fanfic Naruto Part 6

Sabtu, 03 November 2012
Chapter 6 : 'I love you'
"Hai Hinata-chan!" sapa Naruto bersemangat.
"H,hai juga Naruto-kun," balas Hinata malu-malu.
Yah, sudah hampir sebulan sejak ketahuannya 'rahasia' Itachi dan Ino oleh pemilik kamar 315 dan 218 itu.
"Neji, kau bisa membantuku mengerjakan tugas Matematika ini?" tanya Tenten pada Neji.
"Tidak," jawab Neji datar.
Tenten hanya menggembungkan pipinya kesal, "kau itu pelit sekali Neji!"
"Terserah,"
"Cih, dasar cowok cantik!" ejek Tenten.
"Banci!" balas Neji.
"Ayolah Neji…" pelas Tenten menunjukkan puppy eyes no jutsunya.
Naeji terdiam sejenak melihat Tenten yang sudah sangat memelas. Daripada merusak image coolnya karena tertawa melihat Tenten yang menurutnya memuakkan itu, akhirnya dia terpaksa mengalah.
"Oke, oke…" kata Neji dengan malas sambil memutar bola matanya.
"Yey! Neji memang baik!" puji Tenten dengan senyum yang dibuat-buat.
Yah… setiap istirahat sekolah, kalian tahu, dimana dua orang ini selalu nongkrong?
Hanya ada satu tempat…
Perpustakaan sekolah…
.
Sementara itu, dikoridor sekolah, terlihat Sasuke dan Sakura sedang berjalan berdampingan.
"Sasuke-kun," panggil Sakura.
"Hn," singkat Sasuke tanpa menoleh sedikitpun.
"A,apa kau sore ini ada acara?" tanya Sakura.
Sasuke nampak berpikir sejenak. "Tidak ada, memangnya kenapa?"
"E…eee… anu, apa kau mau menemaniku sore ini ke klub kesenian?" tanya Sakura.
"Untuk apa?"
"Rahasia… pokoknya kau harus mau!"
Sasuke hanya mendengus kesal. Tapi sebenarnya dia mau jiga sih, dari pada di asrama dia harus bertemu dengan dua orang teman sekamarnya yang menurutnya menyebalkan itu, lebih baik bertemu pada satu nenek lampir saja.
.
Sepulang sekolah.
"Hoi Neji! Ingat! Nanti sore, di perpustakaan sekolah!" paksa Tenten lalu meninggalkan Neji.
"Seenaknya saja!" keluh Neji.
"Kau juga Sasuke-kun! Kita ketemuan di depan ruang klub yaaa…" kata Sakura lalu berlari menyusul Tenten.
Sasuke hanya mendengus kesal.
"Heeeeii, kalian mau kencan yaaah?" goda Naruto pada kedua temannya dengan gaya ibu-ibu yang sedang ngegosip.
"Tidak," ucap keduanya dengan kompak!
'Huuuh! Ini yang tidak aku suka dari mereka! Diajak bercana saja tidak bisa!' umpat Naruto dalam hati.
"Memangnya kau tidak ada janji dengan seseorang sore ini Dobe?" tanya Neji pada Naruto.
"Hm… sore ini aku ada latihan basket!" jawab Naruto menaruhkedua tangannya di belakang kepalanya.
Neji hanya ber-oh-ria.
.
03.00 pm…
Perpustakaan sekolah…
Terlihat Neji dan Tenten sedang duduk di bangku yang panjang.
Mereka tengah memegang buku yang cukup tebal.
"Lho, kenapa tidak ada orang ya?" tanya Tenten pada dirinya sendiri seraya melihat sekeliling.
Neji tidak mengubrisirnya. Dia tetap membaca buku yang saat ini tengah berada di genggaman tangannya.
"Hei Neji! Kau tahu kenapa perpustakaan ini sepi sekali?" tanya Tenten pada Neji.
"Hn?" Neji sedikit melirik pada Tenten.
"Bodoh, ini kan sore! Mereka pasti kini sedang sibuk pada kegiatan klub mereka masing-masing," jawab Neji datar.
Tenten hanya ber-oh-ria saja, kemudian kembali melanjutkan acara blajar mereka.
.
Sementara itu, di ruang klub kesenian.
"Kenapa kau mengajakku ke tempat ini?" tanya Sasuke menghampiri Sakura yang sedari tadi menunggunya.
"Kau itu lama sekali, Sasuke-kun!" protes Sakura.
"Sudahlah, langsung ke intinya saja! Ada apa?" tanya Sasuke datar sedatar-datarnya.
Sakura nampak menggaruk pipinya dengan jari telunjuknya.
"Eeee, a,anu… sebenarnya, aku menyuruhmu datang ke sini untuk… eee, eeee…."
"Cepat katakan! Untuk apa?"
"Untuk membantuku membersihkan ruangan klub ini!" jelas Sakura.
Ekspresi Sasuke langsung berubah menjadi lebih datar lagi.
"Hah? Jadi kau mengajakku ke sini cuma untuk membantumu membersihkan? Begitu?" tanya Sasuke lagi.
"Tentu saja! Lalu apa lagi?"
"Aku tidak mau!"
"Hah?"
"Aku tidak mau membantumu! Kau cari saja orang lain!"
"Ayolah Sasuke-kuuuuuunn!" pelas Sakura menunjukkan puppy eyes no jutsu andalannya, sama seperti Tenten.
Sasuke menghela nafas berat.
"Oke, tapi sebagai bayarnya, kau harus mentraktirku!" kata Sasuke.
"Sepakat!"
Mereka pun mulai membersihkan ruangan klub itu.
Sakura terlihat bersenandung kecil, sementara Sasuke terlihat masih kesal.
.
Sementara itu, di ruang olahraga.
"Hei Naruto! Terima ini!" teriak Kiba seraya melemparkan bola basket ke arah Naruto.
Dengan sigap Naruto menangkap bola itu, lalu memasukkannya ke ring.
"Yeyy! Masuk!" sorak-sorak bergembira dari Naruto.
"Oke, waktunya istirahat!" jelas Kiba seraya menuju pinggir lapangan basket, diikuti oleh anggota klub lainnya.
Naruto nampak duduk sendiri di sebuah bangku panjang sambil mengusap keringatnya dengan handuk.
Mata sapphirenya membulat, ketika melihat Hinata, dan seorang cewek, sedang berjalan menyusuri lapangan basket.
"Hinata-chan! ayo kesiniiii!" panggil Naruto, sukses membuat Hinata menoleh padanya.
"Na, Naruto-kun!" kata Hinata lalu berjalan kecil menuju Naruto, diikuti oleh temannya.
"Hinata-chan, bukankah dia itu anaknya tuan Namikaze, pemilik sekolah ini?" tanya teman Hianata, atau tepatnya dipanggil Matsuri.
"I,iya…" jawab Hinata lembut.
"Dia pacarmu?" tanya Matsuri menggoda Hinata, sukses membuat rona merah di pipi Hinata.
"Eh, bu…bukan Matsuri-chan! dia hanya temankuuu!" elak Hinata menutupi wajahnya yang merah.
"Haha~ kalau bukan, kenapa wajahmu memerah begitu?" goda Matsuri menunjuk-nunjuk wajah Hinata.
"Kubilang tidak…" kata Hinata SEDIKIT menaikkan volume suaranya.
"Haha~" kata Matsuri.
Mereka pun sampai pada si maniak ramen itu.
"Hinata-chan? dia siapa?" tanya Naruto menunjuk-nunjuk Matsuri.
"Naruto-kun, perkenalkan, dia ini Matsuri, temanku dari klub sastra," jawab Hinata.
Naruto hanya ber-oh-ria saja.
"Oh ya? Kau sedang apa di sini?" tanya Naruto.
"Kami disuruh untuk mengumpulkan info seputar tentang klub-klub yang ada di KHS sebagai bahan puisi kami," jelas Matsuri sewot.
"Ooooh, jadi kalian ini mau mencari info seputar tentang klub basket?" tanya Naruto.
Hinata hanya melemparkan senyuman lembut pada Naruto.
'Manis…' batin Naruto sekaligus menimbulkan sedikit rona ping di pipinya.
"Kalau begitu, aku tinggal dulu yaaa!" pamit Matsuri hendak meninggalkan NaruHina.
"Matsu-chan, bagaimana dengan kegiatan klub kita?" tanya Hinata.
"Kau saja yang mencari tahu tentang klub basket! Aku mau ke klub voly saja! Lagi pula aku gak mau mengganggu aktivitas bercinta kaliaaan!" teriak Matsuri dari kejauhan.
Naruto dan Hinata nampak bertatapan sejenak, lalu mereka saling membuang muka, menyembunyikan warna merah dari pipi mereka.
"Cih! Anak yang menyebalkan!" protes Naruto melipat kedua tangannya di dadanya, sedangkan Hinata hanya tertawa kecil melihat sikap kekanak-kanakan Naruto.
"Ohya, kau bilang mau mencari info, kalau begitu kau tanya saja langsung pada kapten yang disana!" kata Naruto menunjuk kea rah Kiba yang sedang asik ngobrol.
"Ti,tidak usah!" tolah Hinata secara lembuuuuut.
"Lho, kenapa? Bukankah cara untuk mendapatkan informasi kau harus melakukan wawancara dulu?"
"A,aku mewawancarai Naruto-kun saja…" kata Hinata malu-malu.
Naruto tampak sedikit terkejut mendengar pernyataan Hinata, lalu ia kembali menunjukkan cengiran khasnya.
"Oooh, kalau begitu, mungkin lebih baik kalau kita ke kantin sekolah untuk ngobrol!" usul Naruto.
Hinata hanya mengangguk kecil.
Mereka pun menuju kantin sekolah bersama.
.
Di perpustakaan…
"Neji, ini artinya apa?" tanya Tenten seraya menunjukkan sebuah kalimat yang ada di bukunya pada Neji.
"Yang mana?" tanya Neji malas.
"Ini!" kata Tenten mendekatkan dirinya pada Neji.
Neji juga semakin melihat tulisan itu tanpa sadar bahwa kepalanya hampir bersentuhan pada kepala Tenten.
"Oooh, itu bahasa Yunani," jelas Neji.
"Ya, aku tahu! Tapi artinya apa?" tanya Tenten.
"Aku mencintaimu…" jawab Neji lalu menoleh kea rah Tenten yang saat ini berada kurang dari 10 cm di depan wajahnya.
Wajah Tenten langsung memerah mendengar perkataan Neji. Ditambah lagi jara antara wajah mereka sangat tipis.
"A,apa katamu?" tanya Tenten gugup.
Neji pun menjauhkan wajahnya dari Tenten.
"Itu arti dari kalimat yang kau tanyakan, bodoh!" jelas Neji menutupi sedikit rona pink hampir tak terlihat dari pipinya.
Tenten pun menundukkan kepalanya, "oh, terima kasih…" kata Tenten masih dalam keadaan menunduk.
"Hn," respon Neji singkat, kembali membaca bukunya.
Hening…
"Oh ya," kata Neji sukses membuat Tenten menoleh ke arah Neji.
"Ada apa?"
"Aku juga ingin bertanya,"
"Tanya apa?"
"Apa kau tahu,ini artinya apa?" tanya Neji, lalu meraih kedua tangan Tenten dan meletakkannya di dada bidangnya.
Tentu saja itu membuat Tenten blushing tingkat tinggi.
Tangan mulusnya dapat merasakan detakan jantung Neji.
Begitu cepat, sama seperti debaran jantungnya saat ini. 'Apa Neji juga berdebar-debar?' batin Tenten dengan wajah merahnya.
"Apa artinya?" tanya Neji semakin memper-erat genggaman tangannya pada Tenten.
"K,kau… berdebar-debar?" kata Tenten ragu.
Neji pun melepaskan genggaman tangannya, "cih! Darar bodoh!"
Tenten hanya mengerutkan alisnya heran.
"K,kau itu apain sih, Neji?"
"Lupakan!"
"Huh! Kau itu membuatku berdebar debar saj… hump!" Tenten langsung membekap mulutnya sendiri.
"Hah?" Neji sadikit melirik Tenten.
"Ti,tidak! Lupakan saja…" kata Tenten dengan wajah merah.
"Wajahmu merah. Kau sakit?" tanta Neji lalu memegang kening Tenten.
Tenten langsung menepis tangan Neji dan menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Lepaskan! Itu bukan urusanmu! Memangnya apa pedulimu?"
"Tidak ada,"
"Tuh, kan!" kata Tenten sebal.
"Kau ini kenapa sih? Dari tadi marah-marah terus! Sudah syukur mau kutemani ke perpustakaan ini!"
"Aku marah-marah itu gara-gara kamu!"
"Aku?"
"Ya!"
"Sudahlah, aku capek bertengkar denganmu!" ucap Neji ketus.
"Hah? Bagaimana kau bisa capek? Dari dulu kita selalu bertengkar, bertengkar, dan bertengkar!"
"Jadi kau mau kita bertengkar terus?"
"Bukan itu maksudku!"
"Lalu?"
"Sudahlah…"
"Dasar bodoh!"
"Tuh 'kan! Kau mulai lagi!"
Neji lalu memutar bola matanya kesal.
"Oke, oke, aku kalah! Sekarang kau mau apa?" ucap Neji datar.
"Aku mau kau jadi lebih baik lagi! Tidak menyebalkan seperti ini!"
"Kau pikir kau itu tidak menyebalkan?"
"Baiklah, kalau begitu ayo kita sama-sama berjanji untuk tidak menjadi menyebalkan!" ujar Tenten.
"Terserah,"
"Janji?" tanya Tenten memperlihatkan jari kelingkingnya.
"Hn,"
"Hei!"
"Apa lagiiii?" kata Neji mulai kesal.
"Bukan janjinamanya kalau tidak berikrar kelingking!"
"Itu permainan anak-anak bodoh!"
"Huh! Pokoknya berikan saja jari kelingkingmu!"
Dengan berat hati Neji lalu mengeluarkan jari kelingkingnya.
Mereka pun berikrar kelingking.
.
Di ruang klud kesenian.
"Hwaaah! Aku capek!" keluh Sakura.
Sasuke hanya cuek dan tetap mengepel lantai.
"Hei Sasuke, kau tidak capek?" tanya Sakura menghentikan aktivitasnya.
"Tidak,"
Sakura hanya menatap Sasuke kagum, "ternyata kekuatan cowok dan cewek itu berbeda yah!" umpat Sakura dalam hati.
"Hei, apa lihat-lihat?" ujar Sasuke.
"Eh, si…siapa yang melihatmu? Dasar GR !" elak Sakura sambil membuang muka dari Sasuke.
Sasuke hanya sedikit tersenyum lalu kembali mengepel.
"Sasuke-kun,"
"Apa lagi?" ujar Sasuke kesal.
"Anu, apa kau menyukai seseorang?" tanya Sakura malu-malu.
"Kenapa kau bertanya seperti itu?"
"A,aku Cuma ingin tahu kok! Habis kau dingin sekali! Apalagi sama cewek. Memangnya kau yang seperti itu bisa menyukai seseorang?" jelas Sakura panjang lebar.
Sasuke nampak berpikir sejenak, "kurasa ada," ucapnya datar sukses membuat Sakura tersontak kaget.
"Si,siapa?"
"Kenapa kau ingin tahu? Apa kau menyukaiku?"
Wajah Sakura sontak memerah. "Ja,jangan berpikir macam-macam! A,aku hanya ingin tahu siapa cewek yang bisa menaklukkan hatimu yang seperti baja itu!" elak Saakura menutupi wajahnya yang memerah.
Sasuke nampak menahan tawanya. "Kau sendiri apa ada orang yang kau sukai?" tanya Sasuke datar.
Wajah Sakura nampak menjadi lebih merah lagi, "te,tentu saja ada!"
"Siapa?"
"Bukan urusanmu!" ucap Sakura ketus.
"Bagaimana kalau kau member tahuku, dan aku member tahumu?" usul Sasuke.
Untuk yang kesekian kalinya wajah Sakura memerah. Dia nampak mempertimbangkan usul Sasuke. Akhirnya sakura mulai bicara.
"Baiklah, aku setuju! Asal kau duluan!" ujar Sakura.
"Hn… baiklah,"
"Kalau begitu siapa cewek yang kau sukai?" tanya Sakura yang dilanda penasaran berat tingkat tinggi.
Sasuke langsung mendekatkan tubuhnya pada Sakura, menimbulkan semburat merah di pipi Sakura.
"Oi jidat…" bisik Sasuke ditelinga Sakura.
Sakura hanya diam mematung, mengingat saat ini jara antara mereka semakin sempit.
"Orang kusukai adalah, orang yang selama ini aku tidak pernah sangka akan kusukai…" bisik Sasuke semakin mempersempit jarak antara mereka.
Sakura dapat merasakan desahan nafas Sasuke menghembus di telinganya. "Si,siapa?" tanya Sakura setelah mengumpulkan segala keberanian di hatinya.
"Orang yang kusuka, adalah orang yang juga menyukaiku." Jawab Sasuke mulai mejauhkan wajahnya dan menatap tajam Sakura.
Sakura tersontak kaget dengan jawaban Sasuke, kini wajahnya sudah semerah kepiting rebus. 'apa tiu artinya dia menyukaiku? Tapi… bukankah banyak orang yang menyukai Sasuke?' umpat Sakura dalam hati.
Sasuke pun mulai melangkah mundur menjauh dari Sakura.
"T,tapi, siapa sih yang kau sukai sebenarnya?" tanya Sakura mulai kesal.
"Cih! apa kau tidak sadar?"
"Sadar apa?"
"Aku baru saja menyatakan perasaanku padanya beberapa detik yang lalu!" ujar Sasuke dengan sedikit rona pink di pipinya. Sukses membuat Sakura blushing stadium akhir.
"Lalu, siapa yang kau sukai jidat?" tanya Sasuke membelakangi Sakura.
"I,itu…"
"Orang yang kusukai adalah orang yang beberapa detik yang lalu menyatakan perasaannya!" sambung Sakura dengan tegas, sehingga membuat Sasuke menoleh ke arahnya.
"Hn? Begitu ya…" ujar Sasuke santai.
"Baiklah, kalau begitu ayo keluar!" sambung Sasuke.
"Ke,keluar? Untuk apa?" tanya Sakura menormalkan kembali wajahnya yang memerah.
"Ya untuk merayakan hari 'jadian' kita!" ucap Sasuke seraya berjalan meninggalkan Sakura.
"Ja,jadian?" gumam Sakura lalu berlari menyusul Sasuke.
.
Di kantin Sekolah,
"Bagaiman cakenya Naruto-kun?" tanya Hinata sambil tersenyum lembut.
"Waaaah! Ini enak sekaliiii!" ujar Naruto yang di mulutnya masih terisi penuh kue.
"Naruto-kun, kalau makan itu pelan-pelan…" kata Hinata tertawa kecil.
"Haha~ kau itu perhatian sekali Hina-chan! aku yakin, pria yang kelak akan menjadi suamimu nanti pasti akan bahagia!" ujar Naruto asal-asalan sukses membuat rona merah di pipi mulus Hinata.
"Na,Naruto-kun, kau itu bicara apaan sih?" kata Hinata memegangi pipinya yang memerah itu.
"Hahahaha… kau itu lucu sekaliiii!" ucap Naruto gemas sambil mengacak-acak rambut Hinata.
Mereka pun tertawa bersama di kantin yang sepi itu.
"Hinata…" kata Naruto dengan nada serius.
"Eh, ada apa Naruto-kun?"
"Aku yakin kau akan tidak percaya ini dan akan menganggapku bodoh, tapi…"
"Tapi apa Naruto-kun?"
"Aku menyukaimu…" ungkap Naruto dengan rona merah di pipinya.
Tentu saja Hinata yang mendengar itu langsung blushing di tempat. Jantungnya berdebar kencangserasa ingin copot.
Naruto lalu kembali menunjukkan cengiran khasnya, "haha~ aku ini bodoh ya! Malah menyatakan perasaanku! Padahal aku sudah tahu kalau cintaku tak akan terbalas!" ujar Naruto dengan senyum yang dipaksakan.
Hinata hanya menunduk sehingga Naruto tidak bisa melihat ekspresinya saat ini. Tangannya meremas bajunya sangat keras.
"Oh ya, Hina-chan, kau mau makan ramen?" tanya Naruto dengan ceria.
"Naruto-kun…" ucap Hinata dalam keadaan masih menunduk.
"Eh, ada apa Hina-chan?"
"Se,sebenarnya… a,aku juga me,menyukai Naru-kun…" ungkap Hinata sedikit mengangkat wajahnya.
Wajah Naruto langsung berubah, bingung? Senang? Tidak percaya? Semua ekspresi itu menjadi satu di wajah Naruto.
"A,apa maksudmu Hina-chan? ta,tapi, aku tidak pantas untukmu! Kau itu pintar! Sedangkan aku…
aku tidak lebih dari seorang bocah bodoh yang tidak punya otak!"
"Naruto-kun… kau perlu tahu, sebenarnya aku sudah lama menyukaimu… sejak kelas satu yang lalu, aku mulai menyukaimu…" ucap Hinata lirih.
"A,apa maksudmu Hinata-chan? ki,kita kan baru bertemu belum genap empat bulan?" ujar Naruto dengan sedikit rona merah di pipinya.
"Se,sebenarnya…"
.
Flash Black
Two years ago, liburan musim panas, di mension Hyuuga,
"Waah, kau sudah pulang Neji-kun?" ucap Hinata menyambut kedatangan Neji yang baru pulang.
"Yah, ngomong-ngomong, dimana paman Hiashi dan Hanabi?" tanya Neji meletakkan tasnya dan merebahkan tubuhnya di sofa.
"Tou-san sedang ada tugas keluar kota, hanabi pergi les piano," jawab Hinata seraya duduk di sofa yang berada dekat Neji.
"Bagaimana sekolahmu di KHS?" tanya Hinata membuka obrolan.
"Buruk!"
"Buruk?"
"Ya, kedua teman sekamarku itu super menyebalkan!"
"Teman sekamarmu? Neji-kun, ceritakan aku ya!"
"Baiklah. Salah satu teman sekamarku bernama Uciha Sasuke, dia itu dingin, cuek, dan menyebalkan. Lalu Namikaze Naruto, oarangnya bersemangat, bodoh, sembarangan, berantakan, dan menyebalkan pula!"
"Apa si Naruto itu orangnya baik?" tanya Hinata yang sepertinya tertarik dengan pembicaraan ini.
"Yah, dia cukup baik! Dia memang menyebalkan, tapi dia itu sangat ramah, meski dia itu anaknya tuan Namikaze, si pemilik sekolah, tapi dia tidak angkuh."
Hinata hanya ber-oh-ria.
.
Waktu pun berlalu…
"Neji-kun, Naruto sekarang sedang apa?" tanya Hinata bersemangat yang saat ini sedang bertelpon dengan Neji.
"Dia sedang latihan basket," jawab Neji datar.
"Apa dia baik-baik saja?"
"Kau ini! Menelponku, langsung menanyakan kabar si Dobe itu!"
"Oh ya, hehe~ aku lupa! APA KABAR NEJI-KUN?"
"Baik,"
"Kalau begitu bagaimana kabar Naruto saat ini?"
"Dia baik-baik saja!"
"Oh ya, Neji-kun, tolong kirimkan foto Naruto-kun donk!"
"Tidak bisa! Aku saja bertelpon denganmu harus sembunyi di WC ini!"
"Yaaahh!" ucap Hinata kecewa.
"Kalau begitu sudah ya, nanti aku ketahuan!" kata Neji lalu menutup telponnya.
"Neji-kun!"
Tut…tut…tut…
Flash Black end
Wajah Naruto langsung menjadi ceria mendengar pengakuan Hinata. Tanpa pikir panjang dia langsung memeluk Hinata.
"Gyyyyaaaaa! Naruto-kuuuun!" jerit Hinata hampir tak sadarkan diri.
"Aishiteru Hina-chan!" bisik Naruto.
"Na,Naruto-kun, nanti ada yang lihaaaat!" rengek Hinata.
"Ups, maaf!" ucap Naruto langsung melepas pelukannya.
.
.
.
Esoknya, di kelas 3-A, waktu istirahat.
"APA? KALIAN BERDUA SUDAH JADIAN?" histeris Naruto ketika Sakura mengumumkan dirinya dan Sasuke.
"Iya!" ucap Sakura bangga.
"Hehe~ sebenarnya aku dan Hinata-chan juga sudah jadian!" ujar Naruto seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"APPPWAAA?" teriak Tenten tak kalah histerisnya dengan Naruto.
"Apa itu benar Hinata?" tanya Neji peda Hinata. Hinata hanya mengangguk kecil dengan rona merah di wajah mulusnya.
"Kalau begitu kalian berdua juga jadian saja!" ujar Naruto pada Neji dan Tenten asal-asalan.
Neji dan Tenten nampak berpandangan sejenak, lalu membuang muka mereka masing-masing.
"Tidak mungkin!" kata Tenten ketus.
"Haha! itu super tidak mungkin!" sambung Tenten tak kalah ketusnya.
"Tapi, Tenten-chan, kau pernah curhat padaku dan Hinata-chan, bahwa kau itu menganggap bahwa Neji itu cowok yang menarik!" ungkap Sakura membuka kartu as Tenten.
Dengan sigap Tenten membekap mulut Sakura dengan semburat merah, tentunya.
"I,itu benar!" kata Hinata.
Terlihat sedikit rona pink di pipi Neji.
"Ya, Baka Neji juga pernah bilang kalau Tenten-chan itu orangnya menyenangan," ungkap Naruto ikut-ikutan membuka kartu.
"Kau itu bicara apa sih Dobe!" bentak Neji.
"Nah, kita sudah tau semuanya! Kalau begitu kalian harus pacaran!" ucap Naruto ber-api-api.
"Baiklah," ujar Neji santai, sedangkan Tenten nampak agak terkejut dengan jawaban yang diberikan Neji.
"Kalau begitu, Neji-kun, cepat tembak Tenten di hadapan kami!" pinta Sakura.
Neji memutar bola matanya, lalu berbalik kepada Tenten sehingga mereka berhadapan.
"Hei Tenten! Aku menyukaimu! Kau mau jadi pacarku?" ungkap Neji cuek meski di lubuk hatinya yang paling dalam dia sangat berdebar debar.
"Ya! Aku mau!" ucap Tenten dengan semburat merah di pipinya.
"Yeyyyy!" ucap Sakura senang.
"Yosh! Ayo berjuang!" ujar Naruto bersemangat.
"YA!" kata kelima temannya bersemangat.
`TOBE CONTINUED~

0 komentar:

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut