LOVELY WAITRESS CHAPTER 3 (DJ NARUTO)

Minggu, 17 Maret 2013
Lovely Waitress

Author: Blueberry Cake 
Rok biru yang mengembang dan di rambutnya tersemat sebuah hiasan kepala warna putih. Walau hanya seorang pengantar makanan, tetapi gadis ini mampu membuat seorang lelaki memimpikannya setiap malam. EPILOG...
Rated: Fiction K - Indonesian - Romance/Friendship - Naruto U. & Hinata H. - Chapters: 10 - Words: 33,651 - Reviews: 140 - Favs: 40 - Follows: 2 - Updated: 06-19-10 - Published: 03-05-10 - Status: Complete - id: 5793472 



Byuuurrrr!! *blue lagi asyik ngorok, disiram air se-bak*. Eh,eh! Puah! Puah! Busyet dah… Buju buneng… Kagak ngerti ya orang lagi mimpi indah, lagi asyik ngintipin NaruHina pacaran di apartemen Naruto… *ngedumel*
Readers: APDETH!! APDETH!! Chapter 3 udah di bikin dari jaman baheula sampe berdebu kayak gini kagak apdeth-apdeth! *ngacung-ngacungin chapter 3*. Mana, katanya lagi ngintipin NaruHina pacaran di apartemen Naruto lagi. Dasar author ngeres!
Halah, bawel lo pada. Ngemeng ae… *dihajar readers*. Apdeth! Akhirnya apdeth juga ini fanfict…. Masya Allah, penuh perjuangan membuat fict yang mengandung cerita mengharukan dan kesedihan.. *semangat muda, mencontek gaya Lee*. Err.. Blue juga gak tahu ini sampai chapter berapa. Soalnya, fict ini tercipta tanpa sebuah rencana. Tahu-tahu ngalir gitu aja kayak air.. (bahasanye…). Mungkin kalau ga ada ide lagi, fict ini bakalan tamat.
Disclaimer: P-p-punya… O..o-om Ki-kishi.. *ditodong shoot gun sama Om Kishi*
Enjoy it!

Lovely Waitress

Langit yang tadinya biru cerah berganti warna dengan jingga kemerah-merahan. Burung-burung yang berada di timur, segera berarak ke arah barat mengikuti sang surya yang hendak beristirahat karena tugasnya. Orang-orang berlalu lalang di jalanan. Dan, tampak seorang gadis dengan pakaian maid berwarna biru langit keluar dari sebuah apartemen dengan langkah terburu-buru menuju jalan raya.
"Aduh! Telat nih! Semoga tidak dimarahin sama Tayuya-sama." gumam gadis itu melihat-lihat ke jalan raya.
Dan, sebuah taksi melintas membuat gadis bernama Hinata ini melambaikan tangannya untuk berhenti.
"Cepetan ya pak! Ke Café Violetta!"
-
-
Sakura terus mondar-mandir tiada henti di pintu dapur. Melirik jamnya dan melihat keluar kalau-kalau seseorang yang ditunggunya datang. 7 menit kemudian, seseorang yang ditunggunya akhirnya datang dengan langkah yang tergesa-gesa.
"Hinata, akhirnya kau datang. Kau tahu kan ini jam berapa? Untung saja Tayuya-sama belum datang!" omel Sakura pada Hinata yang hendak meletakkan tasnya di meja.
"Go-gomenasai.. Ta-tadi aku sedang mengerjakan tugas sastra inggris dari Iruka-sensei. Tahu-tahu, sudah jam 4 sore." kata Hinata menyematkan pengait rambut di kepalanya.
"Bukan gitu. Hari ini, ada seorang pelanggan kita yang berulang tahun di sini. Jadi kita semua ini sibuk. Butuh tenaga banyak. Tapi, untunglah kau datang. Kupikir tadi kau tidak masuk."
"Roast beef salad dan vegetables meatballs!" teriak seorang koki menyerahkan nampan berisi makanan tersebut.
"Ini. Sekarang, kau bawa ini ke pelanggan yang berulang tahun itu. Di meja 14 ya. Aku mau membantu Sasame menghias kue." kata Sakura menyerahkan nampan itu ke Hinata. Hinata menerima dengan heran.
Ulang tahun? Hari ini? Mengapa rasanya Hinata mengingat sesuatu tetapi dia lupa? Sekarang, tanggal 5 Mei. Ada apa dengan tanggal itu? Entahlah. Hinata mengangkat bahu dan mengantar pesanan itu.
Meja 14. Terlihat beberapa orang yang sedang tertawa bersama dan berkumpul di sana. Dan, Hinata berpikir itu pasti pelanggan yang sedang berulang tahun. Segera saja dia mengantarkan makanan yang berada di tangannya. Dia lihat 4 pria dan 3 wanita sedang berbincang-bincang.
"Maaf.. Ini pesanannya.." kata Hinata dengan sopan menyerahkan pesanan kepada pelanggan yang memesan makanan itu. Ketika Hinata mendongakan kepala dan pelanggan itu melihatnya, mereka berdua terkejut.
"Hinata?!"
"Sa.. Sasori-kun??"
"Hey, Sasori. Apa kau kenal dia?" tanya seorang lelaki berambut hitam panjang seperti ada garis keriput di wajahnya. Menurut Hinata, dia mirip dengan Sasuke.
"A..ah. Tidak. Aku tidak kenal dia. Tadi aku hanya melihat tag namenya." kata Sasori mengelak.
"Ku kira kau kenal." sahut seorang cowok (atau cewek?) berambut pirang dengan poni panjang yang menutupi mata sebelah kanannya. Seperti Ino..
Sasori yang mengetahui Hinata adalah waitress di situ sedikit gugup. Ia tidak mau mengaku pada teman-temannya bahwa Hinata adalah mantan pacarnya. Tapi, Sasori tersenyum misterius membuat Hinata sedikit bergidik takut.
"Sasori sayang…" tiba-tiba seorang gadis pirang panjang bergelayut di tangannya. Itu kan gadis selingkuhan Sasori?! Ingin rasanya Hinata menendangnya hingga ke Uranus, tapi dia tak bisa. Itu akan memalukan nama Café Violetta.
"Hey, kau. Aku tak bisa makan ini tanpa mustard tahu! Bodoh banget sih. Ambilkan aku mustard!" perintah Sasori sedikit membentak. Hinata terkejut. Buru-buru dia ambil mustard dan menyerahkannya pada Sasori.
"I-ini…" Sasori mengambil dengan kasar. Tapi kemudian Sasori tersenyum lagi. Merencanakan sesuatu.
"Hmm.. Kudengar café ini mau melakukan apa saja agar pelanggannya puas?" tanya Sasori dengan tatapan tajam.
"I..iya.. A-apa anda ada permintaan? Na-nanti kami sediakan.."
"Okey. Karena ini adalah hari ulang tahunku, aku ingin kau menari striptis. Di sini." Hinata terkejut hingga baki-nya terjatuh. Begitu pula dengan teman-teman Sasori.
"Sasori, apa-apaan kau?!"
"Wah kau benar-benar mesum, Sasori!"
"Permintaan yang briliant! Aku setuju denganmu!"
"Sasori-kun! Apa-apaan kau meminta seperti itu?!"
"Tenang sayang. Aku hanya mengerjainya." bisik Sasori pada gadis yang bergelayut di tangannya.
"Hey, kenapa diam saja? Ayo lakukan! Atau kau akan kulaporkan pada managermu karena tak mau melakukan apa yang diinginkan pelanggan? Dan akan kuberitahu pada media bahwa café ini hanya menarik pelanggan lewat kata-kata yang tak terbukti!" ancam Sasori. Hinata kaget. Ia ingin menangis.
Tapi, kalau itu tak dilakukannya maka reputasi café ini sebagai café favorite akan hancur. Tayuya bisa marah besar padanya bahkan memecatnya. Satu-satunya cara hanya mengikuti kata-kata Sasori.
"Ayo lakukan! Ah, pertama-tama aku ingin kau buka bajumu. Di sini." ucap Sasori membuat Hinata menatap tajam matanya.
Dengan tangan yang gemetar, Hinata memegang ujung roknya. Bibirnya bergetar. Ia ingin menangis, air mata sudah menggenang di pelupuknya. Hinata mengigit bibir bawahnya kuat-kuat peduli akan berdarah atau tidak. Perlahan-lahan, ia menarik roknya ke atas hingga Sasori dan teman-teman (cowoknya..) bisa melihat paha Hinata yang mulus dan putih. Wajah Hinata semakin memerah. Ia semakin menarik roknya ke atas hingga..
"Kami memang akan melakukan apa yang diinginkan pelanggan. Tetapi, hal seronok dan tidak beretika seperti ini tidak masuk dalam kategori itu. Bahkan saya bisa melaporkan anda ke polisi. Atas perilaku anda yang tak beretika hendak mempermalukan karyawan saya." seorang wanita berambut pink agak kemerahan memegang tangan Hinata dan menurunkannya. Hinata melihatnya dengan gembira.
"Tayuya-sama…"
"Huh. Tapi, saya akan sebarkan pada media bahwa café anda ini semua hanya tipuan!" ancam Sasori. Tayuya tersenyum licik.
"Silahkan. Saya tidak takut dengan ancaman anda. Setidaknya, café kami bersih dan tidak ada yang berbuat hal seronok di sini." kata Tayuya menentang Sasori. Lalu, ia menarik Hinata ke dapur, meninggalkan Sasori yang masih menggeram kesal.
"A-arigatou.. Tayuya-sama.."
"Sama-sama, Hinata. Lain kali kau harus berani menghadapi orang seperti itu. Kau takutkan bila kau tidak melakukan apa yang diminta orang itu, aku akan marah dan memecatmu?" tanya Tayuya tersenyum. Hinata mengangguk.
"Aku tidak akan memecatmu selagi kau tidak berbuat kesalahan, sayang. Kupikir hal semacam itu bukan dari slogan kita. Jangan menangis lagi ya. Ini bukan salahmu. Tenang saja, aku tidak akan , aku juga tidak akan menyuruh karyawanku untuk melakukan hal yang seronok." ujar Tayuya tersenyum. Hinata tersenyum lega.
"Hinata! Hinata! Ada apa? Kudengar-dengar, tadi Tayuya-sama bertengkar dengan pelanggannya ya? Gara-garanya pelanggan itu menyuruhmu melakukan hal yang aneh-aneh." tanya Sakura tiba-tiba datang dan menodong Hinata.
"Yah, seperti itulah… A-aku mau kerja dulu.." jawab Hinata berlalu di depan Sakura. Sakura hanya mengerutkan dahi heran.
-
-
Jam 19.00 Café Violetta..
"Uh, tampaknya malam ini dingin ya, Hinata." kata Sakura setelah keluar dari café dan memeluk erat sweater merahnya.
"Se-sepertinya begitu.."
Dan, tampak 2 orang pemuda menghampiri mereka. Hinata memegang erat sweater Sakura, takut kalau-kalau itu orang jahat yang berniat mencelakai mereka. Ternyata..
"Hay, Sakura! Hinata-chan!" sapa seorang pemuda blonde dengan cengiran khasnya.
"Na.. Naruto-kun?"
"Sakura, kau sudah selesai kerja?" tanya Sasuke yang berada di samping Naruto. Sakura mengangguk dan mencium pemuda emo itu. Dan membuat air muka Naruto berubah cemberut.
"Kalau mau mesra-mesraan jangan di sini dong. Bikin orang iri saja!" sahut Naruto sebal. Hinata tertawa kecil melihat tingkah Naruto.
"Salahmu sendiri kenapa tidak cari pengganti Shion? Tuh, ada Hinata. Mesra-mesraan saja sama Hinata." celetuk Sasuke menunjuk Hinata yang sedaritadi diam. Tentu saja wajah Naruto dan Hinata mulai memerah dan mereka terlihat salah tingkah.
"Sasuke-kun.. Aku lupa. Tadi kasaan menyuruhku berbelanja untuk makan malam. Maukan mengantarku sebentar ke supermarket? Sekalian memberi kesempatan Naruto dan Hinata berduaan." pinta Sakura sedikit berbisik. Sasuke mengangguk.
"Naruto! Aku dan Sasuke-kun mau pergi dulu. Titip Hinata ya!" kata Sakura segera menarik Sasuke sebelum Naruto mengejar mereka.
"Eh! Eh! Wah, ngelepas tanggung jawab! Aku hari ini ada shift kerja! Shit! Dasar couple menyusahkan!" umpat Naruto. Hinata menghampiri Naruto dengan ragu.
"Na.. Naruto-kun. Ka-kalau kau tidak mau menemaniku, a-aku bisa pulang sendiri kok. Ti-tidak apa-apa." ucap Hinata melangkah menjauhi Naruto. Naruto melotot.
What? Meninggalkan gadis manis seperti dia di jalanan? Sendirian? Bagaimana kalau ada orang yang berniat jahat padanya? Apalagi Hinata itu tergolong manis dan mempunyai tubuh yang lumayan. Apa yang kau lakukan, Naruto? Ini adalah kesempatan! Toh, kau juga tidak keberatan untuk menemaninya. Lumayan untuk pendekatan.
"Eit. Nanti dulu. Siapa bilang tidak mau? Aku tidak berkata seperti itu." cegah Naruto memegang lengan Hinata menghentikan langkahnya. Hinata terkejut.
"Ja-jadi..?"
"Mau ikut bersamaku?"
-
-
Naruto dan Hinata sampai di suatu tempat dimana tempat itu agak sedikit gelap dan hanya sedikit lampu yang menerangi ruangan itu. Beberapa orang terlihat sedang asyik menari dan berdansa. Bahkan, terlihat beberapa orang sedang duduk dan minum sesuatu di meja bar. Hinata hanya melongo melihat tempat itu. Untuk apa Naruto mengajaknya ke sini?
"Ayo, kita masuk." ajak Naruto menarik tangan Hinata ke dalam.
"Na.. Naruto-kun.. Kalau aku boleh tahu, u-untuk apa kau mengajakku ke sini?" tanya Hinata sedikit mencengkram jaket Naruto ketika beberapa pria melihatnya dengan tampang ganas dan mesum.
"Nanti kau akan segera tahu."
"Woy, Naruto. Akhirnya kau datang juga. Sudah ditunggu ntuh sama orang-orang aksimu." sapa seorang lelaki hitam diikat ke atas seperti nanas menepuk bahunya.
"Hahaha, tidak sabar melihat penampilanku, Shikamaru? Lihat saja ya." kata Naruto tertawa renyah. Shikamaru baru menyadari keberadaan Hinata yang ada di samping Naruto. Hinata tersenyum ramah.
"Siapa gadis ini? Manis juga." tanya Shikamaru berbisik ke Naruto.
"Ooh, dia? Calon. Hehehehehehe." balas Naruto. Shikamaru menjitak pelan kepala Naruto.
"Dasar. Sombong sekali kau. Bisa mendapatkan gadis seperti itu. Selain wajahnya manis, bodinya juga bagus. Beruntung sekali kau. Andai saja aku bisa mempunyai kesempatan." canda Shikamaru.
"Sialan kau! Sudah punya Temari, masih saja lapar mata kau. Dihajar Temari tahu rasa kau." ucap Naruto menyikut perut Shikamaru. Shikamaru tertawa.
"Nanti kalau aku tampil, tolong jaga dia. Aku takut dia di apa-apain oleh om-om hidung belang di sini." pinta Naruto. Shikamaru mengacungkan jempolnya.
"Hinata, ayo ke sini." Naruto menarik tangan Hinata menuju lantai tengah.
"Ma-mau apa, Naruto-kun?" Naruto hanya mengedipkan mata kanannya.
"Kau tunggu di sini ya. Aku takkan akan lama." kata Naruto meninggalkan Hinata dengan Shikamaru. Hinata mengangguk walau dalam hatinya was-was.
"Hey, siapa namamu?" tanya Shikamaru ramah.
"H-hyuuga Hinata…"
"Biasa saja. Aku bukan orang jahat. Tidak perlu gugup begitu."
"Ca-cara berbicaraku memang seperti ini.." jawab Hinata. Shikamaru menaikkan alisnya lalu mengangkat bahunya.
Tiba-tiba, lampu mati. Tak ada cahaya sama sekali. Hinata kebingungan juga ketakutan. Refleks, ia memegang tangan Shikamaru dan memeluknya erat. Shikamaru kaget, tetapi akhirnya di tersenyum-senyum.
Beberapa detik kemudian, lampu mulai nyala kembali tetapi hanya sedikit. Menyorot sebuah panggung yang terdapat seorang laki-laki berkaos putih dan bertopi hitam dimiringkan. Hinata menyipitkan matanya, dan baru sadar siapa lelaki yang berada di panggung itu.
"Naruto-kun?"
"Ya, itu Naruto." sahut Shikamaru melipat tangannya. Hinata baru sadar bahwa dia merangkul tangan Shikamaru. Buru-buru dilepasnya.
"Go-gomenasai.."
"Tidak apa-apa. Naruto adalah DJ favorite di Hard Rock." ucap Shikamaru membuat Hinata membulatkan matanya.
"Good night everyone!! How are you today?! Let's listen some music from DJ Naruto!!" teriak Naruto pada sekumpulan orang-orang di diskotik itu. Orang-orang -minus Hinata- berteriak girang meminta Naruto untuk segera memainkan lagunya.
Naruto memulai aksinya. Cowok sapphire ini menyambar earphone yang ada di sampingnya, dan dengan cepat memutar piringan hitam. Menekan-nekan tombol pemutar musik. Tak lama kemudian, terdengar alunan melodi yang slow tetapi sedikit beat. Semua orang yang berada di situ-minus Hinata- mengangkat tangan mereka dan mulai menari bersama. Ada yang menari sendiri, beramai-ramai, bahkan ada yang menari dengan pasangannya dan cowok itu merangkul ceweknya dari belakang dan meraba-raba tubuh cewek itu. Membuat Hinata bergidik ngeri.
"Hey. Let's dance together." ajak Shikamaru mulai menari-nari menjentikkan jarinya dan menggoyangkan kakinya. Hinata tersenyum kecut.
"No, thanks." jawab Hinata menggeleng pelan. Shikamaru mengangkat bahu dan mulai berdansa dengan cewek berambut hitam yang berada di depannya.
Hinata hanya memperhatikan orang-orang di sekelilingnya. Dan, beberapa om-om hidung belang melambai ke arahnya dengan senyum mesumnya. Sontak saja Hinata bergidik ngeri dan sedikit menghindar dari tatapan liar om-om itu. Melihat aksi Naruto yang sedang memutar-mutar piringan hitam dengan lihainya. Dan Hinata tahu, Naruto adalah seorang DJ yang bekerja sambilan. Sama seperti dirinya yang seorang waitress.
"Are you enjoy with that music?" tanya Shikamaru. Hinata mengangguk. Walau dia menikmatinya, Hinata tak berniat untuk menari seperti orang-orang di sekelilingnya.
Tiba-tiba, seorang pria gendut yang sepertinya setengah sadar atau mabuk mencolek pinggul Hinata. Sontak Hinata terkejut. Matanya melotot kaget.
"A-apa yang kau lakukan?!" bentak Hinata walau tak terdengar seperti bentakan.
"Ahh~ ayolah sayang.. Menari bersamaku.. Hahahahahaha!! Tubuhmu indah.. ingin aku membelainya…" ucap pria itu membuat Hinata gemetar. Dan, tangan pria itu ingin mencolek pinggul Hinata lagi. Tapi..
"Hiiaaaaattttt!!!" dengan cepat, Hinata menangkap tangan pria itu, memilintirnya dan membantingnya ke lantai. Pria itu merintih kesakitan. Perhatian orang-orang teralihkan ke arah Hinata yang membanting pria itu. Naruto yang melihat itu sempat ter-pause. Tak menyangka Hinata bisa membanting pria sebesar itu. Tapi, itu hanya sementara. Dan, orang-orang kembali menari. Hinata merengut kesal.
"Hey, kamu tidak apa-apa?" tanya Shikamaru menghampiri Hinata.
"Euhm.. ya.. A-aku tidak apa-apa.." jawab Hinata. Shikamaru sedikit mengerutkan dahinya memperhatikan Hinata yang terlihat feminim dan lemah dari luar, tetapi kuat dari dalam.
"Hinata-chan!" sapa Naruto yang sudah kembali dengan jaket oranye. Hinata kaget lalu tersenyum.
"Naruto-kun.. Kau mengagetkanku.."
"Hahahaha.. maaf.. maaf… Mau minum tidak?" tawar Naruto. Hinata mengangguk.
Saat mereka berdua akan menuju meja bar, tak sengaja seorang perempuan berambut pirang panjang menabrak Naruto karena tak melihat Naruto yang datang dari belakangnya. Terlalu asyik dengan laki-laki berambut merah marun di depannya.
"Aduh!"
"Heh, jalan tuh bisa lihat-lihat ga sih?! Ga bisa lihat apa nih ada cewek orang di depan!" sentak cowok merah marun itu mendorong dada Naruto.
"Santai aja bro. Orang ga sengaja juga. Lagian, cewek kau juga yang salah. Joged keasyikan ga lihat-lihat." balas Naruto menepis kasar tangan cowok itu.
"Kurang ajar!" cowok itu mengepalkan tangannya berniat memukul Naruto.
"Sasori-kun! Jangan!" cegah cewek berambut pirang itu. Hinata yang menahan Naruto, terkejut begitu cewek pirang itu menyebutkan salah satu nama yang dikenalnya. Dan Naruto pun terkejut begitu melihat cewek pirang itu.
"Sasori-kun?!"
"Hinata?!"
"Naruto?!"
"Shion?!"
Dunia seakan berputar. Dunia ini memang sempit. Dimana orang yang pernah menjadi kekasih hati kita ternyata berselingkuh dengan seorang yang dulu pernah menjadi kekasih hati orang yang kita sukai. Itulah yang terjadi pada Naruto dan Hinata. Mereka tak menyangka bahwa ternyata mantan mereka selingkuh dengan mantan orang yang disukainya.
"Ja-jadi?!" Hinata yang kaget tak bisa berkata apa-apa. Tapi Naruto, merasa ini kesempatan ia langsung merangkul Hinata dengan mesra. Hinata terkejut.
"Naruto… Ini.. Pacarmu?" tanya Shion tak yakin. Naruto tersenyum angkuh.
"Bisa kau lihat sendiri." jawab Naruto singkat, melangkah sedikit mendorong bahu Sasori hingga cowok baby face ini sedikit menggeram.
Sesampai di meja bar, Naruto masih saja merangkul Hinata. Wajah Hinata memerah. Tapi dia tak ingin Naruto melepas rangkulannya itu. Dan seorang pria berambut pirang panjang dan bermata hijau menghampiri mereka.
"Naruto. Mau minum apa?"
"Seperti biasa. 2 ya." pinta Naruto. Tak lama kemudian, pria yang di tag name bertuliskan 'Temujin' itu menyerahkan 2 buah gelas berisi cairan biru yang membuat Hinata bertanya-tanya.
"A-apa ini?"
"Coba saja." cetus Naruto menegak sedikit minuman itu. Hinata dengan ragu meminum minuman itu. Dan kemudian, ia tersedak. Naruto terkejut.
"Eh, eh, Hinata-chan. Kau tidak apa-apa?!"
"Y-ya. Ta-tapi, bolehkah aku minta air putih saja?" Naruto memesan segelas air putih dan Hinata langsung menegaknya. Naruto menahan tawa ketika melihat Hinata yang dengan polosnya minum minuman itu. Naruto pun tahu Hinata tak terbiasa minum minuman seperti itu. Lucu, batin Naruto.
0o0o0o0o0o0
Jam 22.30. Setidaknya, itu yang dikatakan arloji hitam Naruto. Ia dan Hinata baru keluar dari Hard Rock pada jam itu. Tapi, Hinata belum terlihat mengantuk. Malah tampangnya segar bugar.
"A-aku tidak tahu kau seorang DJ.." kata Hinata membuka percakapan.
"Sekarang kau tahu."
Sunyi kembali. Naruto dan Hinata belum mau kembali ke tempat tidur mereka. Mereka memilih untuk duduk sebentar di taman walau sepi. Hanya ada beberapa orang-yang tampaknya sedang pacaran- di taman itu. Hinata memainkan kedua jarinya, sedangkan Naruto terus mengusap-ngusap tengkuknya.
"Oh ya. Aku mau tanya. Kenapa kau bisa membanting pria di Hard Rock tadi? Padahal, dari penampilanmu kau tidak terlihat seperti gadis yang.. err.. galak.." tanya Naruto sedikit ragu.
"Euhm.. i-itu… A-ayahku mempunyai tempat latihan karate khusus Hyuuga. Se-sejak kecil aku selalu dilatih karate oleh ayahku. Ma-maka dari itu, wa-walau penampilanku terlihat seperti gadis-gadis biasa, tetapi sebenarnya aku bisa karate. Su-sudah ban hitam.." jawab Hinata memberi penjelasan. Naruto menelan ludah. Harus berpikir 7 kali lagi untuk melakukan hal senonoh pada Hinata, walau pada malam hari Naruto sering 'berkhayal' tentang Hinata.
"Eh?! Sudah malam.. Le-lebih baik kita pulang. Be-besok aku kuliah pagi.." kata Hinata melihat jam tangannya. Naruto mengangguk dan mengantarkan gadis Hyuuga itu menuju apartemennya.
Sebelum menaiki motor Naruto, Naruto melihat Hinata sedikit mengigil. Baju lengan panjang itu tak mampu menutupi tubuh mungilnya untuk menghindari udara malam yang dingin. Bibir kecilnya sedikit bergetar dan terdengar gemeletuk kecil dari bibir mungilnya. Tanda bahwa gigi Hinata saling beradu. Tapi, kemudian Hinata merasa tubuhnya menghangat. Setelah diperhatikan..
"Na.. Naruto-kun.. Ti-tidak usah.. A-aku tidak apa-apa kok.."
"Apa aku tega membiarkan seorang gadis mengigil kedinginan di malam yang bikin tengkuk merinding? Tak apa, pakailah jaketku. Ayo naik." kata Naruto. Hinata tersipu malu dan perlahan menaiki motor Naruto.
Hanya butuh 15 menit untuk sampai ke apartemen Hinata.
"Mau mampir sebentar? M-mungkin secangkir green tea bisa menghangatkanmu.." tawar Hinata melihat bibir Naruto yang agak membiru.
"Arigatou…"
Apartemen Hinata benar-benar luas. Dapurnya bersih dan peralatannya tersusun rapi. Kamar mandinya bersih dan wangi. Hinata tampaknya betul-betul menganggap apartemen ini sebagai rumahnya sendiri terbukti dari dia merawat apartemennya. Langkah Naruto menuju ke kamar Hinata yang terbuka. Aroma grape. Terdapat satu tempat tidur yang tidak terlalu besar tetapi nyaman, dengan selimut warna gading dan sprei warna coklat. Di pinggirnya terletak meja kecil yang terdapat foto dan buku kecil. Foto itu ada 4 orang. Seorang lelaki paruh baya yang memiliki mata seperti Hinata, seorang wanita paruh baya berambut panjang sebahu mirip sekali dengan Hinata dan seorang gadis kecil berambut coklat. Mungkin itu keluarganya, batin Naruto.
"Naruto-kun?" panggil Hinata membawa 2 cangkir green tea. Yang dipanggil segera menoleh dan beranjak menuju Hinata.
"Ah, maaf aku lancang. Tadi aku hanya melihat-lihat."
"Tak apa. Ini. Minum dulu." Hinata menyodorkan secangkir green tea pada Naruto. Naruto menerimanya dan menghirup wangi aroma green tea yang hangat itu. Mereka berdua duduk di sofa merah darah yang empuk.
"Hmm.. oh ya, ngomong-ngomong kenapa kamu bisa tinggal di apartemen? Ehm.. maaf ya.. bukan bermaksud menyinggung, hanya saja aku heran. Mahasiswi sepertimu tinggal di apartemen yang besar ini sendirian? Toh tidak sedikitkan biaya yang dikeluarkan?" tanya Naruto menyeruput green teanya sedikit.
"I-itu.. Se-sebenarnya aku tinggal jauh oleh keluarga. A-ayahku tinggal di Otogakuen. A-aku kuliah di Konohagakuen karena keinginanku sendiri. Ya, sebenarnya sempat ditentang ayahku. Ha-hanya saja aku bersikeras untuk kuliah di sini. Karena dari dulu aku memang ingin kuliah di sini mengambil jurusan sastra inggris." kata Hinata menyeruput green teanya. Naruto masih diam mendengarkan.
"A-akhirnya ayahku mengalah. Se-sebagai gantinya, aku disuruh untuk tinggal di apartemen daripada di kos-kosan. Kata ayah sih, itu terlalu berbahaya kalau tinggal di kosan. Maka dari itu aku tinggal di apartemen. Ju-juga yang membiayai sewanya adalah ayahku. Aku bekerja sebagai waitress hanya untuk menghidupi kebutuhan hidupku. Makan, minum, belanja, bayar kuliah. Walau terkadang ayah mengirimiku uang tapi tak pernah kugunakan. Uang dari ayah selalu kutabung. Aku lebih suka menggunakan uang hasil kerja kerasku sendiri. Rasanya lebih menyenangkan. A-aku ingin hidup mandiri tanpa bantuan orang tua. Akhirnya pun aku tahu betapa susahnya mencari uang." ucap Hinata panjang lebar. Naruto hanya melongo mendengar cerita Hinata.
Gadis yang sangat mandiri. Dalam kehidupannya, seakan-akan ia tak ingin merepotkan orang lain walau itu pun keluarganya. Dia ingin hidup mandiri, mencari pengalaman bagaimana susahnya menghasilkan seupah uang walau itu hanya nilai kecil. Naruto tersenyum. Ia meletakkan cangkir tehnya di meja.
"Kau sungguh gadis yang mandiri, Hinata-chan. Kau tahu? Wanita seperti dirimu mungkin sudah langka. Hanya sedikit yang memiliki sifat pemberani dan mandiri sepertimu. Kalau bisa diibaratkan, kamu mirip dengan green tea ini." kata Naruto mengambil cangkirnya.
"Ma-maksudmu?"
"Iya. Kau seperti green tea. Indah, lembut, enak dipandang dan…" Naruto menyeruput sedikit green teanya dan mengerutkan dahinya.
"Manis. Tapi, dibalik semua kemanisan green tea. Terkadang…" Naruto kembali meminum green tea itu dengan cepat dan membuatnya meleletkan lidahnya.
"Whauw..! Panas!"
Hinata masih mengerutkan dahinya tak mengerti.
"Kau terlihat feminim, lembut, manis, dan gemulai. Tapi dibalik semua itu kita tak tahu bahwa kau adalah ahli karate. Dan juga seorang wanita yang pemberani." ucap Naruto membuat pipi Hinata memerah.
"Kalau boleh tahu, kau kuliah dimana?"
"U-universitas Konoha Gakuen.." jawab Hinata tertunduk malu.
"Konoha Gakuen? Wah, universitas favorit itu ya?! Berarti kau satu kampus dengan Sasuke?" cetus Naruto. Hinata mengangguk.
"Ka-kalau Naruto-kun?"
"Universitas Kaitani Konoha.. Hehehehe.." cengir Naruto.
"Sa-satu kampus dengan Sakura-chan?" Naruto mengangguk.
"Kau hebat sekali, Hinata-chan. Bisa masuk ke universitas favorit. Pasti kamu pintar sekali. Kalau untuk aku sih, susah sekali untuk masuk ke sana." ujar Naruto. Hinata cengo. Pintar? Fisika yang selalu diwarnai tinta merah F kata Naruto pintar? Tidak salah?
"A-aku tidak sepintar itu, Naruto-kun…"
"Hahahahaha! Jangan rendah diri begitu Hinata-chan, aku tahu kau pintar." ucap Naruto
"Sudah malam. Aku harus pulang." kata Naruto menyambar jaketnya. Hinata tersenyum. Tapi…
JDUAAARRR!! Tiba-tiba langit mengamuk. Suara petir memecahkan suasana. Beberapa detik kemudian, hujan turun dengan derasnya di tambah angin yang kencang seperti akan terjadi badai. Cuaca tampaknya sedang tak bersahabat dengan Naruto. Mengatakan seolah-olah Naruto tak boleh pergi dari tempat itu dan harus ditinggal disitu hingga matahari pagi kembali bangun. Naruto hanya melongo.
"Euhm.. Naruto-kun.. Ta-tampaknya hujannya deras sekali. Ba-bagaimana kalau kau menginap di sini saja dulu? Be-besok pagi baru kembali pulang.." tawar Hinata mendekap tangannya.
"Eh? Tidak usah! Nanti merepotkanmu. Yang ada aku malah menganggumu." tolak Naruto halus.
"Ti-tidak apa-apa kok!" Hinata bersikeras. Cuaca memang buruk. Kalau Naruto nekat, bisa-bisa besok dia tidak kuliah. Dan lusa dia akan mendapat hujan lokal dari Kabuto-sensei. Kalau dia tetap di sini, kesempatan.. Masih bisa berduaan dengan Hinata.
"Tapi, Hinata-chan…"
Belum sempat melanjutkan kata-katanya, Hinata meninggalkannya. Kembali dengan sebuah piyama bergaris-garis biru dengan dasar warna putih dan menyodorkannya ke Naruto.
"A-aku rasa kau butuh sesuatu yang hangat dan nyaman untuk tidur." kata Hinata menyerahkan piyama itu.
"Arigatou. Tapi, kenapa kau punya piyama laki-laki?" tanya Naruto sedikit menaruh curiga pada Hinata.
"I-itu milik kakak sepupuku. Di-dia sering ke sini bila sedang tak sempat kembali ke apartemennya. Ma-maklum, dia bekerja Graphic Designer di biro iklan. Jarak dari tempat kerjanya hingga apartemennya sekitar 2 km. Ja-jadi, kalau sedang malas dia sering menginap disini.." jawab Hinata mematahkan pikiran negatif Naruto. Naruto manggut-manggut.
"Ta-tapi, tempat tidurku hanya 1…"
"Tak apa. Aku tidur di sofa. Karena ini apartemenmu, aku tidak boleh bersikap seenaknya dan harus sopan pada pemiliknya kan? Tenang. Aku mengerti kok." kata Naruto seraya tersenyum. Hinata tersenyum lega.
Naruto merebahkan dirinya di sofa yang lumayan empuk itu. Kelihatannya Hinata sudah tidur, tetapi pintu kamarnya sedikit terbuka. Iseng-iseng Naruto masuk ke kamar Hinata. Yang dilihatnya adalah seorang gadis berambut indigo sedang menutup matanya. Wajahnya begitu damai dan tenang. Tubuh mungilnya terbalut gaun tidur berwarna putih yang menurut Naruto itu membuat Hinata tampak lebih.. ehm.. seksi. Kalau saja Naruto tidak sadar, darah sudah mengalir dari hidungnya. Naruto membelai rambut Hinata.
Naruto P.O.V
Hyuuga Hinata… Kau tahu? Saat pertama melihatmu aku terpesona oleh kecantikan alamimu. Wajahmu yang alami tanpa polesan warna-warna, membuatku selalu membayangkanku. Tak pernah aku merasakan menyukai seseorang begitu cepat. Padahal, hari itu aku baru saja putus dengan kekasihku. Tapi.. kehadiranmu membuat diriku berubah. Apa yang di dalam dirimu sehingga diriku sangat menginginkannmu? Berada disampingmu adalah kehangatan tersendiri bagiku. Apa yang kau punya sehingga membuatku sangat tergila-gila padamu? Apakah… aku jatuh cinta padamu?
End Naruto P.O.V
Naruto mengecup kening Hinata. Kemudian, keluar dari kamar Hinata dan menutup pintunya pelan-pelan agar Hinata tak terbangun. 5 detik kemudian, cowok spike blonde ini merebahkan dirinya di sofa dan segera terbang ke dunia khayalannya..
-
-
-
-
TBC…

http://www.fanfiction.net/s/5793472/3/Lovely-Waitress 

0 komentar:

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut