Lovely Waitress
Author: Blueberry Cake
Lovely Waitress
Author: Blueberry Cake
Rok biru yang mengembang dan di rambutnya
tersemat sebuah hiasan kepala warna putih. Walau hanya seorang pengantar
makanan, tetapi gadis ini mampu membuat seorang lelaki memimpikannya
setiap malam. EPILOG...
Rated: Fiction K - Indonesian - Romance/Friendship - Naruto U. & Hinata H. - Chapters: 10 - Words: 33,651 - Reviews: 140 - Favs: 40 - Follows: 2 - Updated: 06-19-10 - Published: 03-05-10 - Status: Complete - id: 5793472
Ehem… ehm..
ehem.. eehm.. uhuk.. uhuk.. test.. testing.. testing… *mukul-mukul mike sampe
copot*. WOKEH!! Blue hadir lagi dengan fict baru yang pasti bikin para readers
mabuk kepayang *narsis* . Tadinya sih pengen bikin poetry, cuma lagi males. Ga
ada ide. Waktu di sekolah lagi ga ada pelajaran, Blue suka nulis-nulis konsep
NaruHina sendiri. Eh, terciptalah fict ini. Wehehehehehehehehe. Walaupun gaje,
Blue berharap ga ada yang memberikan flame ya… Kalau ga suka, ga usah dibaca
daripada ngeflame.
Summary:Rok
biru yang mengembang dan di rambutnya tersemat sebuah hiasan kepala warna
putih. Walau hanya seorang pengantar makanan, tetapi gadis ini mampu membuat
seorang lelaki memimpikannya setiap malam.
Disclaimer:
Punya Blue! Pokoknya NaruHina dan seluruh karakter Naruto punya Blue!
*dibanting Om Kishi*
Enjoy it!
Lovely Waitress
Universitas Kaitani Konoha…
Terlihat beberapa mahasiswa dan
mahasiswi keluar dari kampus Kaitani. Ada yang menuju kantin, menuju tempat
parkit, bahkan ada yang saling menemui kekasih hatinya. Tetapi, tidak untuk
satu pasangan ini. Seorang pria berambut spike blonde terlihat marah dan pasrah
pada seorang gadis pirang pucat yang ada dihadapannya.
"Kenapa kau lakukan itu padaku,
Shion?! Kenapa kau tega?!"kata pria itu pada gadis bernama Shion.
"Aku melakukan apa yang kau
lakukan padaku, Naruto! Aku melihatmu kemarin bersama Matsuri di toko
buku!"balas Shion ketus. Ia membuang muka ke arah lain.
"Ya Tuhan, Shion, itu kan sudah
aku jelaskan! Aku ke toko buku bersama Matsuri hanya mencari tugas skripsi yang
diberikan oleh Konan-sensei! Lagipula, kau lihat kemarin ada Gaara kan? Tak
mungkin aku berbuat yang aneh-aneh dengan Matsuri!"jawab Naruto.
Shion terdiam. Apa yang dikatakan
Naruto benar semua.
"Apa salahku? Apa aku kurang
perhatian? Apa aku kurang pengertian?"
"Iya! Kau kurang kaya, Naruto!
Asal kamu tahu, selama ini aku pacaran dengan kamu hanya ingin memenangkan
taruhan dengan teman-temanku. Dan juga hanya ingin hartamu saja! Kupikir, 'dia'
masih lebih baik dan kaya daripada kau. Sudahlah, aku bosan denganmu. Lebih
baik kita putus."kata Shion mengeluarkan kata-kata terakhirnya. Kemudian,
gadis bermata ungu ini meninggalkan Naruto yang tenggelam dalam kekecewaannya.
Sedih sekali dicintai seseorang
hanya karena sejumlah harta. Naruto benar-benar merasa tertipu dengan topeng
yang dikenakan Shion. Di depan Naruto, Shion selalu bersikap manis, padahal itu
hanya topeng yang menutupi semua kebusukan Shion. Naruto melihat Shion dengan
lelaki berambut merah marun di Mall Konoha. Shion tampak manja dengan pria itu.
Dan, yang paling meyakinkan bahwa Shion menduakan Naruto, Shion terus-menerus
merangkul pria itu. Naruto merasa dirinya paling menyedihkan di dunia..
Tapi, ternyata bukan hanya Naruto
saja yang menyedihkan..
Universitas Konoha Gakuen
Di sebuah taman dekat tempat parkir,
seorang gadis berwajah polos berambut Indigo tengah menahan tangis ketika
pemuda di depannya mengatakan sesuatu.
"A-apa? Pu-putus?!"
"Ya, kita putus."
"Ta…tapi kenapa? Apa
salahku?"tanya gadis itu dengan mata berkaca-kaca.
"Maaf Hinata, aku menemukan
yang lebih baik darimu. Setidaknya, dia bisa memuaskan hasratku untuk bercinta.
Tidak seperti kau. Dicium sedikit saja tidak mau. Dasar wanita dungu yang
kampungan! Aku bosan berpacaran denganmu."cerca pemuda itu membuat gadis
bernama Hinata itu menutup mulutnya terkejut. Air matanya jatuh.
"Sa.. Sasori-kun… Kenapa kau tega
berkata seperti itu?"kata Hinata dengan suara parau. Pemuda bernama Sasori
itu tersenyum angkuh.
"Perempuan sepertimu tak ada
gunanya untuk diterusin. Sudahlah, aku bosan denganmu. Sebenarnya, aku
berpacaran denganmu hanya untuk memenangkan taruhan dengan teman-temanku. Yang
isinya, siapa yang bisa meniduri dirimu akan menjadi bos selama sebulan. Tapi,
kau susah sekali untuk di ajak bercinta. Biarpun aku kalah taruhan, setidaknya
aku tidak akan berhubungan lagi denganmu. Beruntung kau tidak kupaksa."kata
Sasori memunggungi Hinata. Hinata menggaet tangan Sasori yang akan pergi.
"Ha-hanya karena itu.. kau
memutuskan hubungan ini?"tanya Hinata dengan mata yang berkaca-kaca.
Sasori melepaskan genggaman tangan Hinata.
"Ya. Sekarang, jangan pernah
ganggu aku lagi."Sasori menjauhi Hinata yang tengah terisak dalam
kekecewaannya.
Dan sekarang, Hinata tahu bahwa
Sasoru hanya menginginkan tubuhnya saja. Untuk memuaskan hasrat buruknya.
Hinata memang mencintainya, tetapi bukan berarti Hinata mau melakukan hal yang
berdosa.
Dengan berakhirnya hubungan ini,
memang Hinata akan lebih aman daripada diteruskan tetapi Sasori memaksa. Tapi
tidak mudah melupakan seseorang yang selama 6 bulan mengisi hari-harinya yang
sepi.
0o0o0o0o0
Klontang.. kleng… prang.. Bunyi
piring dan gelas bersih yang habis dicuci saling beradu, diletakkan di rak
piring oleh seorang gadis berambut merah muda sebahu. Setelah semua piring
habis, gadis emerald ini mengelap tangannya dengan celemek yang digunakannya.
"Oh, ayolah Hinata. Jangan
bersedih terus. Lebih baikkan kau putus dengan si brengsek Sasori
itu."ujar gadis itu menghampiri Hinata di sudut dapur yang termenung
sendiri.
"Sakura-chan, k-kau tak tahu
rasanya di tinggal seseorang yang kita cintai."jawab Hinata lesu.
"Aku tahu."
"Sakura-chan, serius."
Ting.. Suara bel terdengar dari
sebuah jendela kecil yang menghubungkan dapur Sakura dan Hinata dengan dapur
koki.
"Pesanan meja 16."kata
seorang koki menyerahkan nampan berisi ramen dan chesee burger.
"Daripada memikirkan itu, lebih
baik kau mengantarkan ini."kata Sakura menyodorkan nampan itu ke Hinata.
"Kenapa tidak kau saja?"
"Oh, please honey…
Sasuke-kun tak bisa menunggu lama-lama."kata Sakura memohon. Hinata
melihat keluar pintu. Tampak seorang pria berambut hitam menunggu seseorang di
dalam.
"Huh, dasar. Romeo dan Juliet.
Seandainya kau ditegur oleh Tayuya-sama lagi, aku tak peduli."ketus Hinata
juga menyindir Sakura. Hinata merebut nampan yang ada di tangan Sakura. Sakura
hanya meleletkan lidahnya dan menghampiri pangerannya.
"Sudahlah, untuk apa kau
ingat-ingat itu? Kita masih muda. Take a have fun, Naruto!"kata
seorang cowok berambut coklat yang memiliki taring.
"Aku tahu. Tapi, aku heran
saja. Ada wanita seperti Shion itu. Aku benar-benar tidak mengerti, Kiba."keluh
Naruto bersandar pada kursinya.
"Aku yakin, tak lama lagi kau
pasti menemukan yang lebih baik daripada Shion."kata Kiba. Naruto
mengangkat bahu.
"Entahlah. Aku berharap juga
begitu."
"Permisi, ini pesanannya. Ramen
dan chesee burger?"seorang waitress datang sambil membawa pesanan
Naruto dan Kiba,
"Oh ya, itu pesanan kami."
Naruto yang tadi memalingkan
wajahnya, mendongak melihat waitress berpakaian maid di
hadapannya. Rambut indigo dan mata lavender menarik perhatian Naruto. Di dada
sebelah kirinya ada sebuah tag name bertuliskan 'Hinata'. Mata biru
Naruto tak lepas memandangi mata bunga itu.
"Selamat menikmati." ucap
Hinata tersenyum. Hinata beranjak pergi.
"Eh tunggu!"cegah Naruto.
Langkah Hinata terhenti, melihat Naruto, dan tercekat melihat ketampanan
Naruto. Wajahnya langsung sedikit memerah. Naruto mengerutkan dahinya heran
melihat wajah Hinata memerah. Tapi… terlihat tambah manis.
"I-iya? Ada yang kurang?"
tanya Hinata dengan semburat merah.
"Oh.. ehm… ano… bolehkah aku
minta shoyu?" kata Naruto tiba-tiba membuat Kiba menaikkan alisnya.
"Sh-shoyu? Euhm… sebentar
ya."Hinata menuju dapur mengambil shoyu dengan heran. Ramen pakai shoyu?
Aneh.
"Selang 5 menit, Hinata kembali
dengan sebotol shoyu di genggamannya.
"I-ini shoyunya. Selamat
menikmati."ucap Hinata lalu segera pergi ke dapur.
"Pelayan itu manis ya. Kau suka
kan dengan dia, Naruto?" goda Kiba membuat Naruto gelagapan.
"Apa yang kau katakan sih? Aku
tidak suka dia!" elak Naruto mengambil sumpit dengan wajah sedikit merah.
"Masa? Kalau tidak, kenapa kau
minta shoyu? Aneh kan ramen dengan shoyu? Terlebih lagi, kau tidak suka shoyu.
Lalu, wajahmu merah begitu." kata Kiba menggoda Naruto.
"Diam kau! Makan saja
hamburgermu!"sentak Naruto kesal. Kiba tertawa.
0o0o0o0o0
Hinata mencuci piring dengan wajah
berseri-seri. Sakura yang baru saja kembali dari menemui Sasuke, mengerutkan
dahinya melihat Hinata.
"Kau kenapa, Hinata? Baru dapat
tip dari pelanggan?" tanya Sakura menghampiri Hinata.
"Ah, ti-tidak kok
Sakura-chan.." jawab Hinata dengan wajah sedikit memerah.
"Hmm.." Sakura
memperhatikan wajah Hinata. Pipi chubby itu sedikit memerah. Sakura tahu
apa artinya itu.
"Siapa dia?" tanya Sakura
melipat tangannya dan tersenyum jahil.
"Dia? Dia siapa?" tanya
Hinata balik.
"Laki-laki yang membuat pipi
tembemmu ini merah, Honey… Kita sudah berteman selama 6 tahun. Jangan kira aku
tak tahu kebiasaanmu. Pipimu akan selalu memerah jika ada laki-laki yang kau
suka." jawab Sakura mencubit pelan pipi Hinata.
"Sa… Sakura-chan… Tidak ada laki-laki
manapun kok.."elak Hinata dengan wajah tambah memerah.
"Uuh, Hinata. Kau menggemaskan
sekali sih. Jangan bohongi aku." ucap Sakura mencubit gemas pipi Hinata.
"Su-sudahlah, Sakura-chan..
Le-lebih baik, kau mengantar pesanan meja 20.."
0o0o0o0o0
"Aku pulang." ucap Naruto
begitu masuk ke kamar kosnya. Ia melempar tas selempang hitamnya ke tempat
tidur. Hari ini dia tidak ada shift kerja. Dia bisa bersantai hari ini.
Pertemuannya dengan Hinata di Café
Violetta membuat perasannya berbunga-bunga. Wajahnya yang manis itu terlihat
cantik bila ada semburat merah. Seperti strawberry, buah kesukaannya.
"Hmm… Lovely Waitress…"
TBC…
1 komentar:
baca-baca siang kang
Posting Komentar