LOVELY WAITRESS CHAPTER 7 (THE PAST RETURN)

Minggu, 17 Maret 2013
Lovely Waitress

Author: Blueberry Cake 
Rok biru yang mengembang dan di rambutnya tersemat sebuah hiasan kepala warna putih. Walau hanya seorang pengantar makanan, tetapi gadis ini mampu membuat seorang lelaki memimpikannya setiap malam. EPILOG...
Rated: Fiction K - Indonesian - Romance/Friendship - Naruto U. & Hinata H. - Chapters: 10 - Words: 33,651 - Reviews: 140 - Favs: 40 - Follows: 2 - Updated: 06-19-10 - Published: 03-05-10 - Status: Complete - id: 5793472 


Uhuk! Uhuk! Hatsi! Hatsyi! Sroootttttt… *nyusut ingus*. Readers: Jorok amat sih lu!. Haaaah, maaf ya readers kalau updatenya agak lama lagi. Soalnya Blue lagi sakit nih, jadinya ga bisa konsentrasi buat ngelanjutin fict ini. Wah, fict ini kudu buru-buru di tamatin kalau ga Blue bakalan punya utang bikin fict HTNH. Mana udah mau deket hari H lagi. Gaswat! Gaswat! Oh ya, beberapa waktu lalu Blue sempat menerima review yang beberapa teman mengatakan kalau Shion dihamili Sasori. Kyakakakakakak! –dilempar tomat- Ternyata, para readers sudah menduga-duga ya? Hmm.. Tapi, itu cukup memberikan Blue ide. Hahay! Arigatou gozaimasu! Review itu cukup membuat Blue mendapatkan inspirasi!
Disclaimer: Blue tuh udah bosan berulang kali harus mengatakan kalau Naruto untuk adalah milik Om Kishi. Huh, merepotkan.. *topang dagu sama Shikamaru*
Enjoy it!

Lovely Waitress
Mentari baru saja bangun dari tidur panjangnya dan berniat akan meneruskan pekerjaan seumur hidupnya. Udara segar pun menyambut dengan ramah kedatangan mentari bersamaan dengan mekarnya bunga-bunga yang segar ditetesi embun. Tapi, pagi yang indah itu tidak disambut dengan kehangatan seperti mentari oleh Naruto ketika dia tahu sekarang seseorang yang pernah dia cintai dan mengkhianatinya berada didepannya.
"Shion? Kenapa kau ada di sini?" tanya Naruto mengerutkan dahinya melihat Shion yang tertunduk.
"Naruto.. Aku.." Shion tak meneruskan kata-katanya. Ia mengigit kuku kelingkingnya untuk menghilangkan rasa gugup yang berlebihan. Naruto menunggu.
"Apa? Kalau tidak penting, nanti saja kau datang lagi. Ini kan masih pagi." sungut Naruto kesal.
"Begini.. Bisakah nanti kau datang ke Konoha Garden jam 4 sore?" tanya Shion dengan nada yang terdengar sangat cemas.
"Mau apa?"
"Ada yang mau kubicarakan.. Kumohon.. Datanglah.." pinta Shion memohon. Naruto menggaruk kepalanya sembari menghela nafas.
"Baiklah. Lebih baik sekarang kau pergi. Ini masih terlalu pagi untuk kau datang kemari." kata Naruto dengan pandangan menatap arah lain. Shion tersenyum.
"Arigatou! Akan kutunggu di sana!" Lalu, Shion pun pergi dari hadapan Naruto. Naruto menguap lebar saat melihat Shion menjauh.
Ah, uruwashiki ai no uta..
Itsu no hi mo kawarazu ni..
Atashi no mae de zutto utatteite onegai..
Kono mune ga tomaru made..
Kono toki ga owaru made..
Uruwashiki hito yo itsu mad mo dakishimete..
Handphone Naruto berbunyi. Naruto yang mendengarnya langsung berlari menuju kamarnya dan melihat ID callernya.
Hinata-chan…
"Apa? Dia menelfonku pagi-pagi seperti ini? Bukankah sekarang dia ada di Otogakuen? Angkat tidak ya? Hmm.. angkat saja deh mungkin aja penting.." gumam Naruto setelah melihat nama Hinata tertera di layar handphone.
"Halo?"
"Halo? Na.. Naruto-kun?"
"Ya? Ada apa Hinata-chan?"
"Ehm.. K-kau hari ini ada acara?" tanya Hinata dengan nada malu-malu. Naruto berpikir sejenak.
"Tidak. Memang kenapa?"
"Hmm.. Maaf bila aku merepotkanmu.. Ta-tapi, bisakah kita nanti sore bertemu di Konoha Garden?" wajah Naruto langsung sumringah. Hinata mengajaknya ke Konoha Garden? Itu berarti Hinata telah kembali ke Konoha.
"Bisa! Tentu saja bisa! Jam berapa?" tanya Naruto penuh semangat.
"Jam 4 sore.."
"Oke! Akan kutunggu kau di sana ya! Daaa.." Naruto memutuskan pembicaraannya. Ia langsung melompat-lompat kegirangan tanpa mengingat bahwa dia sudah mempunyai janji dengan Shion untuk bertemu di tempat yang sama. Tampaknya Naruto tak memikirkan hal itu.
"Waduh, sudah jam 8. Kelas dimulai jam 9. Harus buru-buru nih." celetuk Naruto ketika melihat jam weker berbentuk tweety yang ada di samping tempat tidurnya menunjukkan jam 8 pas.
Sakura membolak-balikkan halaman buku yang sedang dibacanya dengan serius. Mahasiswi jurusan kedokteran itu mempunyai hobi membaca yang setiap kali ada waktu luang terkadang dia sempatkan untuk ke perpustakaan membaca artikel-artikel kedokteran. Cita-citanya sejak kecil yang sangat dikagum-kaguminya. Sebenarnya, cita-cita itu terwujud dengan tidak sengaja. Awalnya Sakura menginginkan menjadi polisi, tapi suatu hari ia kecelakaan yang membuatnya tulang lengannya retak.
Sakura masih ingat bagaimana sang dokter mengobatinya dengan perhatian yang tiada henti-hentinya. Memperjuangkan nyawa Sakura penuh perjuangan. Semenjak itulah Sakura ingin menjadi dokter dimana menjadi orang yang berusaha menyelamatkan nyawa orang lain. Tak heran, karena hobinya itu Sakura pun harus memakai kacamata plus.
"Sakura!" teriak seorang lelaki yang sembarangan teriak tak tahu aturan yang tertera di dinding perpustakaan dengan tulisan sebesar tong air bertuliskan 'KEEP SILENT'. Beberapa orang pun langsung menyahutin dengan mendesiskan nada menyuruh lelaki itu mengecilkan volume suaranya.
"Baka! Kau kan tahu ini perpustakaan, kenapa teriak-teriak kayak di hutan saja?" omel Sakura memukul kepala Naruto dengan buku setebal 5 cm.
"Wadaw! Aduh, sakit tahu. Hehehehehe, maaf deh. Habis aku lagi senang sih." ujar Naruto tak henti-hentinya menyengir yang langsung disadari Sakura.
"Hm? Memang ada apa? Kalau wajahmu penuh cengiran seperti itu, pasti ada sesuatu." tebak Sakura melirik Naruto lalu mengembalikan pandangannya pada buku yang berada di pegangannya.
"Hinata-chan kembali!"
"Hah?"
"Iya! Hinata-chan kembali ke Konoha!" Sakura tersentak yang langsung melepaskan kacamata bacanya.
"Apa kau bilang? Tahu darimana?"
"Tadi pagi dia menelfonku, dan dia bilang kalau ingin bertemu denganku di Konoha Garden jam 4 sore." kata Naruto.
"Aneh, biasanya dia menelponku terlebih dahulu." gumam Sakura. Naruto terkekeh.
"Mungkin karena dia rindu padaku."
"Huh, GR! Kamu ga masuk kelas?" tanya Sakura menutup bukunya.
"Ini saja baru keluar. Lihat dong sudah jam berapa." jawab Naruto. Sakura melirik arloji merahnya yang menunjukkan jam 12 lebih lima menit.
"Wah, sudah siang. Makan yuk? Aku lapar nih." ajak Sakura disambut anggukan Naruto.
0o0o0o0o0o0o0
Jam dinding di apartemen Hinata sudah menunjukkan jam setengah 4 sore. Hinata pun sudah bersiap diri untuk bertemu dengan Naruto di Konoha Garden. Hinata tersenyum-senyum sendiri membayangkan sesuatu yang akan diungkapkannya pada Naruto nanti. Wajahnya pun mulai merona.
"Uuh.. Kenapa aku jadi grogi seperti ini? Easy.. easy girl.. You can do it.." ucap Hinata menyemangati dirinya. Kini dia sudah berada di depan cermin bersiap untuk merias diri.
"Cocoknya pakai baju apa ya? Ini atau ini?" gumam Naruto memegang dua buah kemeja berwarna hijau daun dan coklat.
"Yang hijau saja deh. Hahay! Kencan lagi deh sama Hinata-chan! Uhuy!" teriak Naruto sambil bersenandung riang. Ia benar-benar melupakan janjinya dengan Shion.
.
.
Naruto tengah berdiri di sebuah pohon beringin besar dikelilingi dengan bunga dandelion. Menunggu seseorang yang ditunggunya sejak 10 menit yang lalu belum juga muncul. Terdengar suara langkah kaki yang menuju ke arahnya.
"Akhirnya kau datang juga, Hina—Eh?"
.
.
"Duh, semoga Naruto tidak kelamaan menungguku." gumam Hinata melihat arlojinya yang sudah menunjukkan jam 16.10.
.
.
"Hay Naruto.."
"Shion? Sedang apa kau di sini?" tanya Naruto kaget yang muncul bukan Hinata melainkan Shion.
"Bukankah tadi pagi kita sudah janjian untuk bertemu di sini?" jawab Shion dengan heran. Naruto memutar bola matanya lalu menepuk dahinya dengan keras.
"Sial.. Baiklah, ada apa kau menyuruhku ke sini?" tanya Naruto melihat ke jalan kalau-kalau Hinata sudah datang.
"Ada yang ingin kukatakan padamu.."
"Cepat katakan.."
"Aku.."
Hinata berlari tergesa-gesa memasuki Konoha Garden. Ia terus berdoa agar Naruto tak pergi. Dan, matanya pun melihat rambut berwarna pirang dari balik pohon yang pasti sudah ditebak Hinata itu adalah Naruto. Tetapi, Hinata sedikit heran ketika melihat Naruto seperti bercakap-cakap dengan seseorang.
"Iya, kau kenapa?" seru Naruto tak sabar. Shion menarik tangan kiri Naruto dan menaruhnya di perut Shion. Naruto menautkan alisnya heran.
"A-aku hamil.." Naruto dan Hinata terkejut. Apa maksud dari wanita ini tiba-tiba mengatakan hal yang tidak-tidak?
"Hah? Kalau kau hamil, lalu kenapa? Ini kan anakmu!" sentak Naruto menarik kembali tangannya.
"Ini kan juga anakmu, Naruto!" Hinata menutup mulutnya tidak percaya.
"Jangan bercanda! Aku tidak pernah sekalipun tidur denganmu! Mungkin saja ini anak Sasori kan?" bentak Naruto dengan emosi yang tidak terkontrol.
"Aku.. aku masih menyayangimu, Naruto! Aku masih mencintaimu! Aku ingin kau bertanggung jawab." kata Shion berlinangan air mata. Naruto menatapnya seakan-akan ingin membunuhnya. Sedangkan Hinata? Ia sudah terlanjut sakit hati dengan Naruto yang tidak duganya ternyata menghamili wanita lain. Hinata pun menangis dalam diam agar tidak didengar Naruto dan Shion.
"Katakan padaku bahwa ini bukan anakku! Apa kau punya bukti bahwa aku pernah menidurimu? Kenapa kau bisa menuduhku padahal pacarmu adalah lelaki berambut merah bernama Sasori itu?" sentak Naruto memegang kedua bahu Shion.
"I-iya! Ini anak Sasori. Tetapi, dia tidak mau mengakuinya.. Maka dari itu.. Aku ingin kau yang menjadi ayahnya.." ujar Shion terisak. Dan, Hinata tak mendengar hal ini karena tenggelam dalam kesedihannya.
"Persetan! Aku sudah tidak ada urusan denganmu lagi! Untuk apa kau datang hanya untuk memintaku menjadi ayah dari bayi ini? Wanita tidak tahu malu! Menuduhku telah menghamilimu padahal menyentuh satu jarimu pun aku tidak sudi!" bentak Naruto sedikit mendorong Shion ke batang pohon.
"Naruto! Tapi, aku masih menyayangimu!"
"Peduli apa aku? Kemana saja kau saat aku menyayangimu dulu? Kau malah berselingkuh dengan lelaki yang pernah menjadi mantan orang yang kusukai. Ketika kau senang-senang, kau meninggalkanku. Sekarang, saat aku sudah mempunyai seseorang yang aku sayang menggantikan posisimu di hatiku kau datang kepadaku? Memintaku untuk kembali padamu? Huh! It's never ever!" ketus Naruto dengan kemarahan sudah di atas ubun-ubun.
"Tapi aku.." Krak! Terdengar bunyi patahan kayu. Rupanya Hinata mencoba pergi dari sana karena tak tahan membendung air matanya yang semakin deras keluar, tetapi kakinya menginjak patahan kayu yang membuat perhatian Naruto dan Shion teralihkan.
"Hi.. Hinata-chan?"
"Naruto-kun.. Kau.." Hinata berlari menjauhi Naruto sambil terisak. Rencananya untuk menyatakan cintanya pada Naruto berantakan gara-gara gadis bernama Shion itu.
"Hinata-chan! Semua gara-gara kau!" bentak Naruto pada Shion lalu pergi mengejar Hinata yang sudah menjauhi dirinya.
Hinata terus berlari sampai di apartemen dan masuk lift. Naruto pun menggerutu kesal tak bisa mengejar Hinata, sebuah lift terbuka dan Naruto langsung menuju apartemen Hinata.
Gadis lavender ini tidak memedulikan panggilan dan teriakan dari Naruto yang terus mengejarnya. Begitu keluar dari lift, ia langsung berlari karena ia tahu Naruto tak akan berhenti mengejarnya. Tanpa melihat tubuhnya berbenturan dengan seseorang di depan apartemennya.
BRUK!
"Aaaw…" rintih mereka berdua. Hinata mencoba berdiri dan mendongak melihat siapa yang ditabraknya.
"Gomenasai.. A-aku.." Hinata tak meneruskan kata-katanya ketika melihat seseorang di depannya sedang membantunya berdiri.
"Tidak apa. Kamu.. habis nangis ya? Kenapa? Jelek loh kalau lagi nangis.." kata orang itu mengeluarkan sebuah sapu tangan dan mengelap air mata yang berlinangan di pipi Hinata. Langkah Naruto terhenti seketika melihat pemandangannya yang sangat menusuk hatinya yang ada di depannya.
"Sasori-kun.. Ah.. sedang apa kau di sini?" tanya Hinata menepis pelan tangan Sasori dari wajahnya.
"Itu.. Ada sesuatu yang harus kubicarakan padamu.." kata Sasori menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. Hinata menautkan alisnya heran. Ada apa tiba-tiba lelaki yang tak mau dilihatnya lagi menemuinya?
"Apa?"
"Hinata… Aku… Aku masih mencintaimu… Maukah kamu kembali padaku?" Hinata tersentak. Naruto tak kalah terkejut melihat kejadian itu. Hatinya terasa remuk digilas buldozer yang menghancurkan setiap kepingan cintanya. Naruto pun akhirnya kembali ke dalam lift dengan perasaan terluka.
"What? What are you saying, man? I don't love you anymore!" bentak Hinata membuat Sasori sedikit terkejut karena ini pertama kalinya Hinata membentaknya.
"Yes! I know I'm so useless! But, give me one more chance please.."
"No more heart for you anymore.. I already have someone I love.." ujar Hinata membelakangi Sasori. Benar-benar pahit. Setelah melihat Naruto bersama Shion, kini Sasori memintanya untuk kembali padanya?
"Oh, kau bercanda bukan, Hinata? Kau masih mencintaiku kan? Aku tahu itu kok. Aku bisa baca dari matamu." ujar Sasori dengan tampang innocent. Hinata memutarkan kepalanya ke arah Sasori dengan cepat.
"A-apa maksudmu?"
"Kau juga masih mencintaiku kan? Sudahlah, akui saja. Aku tahu kalau kau masih menginginkanku. Jangan menjadi orang yang munafik begitu." sahut Sasori.
PLAK! Satu tamparan dari tangan Hinata mendarat di pipi Sasori. Sasori terkejut. Dirasakannya pipinya terasa panas dan perih ketika mendapatkan 'hadiah' dari Hinata. Selama ini, Sasori mengira Hinata adalah gadis polos yang lemah tak bisa apa-apa karena sifatnya yang sangat lembut dan baik pada semua orang. Tapi tak di sangkanya bahwa Hinata bisa menamparnya sedemikian perihnya.
"Yang munafik itu kamu, Sasori-kun! Kalau kau masih mencintaiku kenapa saat itu kau memutuskanku? Saat aku menyayangimu, kau meninggalkanku? Tapi, sekarang saat aku sudah bersenang-senang tanpamu dan mencintai orang lain, kau datang lagi dengan mengatakan kau masih mencintaiku dan ingin kembali padaku? Sudah untung kamu cuma aku tampar, daripada aku lempar dari sini!" ketus Hinata lalu masuk ke dalam apartemennya. Meninggalkan Sasori yang masih melongo di depan pintu.
Hinata membanting tubuhnya di atas kasur. Menangis sejadi-jadinya, menumpahkan semua kekesalan dan rasa sakit hati yang sejak tadi dipendamnya. Air matanya tumpah begitu saja membasahi selimut dan bantal yang dipegangnya. Sungguh, perasaannya sangat tersakiti ketika mendengar perempuan bernama Shion itu meminta tanggung jawab kepada Naruto. Ditambah lagi dengan kedatangan Sasori yang secara tiba-tiba mengatakan bahwa dia masih mencintai Hinata dan memintanya untuk kembali ke Sasori. Apa-apaan itu?
Drrt.. Drrt.. Handphone Hinata bergetar. Hinata mengusap air matanya dan mengambil handphonenya, melihat siapa penelponnya.
Naruto-kun
Hinata termenung sejenak. Berpikir sebaik diangkat atau tidak, karena sejujurnya sekarang Hinata sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun termasuk Naruto. Akhirnya, Hinata melemparkan handphonenya ke samping dan membenamkan wajahnya di balik bantal.
"Shit! Tidak di angkat. Arrggh! Kenapa bisa jadi begini sih?" keluh Naruto mengacak-ngacak rambutnya dan ingin membanting handphonenya.
"Naruto, sedang apa kau di sini?" sapa seseorang ketika melihat Naruto berdiri sendirian di halte bis.
"Sasuke?"
"Kalau ditanya, di jawab." sahut Sasuke berdiri di samping Naruto.
"Sasuke.. Aku.. Butuh teman cerita.." kata Naruto pelan. Sasuke mengangkat satu alisnya heran. Dilihatnya raut wajah Naruto yang suram dan sedang tidak bersemangat itu. Itu bukanlah Naruto. Naruto yang dikenalnya selalu bersemangat dan ceria seperti apapun keadaannya. Pasti ada sesuatu..
0o0o0o0o0o0o0
Café Violetta sedang ramai pelanggan. Alhasil, semua pegawainya pun jadi serba sibuk karena harus mengantarkan makanan-makanan yang sudah disajikan. Semuanya terlihat bersemangat tetapi tidak untuk satu orang. Gadis itu duduk termenung di sudut dapur dengan tatapan kosong.
"Hinata! Kok malah melamun sih? Bantuin dong, lagi pada sibuk nih!" seru Sakura menepuk bahu Hinata membuat Hinata sedikit tersentak.
"Ah, eh.. Go-gomen.. A-aku lagi tidak enak badan.." ujar Hinata langsung tertunduk. Sakura menatapnya heran. Dipegangnya dahi Hinata.
"Tidak panas. Ada apa sih?" tanya Sakura. Hinata tak menjawab. Sakura melihat Hinata yang terus menundukkan wajah hingga akhirnya dia bisa melihat bola-bola bening yang keluar dari mata lavendernya itu.
"Hinata.. ada apa? Ceritakan padaku.." kata Sakura memegang bahu Hinata berusaha menenangkannya.
"Sa.. Sakura-chan.. A-aku.. Butuh teman cerita.." jawab Hinata terisak dan bahunya sedikit terguncang. Sakura memeluk Hinata dan membiarkan sahabatnya menangis sepuasnya dipelukannya.
.
.
"Apa? Shion meminta tanggung jawab darimu?" seru Sasuke terkejut.
"Ya. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran perempuan itu, tetapi dia sudah menghancurkan rencanaku untuk jalan dengan Hinata-chan!"
.
.
"Tapi apa kau yakin bahwa Naruto yang menghamili gadis itu?" tanya Sakura mengusap bahu Hinata.
"A-aku tidak tahu.."
.
.
"Kalau seperti ini, akan susah membuat Hinata untuk percaya kepadamu lagi." kata Sasuke menyeruput jus tomatnya.
"Tapi.. aku juga melihat Sasori yang datang ke apartemen Hinata-chan. Sasori bilang dia masih mencintai Hinata-chan.."
.
.
"APA? Sasori?" Hinata mengangguk.
"Tiba-tiba saja dia datang ke apartemenku dan memintaku untuk kembali padanya. Padahal aku sudah sungguh-sungguh mencintai Naruto.." ujar Hinata menahan tangisnya.
.
.
"Bisakah kau membantuku, Sasuke? Aku mohon dengan sangat padamu.." pinta Naruto memohon. Sasuke terdiam. Tampaknya cowok emo ini sedang memikirkan sesuatu.
"Akan kuusahakan. Kubicarakan dulu dengan Sakura, mungkin saja dia juga mempunyai solusi yang baik." jawab Sasuke. Naruto menghela nafas.
"Segera kau rundingkan dengan Sakura ya. Aku butuh secepatnya karena tak ada waktu lagi." kata Naruto beranjak berdiri dan pergi. Sasuke mengerutkan dahinya? Tak ada waktu lagi?
0o0o0o0o0o0o0
Minato sedang asyik menyiram tanaman-tanaman di halaman belakang kos-kosan Naruto. Naruto memang mempunyai hobi menanam tanaman segar seperti bunga dan daun-daun yang bisa membuat tempatnya nyaman dan segar. Sambil bersenandung kecil, Minato mengarahkan selangnya ke arah bunga matahari.
Kruyuk.. Terdengar perut Minato berbunyi.
"Wah, ternyata sudah sore ya. Pantas saja aku lapar. Daritadi siang kan aku belum makan." ucap Minato mengelus perutnya yang penuh dengan cacing kelaparan.
Minato menuju meja makan dan membuka tudung saji. Yang di dapatkannya hanya sehelai lap dapur dan sebuah piring kosong. Minato menggerutu ternyata Fuuka belum menyiapkannya makan malam.
"Kalau tidak salah, tadi dia bilang mau pergi ke tempat temannya yang sakit. Haaah.. Aku beli makan di luar saja deh." kata Minato.
Jarak kedai ramen dengan kos-kosan Naruto memang tidak terlalu jauh, namun antrian yang panjang cukup membuat Minato mengeluh karena sejak tadi perutnya tidak juga berhenti bernyanyi untuk segera diisi bahan bakar. Sampai akhirnya tiba gilirannya.
Setelah membeli ramen, Minato hendak langsung pulang melewati Taman Konoha yang sudah tidak lama di lewati. Dia ingat bahwa itu adalah tempat pertama kalinya dia berkencan dengan Kushina. Minato menggeleng. Ah, untuk apa dia ingat-ingat masa lalu yang telah terkubur bersama pengkhianatan? Minato pun segera melangkah cepat bergegas meninggalkan tempat yang banyak meninggalkan kenangannya bersama Kushina.
Namun, belum ada 5 langkah dia berjalan matanya menangkap sesosok wanita berambut merah marun yang dikenalnya menggandeng seorang pria berjanggut dan tinggi. Minato mengerutkan dahinya, curiga. Sedang apa Fuuka di sini bersama laki-lakinya yang tidak dikenalnya? Fuuka tampak bergelayut manja di lengan pria itu. Minato pun berjingkat mendekati kedua orang itu dan menguping pembicaraan mereka di balik pohon.
"Fuuka, kamu tidak pulang? Apa nanti suamimu tidak mencarimu kau kan pergi sejak siang?" tanya pria itu sambil mengelus rambut panjang Fuuka.
"Hmm.. Biarkan saja. Aku kan hanya ingin berdua denganmu, Asuma.." jawab Fuuka manja. Asuma mencium keningnya dengan mesra. Minato yang sedang bersembunyi di balik pohon kaget bukan kepalang. Ternyata, perkataan Naruto benar-benar terjadi.
"Jadi ini kelakuanmu diluar selama tidak bersamaku, Fuuka?" ketus Minato keluar dari tempat persembunyiannya. Fuuka dan Asuma terkejut dan menjauh satu sama lain.
"A-aku bisa jelaskan semuanya.."
"Tidak usah kau jelaskan! Aku sudah lihat dengan mata kepalaku sendiri kau berselingkuh dengan pria ini! Hoo.. Ini sebabnya Naruto tak pernah menyukaimu, Fuuka. Karena sikapmu terlalu munafik dan kejam! Aku sudah rela meninggalkan Kushina demi kamu, sampai Kushina meninggal pun aku malah menikahimu, itu kulakukan demi kamu!" bentak Minato menuding-nuding Fuuka. Bibir Fuuka bergetar.
"A-aku tidak tahan, Minato! Aku tidak tahan dengan sikap Naruto yang membenciku bahkan rasanya dia ingin membunuhku! Aku tidak bisa hidup dengan lelaki yang mempunyai seorang anak yang sangat membenciku! Aku takut!" sentak Fuuka balas menuding Minato. Minato menatap Fuuka dengan tatapan memuakkan yang rasanya ingin dia memuntahkan sesuatu ke wajah wanita itu.
"Ohh.. Kau mau menyalahkan Naruto, begitu? Aku akhirnya tahu alasan Naruto membencimu, Fuuka. Dan besok, aku akan ceraikan kau!" cecar Minato lalu pergi dari hadapan Fuuka tak peduli dengan panggilan Fuuka yang terus memanggil-manggil dirinya untuk kembali. Yang ada sekarang tinggalah rasa bersalah karena tidak percaya dengan darah dagingnya sendiri.
Minato memasuki kos-kosan Naruto dengan langkah gontai. Selera makannya hilang seketika karena kejadian tadi. Ramen yang dibelinya tadi sudah dingin dan Minato tak ada niat untuk menyantapnya sama sekali. Ia berniat menaruhnya di meja makan mungkin saja Naruto akan memakannya. Tapi, hal itu tak akan terjadi karena Naruto kini sudah berada di meja makan bersama sebuah ramen instant di tangannya. Minato sedikit terkejut melihat kehadiran Naruto, didekatinya dengan ragu.
"Ehm.. Naruto?" panggil Minato. Yang dipanggil tak menyahut malah terus mengunyah tanpa memedulikan seseorang di belakangnya. Minato menarik kursi dan duduk di samping Naruto.
"Ada sesuatu yang harus kukatakan.." ujar Minato tak berani menatap Naruto. Naruto tak bergeming.
"Aku.. aku mau minta maaf. Aku tahu kalau aku salah. Kau benar, ternyata Fuuka adalah wanita bertopeng dua yang tak tahu malu. Baru saja aku memergokinya berjalan dengan pria lain." ucap Minato meletakkan ramennya di meja. Kalau diperhatikan baik-baik, bisa dilihat Naruto yang sedang mengunyah itu sedikit mengembangkan senyum sinis yang tak bisa dilihat oleh Minato. Seakan mengatakan, rasakan itu!
"Dan, aku berniat menceraikannya besok.." lanjut Minato lagi. Naruto yang hendak memasukkan sesuap ramen ke dalam mulutnya berhenti sejenak mencerna kata-kata Minato. Tak lebih dari tiga detik, ia memasukkan kembali ramen ke mulutnya.
"Apa kau setuju?" tanya Minato menatap Naruto dengan penuh harap ada kata-kata yang keluar dari mulut anaknya itu. Tetapi, yang terdengar hanyalah kunyahan dan bunyi gigi yang saling beradu.
Naruto berdiri dan membuang cup ramen itu, meninggalkan Minato yang masih menunggu kata-kata darinya. Tak peduli Naruto langsung masuk ke kamarnya. Minato menghela nafas putus asa. Darah dagingnya sendiri kini benar-benar membencinya..
Matahari sudah meninggi sejak 45 menit yang lalu dan Minato baru saja bangun dari tidur lelapnya. Ia membuka tirai yang menghalangi cahaya matahari masuk dan matanya langsung disinari cahaya matahari yang menyilaukan. Masih dalam keadaan setengah nyawa, Minato keluar dari kamarnya. Dalam saat yang bersamaan, Naruto pun ikut keluar. Tetapi dengan penampilan yang berbeda. Naruto memakai kemeja putih yang lengannya digulung sampai siku, memakai celana jeans biru dan sepatu kets putih. Minato menatapnya heran.
"Otousan, kenapa kau belum siap-siap? Ini kan sudah jam setengah 9." tanya Naruto melihat Minato masih mengenakan kaos oblong dan celana pendek.
"Hah? Memang mau kemana?"
"Dasar pelupa. Bukankah kau kemarin mengatakan akan menceraikan Fuuka? Ayo, persidangan sudah menunggu. Aku tak mau berlama-lama.." Mata Minato yang semula sayu tiba-tiba mendadak terbuka lebar mendengar kata-kata Naruto.
"Naruto.. Jadi.. Kau..?"
"Otousan, kenapa sih kaget seperti itu? Ayo cepat. Aku ingin segera mengambil ayahku lagi." ujar Naruto memasang arlojinya di depan pintu. Minato tersenyum sumringah. Akhirnya, Naruto kembali padanya..
"Arigatou.. Kami-sama.."
.
.
.
.
TBC…

http://www.fanfiction.net/s/5793472/7/Lovely-Waitress 

0 komentar:

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut