kan selalu berkata seperti itu setiap hari. Memang ada apa sih? Minato-kun lagi?" tebak Mikoto memasukkan sepotong dango ke dalam mulutnya.
"Iya. Kau tahu tidak, tadi pagi adalah kejadian yang paling menyebalkan yang pernah terjadi." ujar Kushina menggebrak-gebrak meja.
"Memang ada apa?"
Bukannya bercerita, wajah Kushina malah memerah. Mikoto mengerutkan dahinya heran.
"Kok wajah kamu malah merah sih? Jadi curiga nih.."
"Tapi, janji jangan ketawa ya habis aku ceritain." kata Kushina dengan rona merah yang masih menempel di wajahnya. Mikoto mengangguk.
Kushina mendekatkan bibirnya ke arah telinga Mikoto mengatakan sesuatu yang membuat raut wajah Mikoto lama-kelamaan berubah seperti menahan tawa. Karena tidak tahan, meledaklah tawa Mikoto setelah Kushina bercerita.
"HAHAHAHA!"
"Mikoto! Hey, Mikoto! Diam! Aduh, ssssttt! Jangan berisik!" pinta Kushina berusaha membekap Mikoto tetapi Mikoto menghindar tak berhenti untuk tertawa.
"Hah, hah.. Huft.. hahahaha! Gomen ne, habis ceritamu lucu sekali. Aku tidak menyangka kau dan Minato bisa berposisi seperti itu." ucap Mikoto mengusap air mata yang sedikit keluar dari matanya.
"Kau kan sudah janji tidak menertawakanku!"
"Gomen, habis aku tidak tahan sih."
"Yaaaaa.. mau bagaimana lagi. Aku lagi buru-buru gara-gara sudah telat, eh dia malah muncul di situ. Kamu kan sudah tahu kalau aku lari kayak motor ga ada remnya, ga bisa berhenti. Jadinya, ya.. kita tabrakan.."ujar Kushina mengaduk orange juicenya dengan wajah memerah.
"Hihihi, segitu bencinya kah kamu dengan Minato-kun? Hati-hati loh, antar benci dan cinta itu beda tipis. Tipiiiiis banget kayak tisu." kata Mikoto tertawa kecil membuat Kushina langsung melotot kaget.
"Hah? Itu tidak akan pernah terjadi, Mikoto! Mimpi buruk apa aku kalau suatu saat aku bisa menyukai pria mesum dan bodoh itu? Hiii, semoga saja tidak. Ga akan pernah terjadi tahu!" elak Kushina memasang tampang malas. Mikoto hanya tersenyum.
Sesaat,mata Kushina menangkap benda berkilauan yang ada di jari manis Mikoto. Setelah diperhatikan baik-baik ternyata itu adalah sebuah cincin putih yang terbuat dari berlian yang sangat indah. Mikoto yang merasa cincinnya diperhatikan pun sedikit menutupi cincinnya dengan wajah malu-malu.
"Naaah, cincin dari siapa tuh? Hmm.. Dari Fugaku ya?" tebak Kushina dengan wajah menggoda dan berhasil membuat Mikoto tersipu malu.
"Iya.. Kemarin dia memberikanku cincin ini. Bagus tidak?" tanya Mikoto. Kushina menarik tangan Mikoto dan memperhatikan cincin itu.
"Bagus sekali. Ini berlian asli kan? Fugaku memang keren sekali memberikanmu barang mahal seperti ini. Dasar Uchiha. Semua yang diinginkannya pasti tercapai. Aku jadi iri padamu, Mikoto.." keluh Kushina.
"Eh, itu dia. Fugaku-kun!" panggil Mikoto melambaikan tangannya ke arah kekasihnya yang berada di belakang Kushina beberapa meter membuat Kushina memutarkan kepalanya untuk melihat sesosok makhluk Uchiha yang menurutnya agak menyebalkan. Tapi, yang lebih membuat Kushina tambah sebal adalah seorang pria yang berada di samping Fugaku menyengir lebar ke arah Kushina membuat gadis bermata hijau ini melengos kesal.
"Aku mencarimu kemana-mana ternyata kau di sini." celetuk Fugaku yang langsung duduk di samping Mikoto. Mikoto langsung merangkul lengan kekasihnya itu membuat Kushina sedikit cemberut karena iri dengan pemandangan itu.
"Eh, eh! Siapa yang suruh kau duduk di sini? Sana! Sana!" usir Kushina ketika melihat Minato duduk di sampingnya tanpa ada rasa bersalah sedikit pun.
"Yah, masa aku berdiri sih? Nanti aku kayak satpam dong." sahut Minato dengan cengiran yang berhasil membuat Kushina semakin eneg melihatnya. Minato memang suka menggoda Kushina hingga Kushina terkadang menangis dengan ulahnya.
"Peduli! Memang kamu pantasnya kayak satpam! Lihat saja itu tampang kamu ga jauh beda sama satpam di sekolah!" sentak Kushina kembali naik darah melihat Minato dengan wajah innocent.
"Sudah, sudah Kushina-chan. Lagipula tidak apa-apa kan Minato-kun duduk disitu? Biar lebih ramai.." celetuk Mikoto manja dengan Fugaku.
"Kau sih enak ada pasanganmu. Masa aku harus sama trouble maker ini sih? Euuh.. mendingan sekalian aja aku sama Jiraiya-sensei yang sama mesumnya sama dia." ketus Kushina membuang muka ke arah lain.
"Tapi, kalau dilihat kalian berdua cocok kok." kata Fugaku membuat Kushina melongo dan semburat merah muncul di kedua pipi Minato.
"Tentu saja lah. Semua wanita yang berada di dekatku kan cocok denganku semua, termasuk tante bawel ini. Hehehehe.." sahut Minato hendak merangkul Kushina yang langsung ditepis keras-keras oleh Kushina.
"Hii, apa-apaan kau om-om mesum? Menyentuhku sembarangan! Siapa juga yang ingin denganmu? Cih, kau sama saja mimpi buruk bagiku!" bentak Kushina kesal. Minato hanya menyengir tanpa dosa.
"Kushina, Kushina, Kushina.. Sifatmu yang tomboy dan emosional memang menarik dimataku. Itulah yang membuatku semakin ingin menjahili dan menggodamu." kata Minato semakin membuat Kushina naik darah.
"Bicara apa sih kau ini? Dasar cowok aneh!" Kushina langsung melesat pergi meninggalkan Minato, Fugaku dan Mikoto yang melihat dia pergi menuju kelasnya.
"Sepulang sekolah saja kau katakan padanya." ujar Fugaku. Minato mengangguk membuat Mikoto terheran-heran.
"Ada apa?"
"Tidak ada. Nanti kau juga tahu.."
0o0o0o0o0o0o0
Sudah 10 menit yang lalu bel sekolah berbunyi dan murid-murid Konoha Saitani High School menuju rumahnya masing-masing untuk mengistirahatkan kepala dan pikiran mereka dari pelajaran-pelajaran laknat yang terus membuat oksigen di otak menguap sehingga tak bisa mencerna pelajaran dengan baik.
Tapi, ada satu gadis yang masih berada di kelas walau kelas sudah kosong tinggal dirinya yang belum pulang. Kushina masih sibuk mencatat catatan yang berada di papan karena dia tadi sempat tertidur alhasil dia ditegur oleh Jiraiya dan disuruh mencatat catatan di papan tulis sebelum pulang. Setelah selesai, Kushina membereskan bukunya dan menuju loker tempat menyimpan bukunya.
Sekolah sudah sangat sepi. Kushina hanya mendengar suara langkah kakinya yang saling beradu dan berpikir mungkin hanya dirinya seorang saja di koridor itu atau di sekolah ini. Tanpa rasa takut, Kushina menuju lokernya. Namun, Kushina merasa ada yang mengikutinya karena terdengar suara langkah kaki selain dirinya. Dilihatnya ke belakang dan ternyata kosong. Tak ada siapa pun. Kushina mengangkat bahu dan melanjutkan langkahnya.
Hening. Itulah suasana yang sedang dialami Kushina ketika membereskan buku-bukunya yang sedikit berantakan di dalam loker dan memasukkan beberapa buku ke dalam lokernya. Gerakan Kushina sempat terhenti seketika saat ia mendengar lagi suara langkah kaki. Ia melirik sedikit ke arah kanan dan tak ada seorang pun di sana. Kushina menghela nafas, setelah selesai ia menutup lokernya dan menguncinya. Dan…
"Ha… KYAAAAA—Hmmp?" sesosok makhluk yang dikenalnya telah berdiri di depannya dan langsung membekap mulutnya saat ia menjerit kaget. Lalu, melepaskannya.
"Huaaah! Hah, hah.. Minato! Apa-apaan sih kau? Mengagetkanku saja!" protes Kushina memegang dadanya yang berdegup cepat mengira Minato adalah orang yang akan berniat buruk padanya. Minato malah memberikan sebuah cengiran khasnya.
"Cengar-cengir, memang lucu ya? Tidak ada rasa bersalah sama sekali.." keluh Kushina masih mengatur nafasnya. Dan, tiba-tiba cengiran Minato memudar membuat Kushina sedikit menaikkan alisnya.
Minato menempelkan tangan kanannya di sisi bahu kiri Kushina. Dan, tangan kirinya dia selipkan ke saku celananya. Yang semakin membuat Kushina heran adalah wajah Minato yang mendekat padanya. Membuat Kushina memikirkan hal-hal yang negatif mengingat Minato adalah seorang pria yang mesum.
"K-kau, mau apa?" tanya Kushina dengan suara bergetar melayangkan tangannya ke arah Minato yang begitu mudah langsung ditepis oleh Minato dan tangannya di genggam erat.
"Diamlah.. Kau tak akan bisa menikmatinya.." lirih Minato dengan tatapan mata yang tajam menusuk mata Kushina. Keringat mulai mengucur dari dahi Kushina dan dari raut wajahnya bisa dibaca bahwa dia sangat ketakutan mengingat sekolah sangat sepi tak ada orang selain dirinya dan Minato.
"Mi-Minato kumohon jangan.. Jangan lakukan apapun padaku.." pinta Kushina ketika wajah Minato semakin mendekati wajahnya. Jemari kanan Minato pun mulai menyentuh kerah seragam Kushina membuat sang gadis berambut merah ini menunduk dengan air mata yang sedikit menumpuk di pelupuk matanya.
"Mi-Minato.. Jangan.." Minato memegang dagu Kushina dan menarik wajahnya sehingga kini mereka berdua saling bertatapan dengan isyarat mata yang tidak di mengerti Kushina.
Minato mendekatkan wajahnya ke bahu Kushina atau lebih tepatnya Minato mendekatkan bibirnya ke telinga Kushina. Minato sudah merasakan getaran dari tubuh gadis tomboy ini dan membuat pria ini sedikit meringis geli karena tak mengira seorang Kushina, gadis beringasan yang tomboy ternyata sangat takut dengan hal-hal seperti ini. Yah.. Minato memakluminya karena seperti apapun Kushina dia tetap adalah seorang wanita yang mempunyai perasaan sensitif.
"Kushina.. aku.." Kushina menelan ludah. Tubuhnya sudah merinding sejak tadi dan ia ingin berteriak tapi tak ada satu katapun yang keluar dari bibirnya. Suaranya tercekat di tenggorokannya.
"Aku mencintaimu… Maukah kau menjadi kekasihku?" bisik Minato tepat di telinga Kushina sehingga walau dalam keadaan seramai apapun Minato berbicara di dekat telinganya Kushina bisa mendengar. Dan, itu membuat Kushina termangu sesaat memproses otaknya dan mencerna kata-kata Minato tadi.
"Minato.. kau..?" Minato tersenyum jahil. Ternyata, Minato melakukan hal itu hanya ingin mengerjai Kushina saja.
BUAK! Minato terkena hantaman buku yang sedang dipegang Kushina dan kepalanya sedikit menghasilkan benjol yang super besar.
"Wadaw! Kok malah dipukul sih? Dimana-mana, kalau orang ditembak tuh dijawab! Bukannya malah dipukul!" keluh Minato mengelus-ngelus kepalanya. Wajah Kushina yang tadi semula tegang menjadi terlihat cemberut setelah mengetahui apa yang dikatakan Minato tadi.
"Hey, kamu itu sudah membuatku ketakutan! Kukira kau mau memperkosaku! Kau mau menjahiliku ya dengan cara seperti itu? Dasar bodoh!" ketus Kushina merengut.
"Kau saja yang pikirannya selalu negatif padaku! Sekarang siapa yang mesum, hah? Kau kan? Memikirkan yang aneh-aneh saja. Dasar cewek cabul." ucap Minato mengelus-ngelus kepalanya yang masih terasa nyeri. Kushina menghentakkan kakinya kesal dan beranjak pergi meninggalkan Kushina.
"Eit, Kushina tunggu. Kau belum menjawab pertanyaanku. Kau mau menjadi kekasihku?" tanya Minato lagi setelah menggaet tangan Kushina agar tidak menjauhinya. Kushina menunduk. Kalau kalian bisa melihatnya dengan baik, ada garis merah yang memenuhi kedua pipinya.
Kushina hanya tidak menyangka bagaimana bisa musuh bebuyutannya selama ini yang selalu mengajaknya ribut dan adu mulut, menyatakan cinta padanya? Itu kan hal yang terlalu mustahil, baginya. Seorang musuh tidak akan bisa jatuh cinta pada musuhnya kan?Namun, perlu diketahui, saat Minato sempat jatuh sakit dan tak masuk selama seminggu hal itu membuat Kushina tampak kesepian tanpa kehadiran Minato yang selalu menganggunya dengan suaranya yang berisik itu.
"Kau tidak mau ya? Yaa.. sudah tidak apa-apa.. Aku pulang dulu ya.." kata Minato lesu membalikkan tubuhnya beranjak pergi dengan perasaan sedih. Belum ada selangkah, Minato merasa ada yang menarik lengannya dan membalikkan tubuhnya sehingga..
CUP! Satu kecupan manis nan hangat menghampiri bibir Minato yang membuat Minato tersentak seketika mengetahui bahwa Kushina mencium bibirnya dengan lembut. Minato pun tak mau kehilangan kesempatan, dipeluknya Kushina dengan hangat.
"Kushina.. kau.."
"Sudah sore.. Antarkan aku pulang, bocah mesum." seru Kushina melangkah duluan dan diikuti Minato dari belakang.
Sejak saat itulah, Minato dan Kushina berpacaran hingga 7 tahun lamanya tetapi sangat awet. Sampai akhirnya Minato melamarnya dan Kushina menangis terharu..
Flashback mode: off
"Whahahahahahaha! Bocah mesum, katanya! Hahahahaha! Otousan, ternyata kau seorang bocah mesum!" tawa Naruto tak berhenti setelah Minato menceritakan masa-masanya saat ia bertemu dengan Kushina.
"Naruto, hentikan! Dilihat orang-orang tuh! Bikin malu saja deh!" ucap Minato menimpuk kepala Naruto dengan sumpit.
"Maaf, maaf. Habis lucu sih. Hehehehehe.."
"Jadi, kapan kau akan mengenalkan wanita itu padaku?" tanya Minato. Raut wajah Naruto langsung berubah sendu.
"Aku ada masalah dengannya, Tousan.."
0o0o0o0o0o0o0
Debu-debu bertebaran dimana-mana ketika Hinata membersihkan bagian atas lemari bajunya yang sudah lama tidak dia bersihkan. Banyak debu tebal yang bertebaran bisa membuat orang terbatuk-batuk, untuk saja Hinata menggunakan masker. Hinata sedang sibuk membersihkan apartemennya karena kebetulan hari ini dia libur kerja dan kampusnya juga libur. Daripada berdiam diri di apartemen sambil menonton televisi yang hanya menanyangkan acara seperti itu-itu saja, Hinata berpikir untuk membersihkan apartemennya yang sudah lama tidak dia bersihkan.
Yura yura to..
Yukanda sora e..
Kimi no moto e tonda yuke…
Handphone Hinata yang tergeletak di meja ruang tamu bergetar dan menghasilkan bunyi yang membuat Hinata harus buru-buru mengambil handphonenya.
"Halo?"
"Hinata, apa kau siang ini ada acara?" tanya seseorang di seberang sana. Hinata melepaskan maskernya.
"Tidak, Sasuke-kun. Memang ada apa?" kata Hinata mengelap meja ruang tamunya.
"Kalau tidak ada, bisakah kau nanti sore sekitar jam 3 datang ke restoran Puffy De Lante?" tanya Sasuke. Hinata mengerutkan dahinya heran. Itu kan restoran mewah yang terletak di pinggiran kota Konohagakuen.
"Bi-bisa. Memang ada apa?" cetus Hinata menaruh kemoceng dan membuka celemeknya.
"Nanti Sakura akan menjelaskannya. Sudah dulu ya. Aku ada urusan." Sasuke memutuskan pembicaraan membuat Hinata terbengong-bengong melihat handphonenya tak mengerti perkataan Sasuke. Hinata mengangkat bahunya lalu bergegas beres-beres kembali.
Jam 14.30. Seseorang menekan bel apartemen Hinata.
Ting… tong..
"Tunggu sebentar." sahut Hinata baru keluar dari kamar mandi dan mengenakan kimono handuk bergegas membukakan pintu.
"Sakura-chan?"
"Hay Hinata. Kita tidak ada waktu lagi, kau harus bergegas. Kenapa kau belum bersiap-siap sih? Baru mandi ya?" kata Sakura langsung melangkah masuk ke dalam apartemen Hinata membuat sang pemilik apartemen terheran-heran melihatnya.
"Maksudmu apa, Sakura-chan?"
"Tadi kau sudah di telfon Sasuke-kun kan? Sekarang, kau harus bersiap-siap. Nih, pakai ini ya." Sakura menyodorkan sebuah kantong tas berwarna perak ke arah Hinata. Hinata hanya menurut dan mengambil barang yang diberi oleh Sakura tadi.
5 menit kemudian, Hinata keluar dari kamar mandi mengenakan sebuah dress selutut berwarna putih dengan pita besar di bagian dada berwarna krem.
"Sudah? Sekarang waktunya untuk meriasmu." kata Sakura menarik tangan Hinata masuk ke dalam kamarnya dan menyuruh Hinata duduk di depan meja rias.
"A-apa yang mau kau lakukan, Sakura-chan?" tanya Hinata kebingungan saat Sakura mengeluarkan peralatan make-upnya.
"Mengubah menjadi wanita paling manis di dunia." jawab Sakura tersenyum misterius. Hinata bergidik ngeri mengingat ketika Hanabi hendak mendandaninya saat acara perjodohan seperti seorang tante-tante mau menjual diri.
Pertama, Sakura membubuhkan sedikit bedak berwarna peach agar wajah Hinata tidak terlalu terlihat putih pucat. Selanjutnya, Sakura mengeluarkan sebuah benda seperti kuas dan blush on yang kemudian Sakura memoleskan warna merah muda di kedua tulang pipi Hinata sehingga tampak Hinata seperti sedang merona dengan manisnya. Tak berhenti sampai di situ, Sakura mengeluarkan kotak eye shadownya dan memilihkan warna putih dan hijau untuk memperindah kelopak mata Hinata. Hinata hanya diam dan memberontak saat Sakura mengubah atau lebih tepatnya mempermak wajahnya habis-habisan menjadi sosok yang tidak diketahui Hinata. Setelah itu, Sakura mengeluarkan maskaranya dan melentikkan bulu mata Hinata yang panjang itu. Dan yang terakhir, Sakura memoleskan lipstik berwarna oranye jeruk ke bibir mungil Hinata. Sakura juga merubah gaya rambut Hinata yang dibiarkan tergerai seadanya, ia menguncir rambut Hinata menjadi satu lalu dikesampingkan dan diikat dengan kunciran berbentuk beruang kecil.
"Taaraaaaaa! Lihat, kau terlihat manis kan?" ujar Sakura setelah selesai me-make over wajahnya.
Dan, mata Hinata menangkap sesosok gadis di cermin mengenakan gaun putih cantik dengan pita di dada berwarna krem dengan wajah yang sanggup membuat lelaki manapun terpesona oleh penampilan wajahnya yang begitu menawan dan anggun. Namun, hanya ada satu yang mengganjal di pikiran Hinata sejak tadi saat Sasuke menelpon.
"Oh ya, ada satu lagi yang kelupaan.." ujar Sakura mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Dua buah kotak berwarna merah yang isinya anting emas putih dan kalung yang terukir nama Hinata. Segera saja Sakura memasangnya di kedua telinga dan leher Hinata.
"Ba-bagus, Sakura-chan.. Tapi, ada apa sebenarnya kau mendandaniku seperti ini?" tanya Hinata memegang kalung berukir namanya itu.
"Hmm.. Kau akan mendapatkan jawabannya saat di restoran nanti. Oke? Sekarang, kau harus bergegas cepat. Sudah hampir jam 3." seru Sakura menunjuk jam dinding di kamar Hinata.
"Ta-tapi, naik apa?"
"Itu.." Sakura menunjuk sebuah mobil berwarna perak yang sudah terparkir di depan gedung apartemen Hinata. Lengkap dengan seorang sopir di dalamnya.
"Cepat! Nanti dia menunggu! Eh, tunggu.. Ada satu lagi." ucap Sakura ketika melihat kaki Hinata yang polos tanpa mengenakan apapun.
Sakura mengeluarkan sebuah high heels putih yang tidak terlalu tinggi namun cukup di kaki mungil Hinata membuatnya sedikit lebih tinggi. Karena, Sakura tahu Hinata bukanlah gadis yang suka mengenakan sepatu seperti tangga berjalan, menurut Hinata. Sakura memilih sebuah sepatu hak tinggi yang haknya tidak terlalu tinggi tetapi terlihat anggun dan cantik.
"Hati-hati ya! Kalau sudah sampai, katakan saja namamu pada pelayan di sana." perintah Sakura melambaikan tangannya ke arah Hinata yang sudah masuk ke dalam mobil melambai kecil ke arah Sakura.
Perjalanan menuju restoran Puffy De Lante membutuhkan waktu 20 menit karena letaknya yang lumayan jauh di pinggiran kota Konohagakuen. Hinata tidak mengerti apa yang telah direncanakan oleh SasuSaku tersebut. Menjodohkannya dengan seseorang yang tidak dikenalinya? Konyol sekali. Bukankah Hinata pernah berkata kalau dia sangat tidak suka yang namanya dijodohkan? Urusan kekasih hati biarlah dia yang mencari.
Mobil yang ditumpangi Hinata memasuki pekarangan restoran Puffy De Lante yang berhiaskan beberapa lampu dan lilin-lilin kecil di sekitar jalannya. Dengan langkah yang hati-hati mengingat bahwa Hinata mengenakan high heels, Hinata turun dari mobil dan memasuki restoran itu. Seorang waitres berambut coklat panjang dan sebuah tag name tersemat di dada kirinya bertuliskan 'Karashi' menyapanya.
"Selamat sore, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Karashi dengan ramah. Hinata terlihat kikuk dan gugup.
"Ehm.. Sa-saya… I-itu… Sa-saya disuruh oleh seorang teman saya untuk datang ke restoran ini karena seseorang telah menunggu saya di sini." jawab Hinata malu-malu.
"Kalau saya boleh tahu, siapa nama Nona?"
"H-Hyuuga Hinata.." Karashi menuju ke kasir membuka sebuah buku daftar tamu. Sembari menunggu, Hinata melihat-lihat isi restoran itu. Sangat mewah dan terlihat mahal. Seperti restoran bintang lima. Orang-orang yang berada di sana pun tergolong orang-orang kayak terlihat dari gaya berpakaian mereka yang mengenakan jas dan gaun. Hinata pernah mendengar nama restoran ini, namun tidak pernah melihatnya.
"Nona Hyuuga, memang seseorang yang sudah memesan meja dan kursi untuk Anda sudah menunggu. Mari, saya antar." ucap Karashi tiba-tiba setelah membuka daftar tamu membuat Hinata terkejut. Hinata pun mengikuti Karashi dari belakang.
"Silahkan.." Karashi menarik kursi untuk Hinata. Hinata mendudukinya dengan sopan dan Karashi meninggalkannya sementara.
"Siapa yang memesan semua ini? Terlalu mahal untuk mahasiswa sepertiku kan?" gumam Hinata setelah melihat lebih dalam isi restoran itu.
"Hinata-chan?" celetuk seseorang yang suaranya dikenali oleh Hinata. Hinata langsung mengalihkan pandangannya ke arah depan.
"Na-Naruto-kun? Se-sedang apa kau di sini?" tanya Hinata tak percaya bahwa Naruto kini sudah berada di depannya dengan pakaian formal yang menurut Hinata sangat gagah. Naruto mengenakan kemeja putih yang dipadu blazer hitam tersemat sebuah mawar merah kecil di sakunya dan celana hitam dengan sepatu pantofel hitam.
"Harusnya aku yang bertanya, sedang apa kau di sini?" kata Naruto membalikkan pertanyaan.
"A-aku disuruh Sasuke-kun ke sini.."
"Aku juga di suruh Sakura ke sini.."
"Jadi...?" Tertawalah mereka berdua. Ternyata, Sasuke dan Sakura memang sudah merencanakan semuanya. Sasuke dan Sakura ingin mempertemukan kembali Naruto dengan Hinata agar semua masalah clear. Naruto menarik kursi yang berada di depan Hinata dan duduk di depan Hinata.
"Kau cantik.." puji Naruto memandang lekat-lekat Hinata. Hinata hanya menunduk malu.
"Ja-jangan membuatku malu, Naruto-kun.."
"Sungguh.. Aku tidak bohong. Kau sangat cantik dan anggun. Aku tidak tahu kau pandai berdandan." ucap Naruto menopang dagunya dengan kedua tangannya dan mata yang terus menatap Hinata tak berkedip.
"Me-memang tidak.. Sakura-chan yang mendandaniku.. A-aku tidak pandai berdandan.." cetus Hinata memilintirkan rambutnya yang diikat itu agar menghilangkan rasa gugupnya. Dan, Karashi datang membawa segelas wine dan dua buah gelas kaca.
"Want to drink?" tawar Naruto yang disambut anggukan Hinata. Naruto menuangkan anggur ke gelas Hinata lalu ke gelasnya kemudian mereka bersulang dan meminum anggur itu secara bersamaan.
"Ehm.. Naruto-kun, bo-boleh aku bertanya?" tanya Hinata setelah menegak anggur dan meletakkan gelas di sampingnya.
"Tentang kejadian kemarin? Aku bisa jelaskan itu.." sahut Naruto sebelum akhirnya mampu menebak tepat pikiran Hinata apa yang ingin dikatakan oleh Hinata membuat Hinata sedikit terlonjak kaget.
"Kau tahu kan kalau Shion itu hanya mantanku saja? Aku juga tidak tahu kenapa dia bisa-bisanya datang dan berkata seperti itu. Tapi Hinata, sungguh aku tidak pernah sekalipun tidur dengannya! Menyentuh seujung kukunya pun tidak!" kata Naruto berusaha meyakinkan Hinata. Memegang erat kedua tangan Hinata hingga Hinata merasa wajahnya memanas dan jantungnya tak mau berdetak secara normal.
"A-aku percaya padamu, Naruto-kun.." ucap Hinata yang akhirnya dia bisa mengontrol dirinya agar tidak pingsan di depan Naruto. Sungguh, Hinata pun merasa heran kenapa hanya di depan Naruto saja Hinata selalu terlihat kikuk dan gugup sehingga membuat Hinata pingsan dalam sekejap? Padahal, saat bersama Sasori dulu Hinata tidak seperti itu.
"Ehm.. Naruto-kun? Boleh kutanya satu hal lagi?"
"Tentu saja. Apa?"
"Euhm.. A-a.. Uuh.. A-apa kau menyukaiku?" papar Hinata menundukkan wajahnya yang semakin gelap karena warna merah meliputi wajah gadis itu. Naruto terkejut. Air mukanya tiba-tiba berubah jadi serius dan sedikit senyum kecil yang terlihat di sana. Naruto melepaskan genggaman tangannya di tangan Hinata membuat gadis ini mendongak ragu ke arah pemuda itu.
"Gomen Hinata, tapi.. Aku tidak menyukaimu.." ucap Naruto yang langsung menohok jantung Hinata yang terasa seperti tertancap panah yang baru saja dilontarkan oleh Naruto. Hinata merasakan ngilu di bagian dadanya. Ia menunduk. Air mata menumpuk di pelupuk matanya.
"Heuhm.. Ke—Eh?" Hinata sedikit terkejut saat Naruto memegang dan menarik dagunya sehingga kini ia bisa menatap secara jelas wajah pemuda yang dikaguminya sejak awal. Dan, Hinata merasa sangat konyol sekarang saat ia mengatakan hal itu pada Naruto.
"Karena aku.. Mencintaimu.. Bukan menyukaimu…" kata Naruto membuat Hinata terperangah dan raut wajahnya berubah menjadi kaget seperti melihat sesosok makhluk planet lain yang mendarat di Bumi.
"Na.. Naruto-kun, kau…?"
"Would you to be my girl?" ucap Naruto menyatakan perasaannya sembari memberikan mawar merah yang tadi tersemat di saku blazernya. Hinata tidak bisa menahan lagi air matanya yang sudah membendung dan jatuhlah butiran-butiran bening karena terharu dengan perkataan Naruto.
"Naruto-kun… I do!" seru Hinata langsung memeluk Naruto erat seperti tak ingin melepaskannya walau semenit saja. Naruto membalas pelukan Hinata dengan hangat sambil mencium rambut Hinata yang beraroma mint itu.
Dan, dari kejauhan bisa dilihat sepasang kekasih berambut raven dan merah muda tengah tersenyum-senyum melihat Naruto dan Hinata berpelukan dengan mesranya sambil memegang sebuah gelas berisikan wine. Sakura tersenyum pada Sasuke karena rencana mereka berhasil secara lancar.
Tapi, ada satu hal yang mereka lupakan..
.
.
.
.
TBC…

http://www.fanfiction.net/s/5793472/8/Lovely-Waitress 

0 komentar:

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut