LOVELY WAITRESS CHAPTER 6 (BAD NEWS)

Minggu, 17 Maret 2013
Lovely Waitress

Author: Blueberry Cake 
Rok biru yang mengembang dan di rambutnya tersemat sebuah hiasan kepala warna putih. Walau hanya seorang pengantar makanan, tetapi gadis ini mampu membuat seorang lelaki memimpikannya setiap malam. EPILOG...
Rated: Fiction K - Indonesian - Romance/Friendship - Naruto U. & Hinata H. - Chapters: 10 - Words: 33,651 - Reviews: 140 - Favs: 40 - Follows: 2 - Updated: 06-19-10 - Published: 03-05-10 - Status: Complete - id: 5793472 


Jeng jeng jeng! Blue kembali lagi hadir setelah vakum dengan lamanya *geplaked*. Wah, udah berapa lama nih Blue ga muncul di fict ini dengan membawa chapter baru? Maaf ya kalau Blue kelamaan udpate karena Blue tiba-tiba stuck di tengah jalan untuk mendapatkan ide lanjutan chapter ini. Yah, untunglah setelah menyelesaikan fict I Want You, Blue langsung dapat inspirasi chapter ini. Selamat membaca!
Disclaimer: Om kishi~! Aku kembali lagi! Om Kishi: Pergi kau setan! *buka al-Qur'an.* *sweatdropped*
Enjoy it!

Lovely Waitress

Terdengar suara papan tulis dan spidol bertinta hitam saling beradu menghasilkan suara yang lumayan berisik dalam keadaan hening itu. Seorang pria bermata sapphire memperhatikan tulisan-tulisan yang tercantum di papan tulis dengan tatapan malas dan tak berminat. Bertopang dagu dan menguap tampaknya lebih asyik dibandingkan melihat pelajarannya yang membuatnya harus berkali-kali memutar balikkan otaknya, menurut pria itu.
KRINGG! Bel berbunyi. Beberapa mahasiswa terdengar mendesiskan kata-kata 'yes!' seakan-akan sudah bebas dari beban yang sedaritadi memberatkan mereka selama 3 jam lamanya.
"Baiklah, jangan lupa catat catatan ini karena minggu depan saya akan mengadakan ulangan. Juga kerjakan tugas yang saya berikan tadi. Ingat! Bagi yang lupa mengerjakan tugas akan tahu akibatnya, terutama kau Uzumaki Naruto!" teriak seorang dosen berambut ungu kebiruan yang diikat ke atas memberi Naruto peringatan karena sejak tadi tak memperhatikan jalannya pelajaran.
"Ya, Anko-sensei~.." sahut Naruto dengan nada malas-malasan sembari memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.
"Naruto.." panggil seseorang ketika Naruto melangkah keluar kelasnya.
"Sakura? Membuatku kaget saja. Ada apa?" tanya Naruto menarik tali tasnya. Sakura menghela nafas. Naruto menaikkan alisnya heran.
"Ada apa sih? Kau ada masalah ya?" kata Naruto memperhatikan wajah Sakura yang sedikit muram itu.
"Naruto.. Ada sesuatu yang harus kau tahu.."
"Wah, udah jam 4! Bagaimana kalau kita ngobrol sambil jalan? Aku mau ke kampus Sasuke dan Hinata-chan juga. Kau mau bertemu dengan Sasuke juga kan? Ayo!" Naruto menarik tangan Sakura ke parkiran. Hati Sakura sedikit kecewa.
"Naruto.. Kau tidak tahu.."
0o0o0o0o0o0o0
Sasuke baru keluar dari kampusnya dan kini sedang berada di halaman Universitas Konoha Gakuen. Ia mengeluarkan handphonenya dan baru saja akan memencet nomor Sakura kalau saja Naruto tak memanggilnya dengan suara lantang.
"Sasuke!" Naruto menghampiri Sasuke yang masih menggandeng Sakura. Dari raut wajah Sakura, Sasuke tahu kalau Sakura belum memberitahukan berita itu.
"Baru saja aku mau menelpon Sakura. Ternyata, kau dan Sakura sudah berada di sini." celetuk Sasuke memasukkan kembali handphonenya.
"Hehe. Iya dong, biasanya Sakura kalau selesai kuliah kan langsung menemuimu. Jadi yah, sekalian saja denganku karena aku juga ingin bertemu dengan Hinata-chan. Oh ya, Hinata-chan mana? Belum keluar ya? Kok tidak kelihatan?" tanya Naruto memandang sekelilingnya mencari sosok Hinata. Sasuke dan Sakura saling berpandangan.
"Naruto.. Ada yang harus kau tahu. Mungkin ini sedikit mengecewakan, tapi.. Tak ada salahnya kau tahu ini dari awal daripada kau tahu hal ini belakangan.." ujar Sasuke terlihat salah tingkah. Naruto mengerutkan dahinya.
"Apa maksudmu?"
.
.
.
Di lain tempat…
Terlihat seorang gadis sedang mengepak barang-barangnya. Memasukkan beberapa helai baju, peralatan mandi, beberapa buku dan masih banyak lagi barang-barang yang dimasukkannya dalam satu koper besar. Setelah menutup koper itu, gadis itu terdiam. Memandangi handphonenya yang sedaritadi hanya dipandanginya tanpa ada niat menyentuhnya.
"Hinata, pesawat akan berangkat 30 menit lagi. Sebaiknya kita cepat bergegas." seru seorang pria yang muncul dari pintu kamar Hinata.
"Iya Neji-nii.. Tunggu sebentar." sahut Hinata. Perlahan, matanya memanas dan ada sesuatu yang mengalir ke pipi chubby itu.
"Inikah akhir dari pertemuan kita, Naruto-kun? Bahkan aku belum sempat menyatakan cintaku padamu.."
.
.
.
.
"APA? DIJODOHKAN?" teriak Naruto menggebrak meja menarik perhatian pengunjung Coffe Shop.
"Ssst! Kecilkan suaramu, Baka! Dan duduklah!" perintah Sakura menarik Naruto untuk segera duduk dengan ekspresi wajah yang tidak berubah. Shock dan tidak percaya.
"Tidak! Tidak mungkin Hinata-chan dijodohkan! Kalian tahu darimana?" tanya Naruto dengan nada yang tidak sabaran.
"Kemarin lusa Hinata menelponku. Ia mengatakan bahwa kakaknya, Hyuuga Neji, baru saja memberitahunya dia harus segera kembali ke Otogakuen karena ayahnya mau menjodohkannya dengan anak partner kerjanya. Aku juga mendengar sedikit isak tangis dari Hinata. Mungkin dia menangis." jawab Sakura sedih.
"Hinata-chan.. Kenapa?"
"Ne, kau mencintainya kan Naruto?" celetuk Sasuke membuat Naruto membeku sementara.
"Ya.."
"Apa yang akan kau lakukan sekarang mengetahui Hinata akan segera dijodohkan dengan pria pilihan ayahnya?" tanya Sasuke melipat tangannya di depan dada. Naruto diam. Cappucino caramel yang ada dihadapannya terus dipandanginya hingga menghasilkan sebuah tetesan air membasahi meja itu.
"I don't know.." lirih Naruto. Ia kecewa, putus asa dan.. marah. Tak ada lagi yang bisa diharapakannya. Padahal Hinata adalah gadis kedua setelah Shion yang bisa membuatnya jatuh cinta.
Naruto berdiri mengambil jaketnya dan beranjak pergi meninggalkan Sasuke dan Sakura yang menatapnya dengan tatapan nanar melihat wajah Naruto dengan penuh kecewa itu. Naruto sudah gagal dua kali menjalin suatu tali percintaan.
0o0o0o0o0o0o0
"Huaaah.. Sampai juga deh. Barang-barangmu tidak ada yang ketinggalan kan?" tanya Neji begitu sampai di bandara Otogakuen. Hinata menggeleng pelan.
"Kenapa sih kamu terlihat lesu begitu?" celetuk Neji membuat Hinata tersadar dari lamunannya.
"Ah? Ti-tidak kok, niisan.."
"Merindukan seorang pria berambut blonde dengan mata biru itu?" seru Neji berbisik ke telinga Hinata membuat mata Hinata membelalak.
"Da-darimana..?"
"Handphone. Aku melihat wallpaper handphonemu itu yang ada gambar pria itu. Namanya, Uzumaki Naruto ya?" tebak Neji dengan tampang innocent membuat wajah Hinata semerah cabai. Neji melirik jahil ke arah Hinata.
"Tenang. Aku tak akan marah kok. Malah aku mendukung sekali kalau kamu memang menyukainya. Kulihat, dia sepertinya pria yang baik yang bisa mengerti isi hati gadis seperti kamu." ujar Neji menenteng dua buah tas besar yang lumayan berat.
"Ne.. Neji-nii, tapi kan.."
"Hinata.. Aku akan membantumu semampuku ya? Jangan khawatir." kata Neji menepuk kepala Hinata sebelum Hinata melanjutkan kata-katanya yang sudah diketahui Neji sembari tersenyum lembut kepada adiknya itu.
"Sekarang, lebih baik kau membantuku untuk membawakan tas-tas ini. Berat tahu!" perintah Neji dengan wajah sedikit kesal ketika Hinata menertawakannya.
0o0o0o0o0o0
Naruto menendang-nendang kerikil kecil yang ada didepan kakinya dengan kesal. Tak ada lagi harapan untuk terus mencintai Hinata kalau kenyataannya dia akan dijodohkan dengan orang lain. Naruto merasa dirinya bodoh, mengapa tidak dari dulu saja dia menyatakan perasaannya sebelum keduluan orang lain. Sekarang, tak ada lagi harapan untuk dia..
"Hinata-chan…" gumam Naruto menundukkan kepalanya. Ia duduk di bangku taman sembari meneteskan air matanya yang mulai mengalir membasahi pipinya.
"Aaah.. Sayang.. Jangan gitu dong.. Malu nih.." terdengar suara manja seorang wanita yang langsung dikenali oleh Naruto. Naruto menengok mencari siapa pemilik suara itu.
"Fuuka?"
"Tidak apa-apa kan? Kau tidak pulang? Nanti suamimu mencarimu lagi.." sahut seorang pria berjanggut sambil mengisap rokok. Naruto melototkan matanya ketika melihat 2 orang yang dikenalnya.
"Apa? Asuma-sensei dan Fuuka? Sedang apa mereka? BRENGSEK! Benar apa yang kukira, Fuuka adalah srigala berbulu domba! Setelah membunuh Kaasan dan merebut Tousan dariku, dia selingkuh dengan guruku yang sudah mempunyai istri? Munafik!"
Dirasakan kepalanya memanas ketika melihat pemandangan itu. Sungguh, Naruto tak tahu apa yang di pikiran wanita munafik seperti Fuuka. Dia sudah membunuh Kushina, dan sudah merebut Minato dari Kushina. Sekarang dia berselingkuh dengan Asuma yang sudah mempunyai Kurenai?
"Awas kau Fuuka.. Kujamin hidupmu tak akan selamat.." gumam Naruto lalu beranjak pergi.
BRAK! Naruto membuka pintu kos-kosannya dengan kasar membuat Minato yang tengah menonton terkejut. Ia menghampiri Naruto yang menatapnya seperti tatapan seorang psikopat.
"Ada apa Naruto?"
"Aku ingin sekarang juga kau ceraikan Fuuka!" pinta Naruto.
"Kenapa? Ada apa sih? Tiba-tiba kamu berbicara seperti itu?" tanya Minato tak mengerti.
"Kau tahu? Diluar sana, ketika kau tidak sedang bersamanya, dia berselingkuh! Apa kau tahu itu hah?" jawab Naruto dengan mata berapi-api. Minato terdiam tak percaya.
"Aku tahu kau membenci Fuuka, tetapi tidak begini caranya! Jangan kau memfitnah Fuuka dengan seperti itu!" bentak Minato dengan tatapan tidak senang.
"Oh ya? Untuk apa aku memfitnah perempuan tak berguna itu? Apa untungnya bagiku? Aku berkata begini agar kau sadar bahwa dia bukanlah perempuan sebaik yang kau kira! Setelah membunuh Kaasan, sekarang kau diselingkuhinya. Dia berselingkuh dengan guruku yang sudah mempunyai istri!" ketus Naruto tak mau kalah.
"NARUTO CUKUP! Aku sudah terlalu banyak bersabar padamu, tapi kau tetap tidak mau mengerti!" ucap Minato menuding-nuding Naruto.
"Terserah dengan apa yang kau katakan. Yang jelas, perempuan itu hanya memakai topeng didepanmu. Kalau perkataanku benar, aku akan tertawa cukup keras untuk penderitaanmu." kata Naruto dengan senyum meremehkan lalu keluar dari kos-kosannya. Minato menghela nafas.
0o0o0o0o0o0
Mobil yang ditumpangi Hinata dan Neji sudah memasuki pekarangan halaman mansion Hyuuga. Tampak megah dan besar. Tak heran bila keluarga Hyuuga banyak disegani oleh banyak orang karena mereka adalah keturunan bangsawan yang cukup terkenal di berbagai negara. Hinata menenteng tas dan kopernya dengan perasaan yang tidak menyenangkan.
"Neesan! Aku rindu padamu!" seorang gadis berumur 16 tahun menghampiri Hinata dan langsung memeluknya melepaskan semua rindu yang terpendam di hati.
"Hanabi-chan.. Neesan juga rindu kok. Hihi.." sahut Hinata tertawa kecil melihat adiknya begitu manja ketika dirinya datang.
"Aku bawakan ya! Oh ya, segera beres-beres dan mandi ya! Soalnya nanti malam calon suamimu akan datang ke sini. Kau harus dandan yang cantik." kata Hanabi. Wajah Hinata yang semula ceria, berubah menjadi muram ketika Hanabi mengatakan calon suaminya akan datang. Hinata terpaksa senyum agar Hanabi tidak curiga.
Hinata membuka pintu kamarnya. Tak ada yang berubah sejak ia meninggalkan rumahnya 3 tahun yang lalu. Dinding yang diwarnai warna biru laut yang terlihat menyegarkan, tempat tidurnya yang bersih nan harum, dan aroma orange yang tak pernah hilang dari kamar gadis cantik ini. Kelihatannya Hanabi merawat dengan baik kamarnya semenjak ia meninggalkan Otogakuen. Hinata duduk di pinggir kasur. Ia termenung sejenak, menyiapkan hatinya agar tidak bertingkah konyol saat akan dijodohkan nanti malam. Hinata mengambil handphonenya dan memencet sebuah nomor.
"Halo?" jawab seseorang di seberang telpon.
"Sakura-chan.. Ini aku, Hinata.."
"Eh, Hinata? Kau sudah sampai di Otogakuen?"tanya Sakura begitu sadar bahwa Hinata yang menelpon.
"Ya.. Sakura-chan, aku tidak yakin dengan perjodohan ini. Bagaimana dengan Naruto-kun kalau aku dijodohkan?" kata Hinata dengan suara parau.
"Yang tabah ya, Hinata.. Kalau kamu benar-benar mencintai Naruto, dia tak akan lari kemanapun kok.. Karena jodoh bukanlah di tangan orang tuamu kan?"
"Iya.. Tapi.."
"Kau harus berjuang! Tunjukkan dirimu sebagai wanita yang tegar dan tabah ya! Eh, sudah dulu ya. Aku mau bantu okasaan masak dulu. Ja matte!" Percakapan pun terputus. Hinata menghela nafas.
Malam terasa sangat cepat tiba. Hanabi sudah sibuk memilihkan kimono yang cocok dengan Hinata hingga Hinata sedikit bosan mendengar ocehan adiknya yang menginginkan dirinya tampil dengan sempurna. Akhirnya, pilihan Hanabi jatuh pada kimono putih bercorak bunga anggrek ungu dengan obi merah. Sangat anggun dan menawan. Tidak sampai disitu, Hanabi pun mempermak habis-habisan wajah Hinata.
"Hanabi-chan, neesan tidak mau pakai itu.." sahut Hinata ketika Hanabi mau memoleskannya lipstik berwarna merah cabai.
"Aduh neesan, kau kan sudah dewasa. Agar bibirmu cantik, kau harus memakai lipstik ini." kata Hanabi membantah. Hinata mengerutkan dahinya sebal. Umurnya kan baru 25 tahun, kenapa harus memakai lipstik yang menggairahkan seperti itu? Memangnya dia tante-tante yang sudah berumur 30 tahun?
"Tidak, Hanabi-chan.. Ini tidak cocok untuk neesan. Lipstik ini terlalu mencolok dan tidak sesuai untuk umur neesan. Ehm.. Ah.. Neesan cocok pakai yang ini atau tidak yang ini saja.." kata Hinata mengambil sebuah lipstik berwarna natural. Warna plum yang manis dan pink cherry yang anggun.
"Tapi.."
"Hanabi-chan, kau tidak mau kan aku kelihatan seperti badut di depan besan kita?" celetuk Hinata berusaha meyakinkan Hanabi. Akhirnya Hanabi mengalah dan memoleskan lipstik berwarna pink cherry yang anggun.
"Hinata, tamu kita sudah da—Wauw! Hinata?" Neji yang hendak memanggil Hinata untuk keluar terkejut melihat penampilan baru Hinata yang membuat Neji tercengang sejenak.
Hinata benar-benar berbeda. Ia mengenakan kimono putih bercorak bunga anggrek ungu dan obi merah. Wajahnya hanya dipoles sedikit bedak karena wajahnya sudah putih, kedua pipinya diberi blush on berwarna peach membuat wajah Hinata segar dan auranya muncul. Hanabi memoleskan warna biru langit pada kedua kelopak mata Hinata. Bibir mungilnya dipoles dengan lipstik pink cherry. Rambutnya yang biasanya hanya digerai seadanya, kini diikat setengah oleh Hanabi menggunakan ikat rambut berbentuk hati berwarna kuning. Dan sekarang Hinata benar-benar sangat cantik. Kalau saja Neji tidak mengingat statusnya dengan Hinata, mungkin dia yang akan berniat dijodohkan dengan adiknya itu.
"Ke-kenapa Neji-nii? Dandananku, jelek ya?" tanya Hinata ketika Neji terus menatapnya tanpa berkedip.
"Oh, eh? E-enggak kok! Kamu malah kelihatan manis sekali dengan tampilan seperti itu." jawab Neji agak kikuk. Hinata tersipu malu menimbulkan semburat merah yang seperti biasa menghiasi pipinya.
"Sedang apa kalian di sini? Tamu kita sudah datang." ujar Hiashi yang tiba-tiba muncul dari belakang Neji.
"I-iya otousan. Go-gomen.." kata Hinata melangkah keluar melewati Hiashi dengan sopan.
"Hinata.." panggil Hiashi membuat Hinata menghentikan kakinya.
"Ya, otousan?"
"Penampilanmu sedikit berubah. Terlihat lebih.. anggun.." puji Hiashi menyembunyikan ekspresi kagumnya pada Hinata. Hinata terkejut bukan main. Baru kali ini ayahnya berkata seperti itu padanya. Hinata tersenyum halus pada Hiashi.
Keluarga Hyuuga ternyata sudah berada di ruang tamu semua. Hiashi memasuki ruang tamu dengan perlahan disusul Hanabi, Neji dan yang terakhir adalah Hinata. Semua keluarga besar Hyuuga matanya tertuju pada sosok gadis berkimono putih yang kini menundukan wajahnya karena tak tahan menahan malu dilihat seperti itu oleh keluarganya. Dan, di dalam hati pun Hinata sedikit mengutuk Hanabi yang sudah membuatnya jadi pusat perhatian.
Greek.. Pintu terbuka.
Terlihat beberapa orang yang memakai kacamata hitam dan wajah yang penuh dengan keseriusan tanpa ada senyum sedikit pun, masuk ke ruang tamu Hyuuga. Hinata mengangkat alisnya ketika melihat orang-orang itu yang tak ada tatapan ramah sedikit pun. Dan, yang terakhir datang seorang pria berjas hitam dan mengenakan kemeja putih meliriknya dengan tatapan tajam. Hinata bergidik ngeri. Apakah ini orang-orang yang ingin Hiashi jodohkan pada Hinata?
"Suatu kehormatan bila kau bersedia untuk menjodohkan putramu dengan putrimu, Aburame.." ucap Hiashi membuka suara. Seorang pria yang mirip dengan lelaki yang tadi meliriknya dengan tatapan tajam, menundukkan kepalanya.
"Terima kasih, Hyuuga. Karena aku memang ingin menjodohkan putraku, Aburame Shino dengan putrimu, Hyuuga Hinata.." ucap pria itu yang tampaknya adalah ayah dari Shino.
Hinata melotot. Apa? Ayahnya ingin menjodohkan dirinya dengan orang-orang seperti itu, terlebih lagi lelaki yang bernama Shino itu? Dilihat dari raut wajahnya mereka bukanlah orang yang suka beramah tamah. Untuk mengeluarkan sebuah senyuman saja, sepertinya tugas yang sangat berat untuk seorang Aburame. Apalagi untuk tertawa. Hinata yakin, Aburame bukanlah keluarga yang mempunyai selera humor.
"Agar perjodohan ini berjalan lancar dan kalian bisa saling mengenal dekat, maka lebih baik kalian berdua mulai mengakrabkan diri." ucap Hiashi menatap Hinata dan Shino. Shino beranjak berdiri, tetapi Hinata juga tidak mau berdiri. Kakinya terasa kaku. Mau tak mau, akhirnya Hinata pun berdiri dan beranjak keluar bersama Shino.
Mereka berdua menuju taman belakang yang terdapat sebuah kolam ikan bersama air terjun kecil, dan sebuah ayunan. Semasa kecil Hinata suka sekali menaiki ayunan itu. Hinata segera saja menghampiri ayunan itu, meninggalkan Shino yang berjalan dibelakangnya. Diayunnya ayunan itu, membuat tubuh Hinata terbawa angin malam yang dingin. Tetapi itu tidak membuat senyum Hinata pudar. Dilihatnya bulan yang bersinar terang saat itu. Dan, dia sadar bahwa Shino sedaritadi hanya memandanginya tanpa berbicara satu kata pun.
"Go-gomenasai, Shino-san kalau aku mengabaikanmu.." ucap Hinata menghentikan ayunannya.
"Tidak apa." Hening lagi. Hinata bukanlah gadis yang pintar mencari bahan obrolan. Bagaimana jadinya bila ia dan Shino menikah? Pasti rumah tangga mereka penuh dengan keheningan. Dilihat dari cara bicaranya, Hinata tahu bahwa Shino bukanlah tipe orang yang akan berbicara duluan sebelum diajak bicara duluan.
"Ehm.. Sh.. Shino-san? A-apa kau sudah tahu tentang perjodohan ini?" tanya Hinata memutar-mutarkan kedua jari telunjuknya.
"Ya." jawab Shino singkat. Hinata sedikit menggerutu ketika mendengar jawaban Shino yang ternyata lebih cuek daripada Sasuke. Baru Hinata membuka mulutnya tetapi Shino sudah menyahut.
"Tapi, sebenarnya aku tidak setuju dengan perjodohan ini."
"Ke-kenapa?"
"Aku tidak suka dijodohkan dengan seseorang yang belum pernah aku temui. Karena, belum tentu aku mencintainya." kata Shino menatap sinar bulan yang terang. Hinata tercengang. Hembusan angin malam menerpa rambut Hinata yang melambai-lambai.
"Y-ya. Aku juga.. Se-sebenarnya, a-aku sudah mempunyai seseorang yang aku cintai. Ta-tapi, otousan memaksaku untuk menjodohkanku denganmu.." ucap Hinata tertunduk menyembunyikan wajahnya. Shino menatap Hinata. Ia menghampiri Hinata dengan langkah yang tenang tetapi menegangkan. Shino menarik dagu Hinata hingga ia bisa melihat jelas wajah Hinata.
"Aku akan membantumu. Untuk kabur dan membatalkan perjodohan ini. Karena aku juga sudah mempunyai seorang kekasih." cetus Shino membuat mata Hinata membulat.
"Ke-kekasih?" Shino mengangguk.
"Besok, kembalilah ke Konohagakuen. Aku akan mempersiapkan tiket untukmu. Dan aku juga akan kembali ke Iwagakuen. Aku tak menginginkan perjodohan ini." ujar Shino tanpa ekspresi. Tiba-tiba, Hinata memeluk Shino tanpa sadar.
"Eh?"
"Arigatou Shino-san!" kata Hinata girang. 30 detik kemudian baru disadarinya bahwa ia telah memeluk Shino.
"Go-gomenasai!"
"Tidak apa." sahut Shino. Hinata tersenyum girang. Tak disangkanya ternyata seseorang yang akan dijodohkan dengannya mempunyai pemikiran yang sama dengan dirinya. Dan esok, Hinata akan terbang kembali ke Konohagakuen.
Jam 4 pagi. Disaat semua orang tertidur, Hinata masih mengepak barang-barangnya. Shino mengatakan bahwa pesawat yang akan terbang menuju Konohagakuen akan berangkat jam setengah 7. Maka dari itu, Hinata segera bersiap-siap karena Shino juga telah menunggunya di bandara untuk berangkat bersama menuju tempat tujuannya masing-masing. Dengan langkah mengendap-ngendap, Hinata keluar rumah dan segera mencari kendaraan untuk ke bandara.
0o0o0o0o0o0o0
Jam 7 pagi. Matahari sudah menerobos masuk ke jendela kamar kos-kosan Naruto. Pria blonde ini mengucek-ngucek matanya ketika sinar matahari langsung menyinari matanya. Ia bangun dengan wajah masih setengah sadar. Mungkin sedang mengumpulkan nyawa.
Tok.. tok.. tok..
"Widih, siapa pagi-pagi udah bertamu? Tidak lihat jam ya?" gerutu Naruto mengusap-ngusap rambutnya. Tak mau berlama-lama, ia segera menuju pintu dan membukakan pintunya.
"Naruto.." Naruto yang masih setengah sadar itu tiba-tiba membelalakan matanya dan sudah sadar sepenuhnya ketika tahu sosok yang dikenalnya ada di depan matanya.
"Sh-Shion? Ada apa kau ke sini?" tanya Naruto terkejut.
"Ada yang ingin kubicarakan.." jawab Shion. Naruto menaikkan alisnya.
Dan, Naruto merasa ada sesuatu yang buruk akan menimpa dirinya ketika melihat kehadiran Shion di depan matanya. Naruto sudah tidak mempercayai gadis dihadapannya yang sudah membohonginya. Sesuatu itu pun.. benar-benar terjadi..
.
.
.
.
TBC…

http://www.fanfiction.net/s/5793472/6/Lovely-Waitress 

0 komentar:

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut