KEEP SMILE PART 2

Senin, 17 Desember 2012
aruto membuka matanya. Perih. Tulang-tulang pipinya agak sakit, dan saat dia melihat tempat di mana ia berada, ia termenung.
Tempat ia berada, saat ia akan menerima kenyataan pahit itu. Ruang tunggu di rumah sakit.
Naruto menunduk. 'ini mimpi, kan?' batinnya mulai bertanya-tanya. 'tidak mungkin, pasti ini mimpi. Aku harus bangun!' Naruto menepuk-nepuk kedua pipinya, mencoba membangunkan dirinya. Hasilnya? Hanya rasa sakit yang di rasakannya.
"haduh… sepertinya pipiku merah, ya…" ujarnya seraya mengelus-elus pipi kanannya.
Krieet
Naruto melihat kearah suara itu berasal.
'jangan-jangan…' Naruto berdiri dari tempat duduknya.
Dari ruangan itu, -ruangan yang sama- keluarlah seorang Dokter –masih dokter yang sama- yang menatap Naruto dengan lembut.
Naruto terdiam.
Menunggu.
"syukurlah, Hyuuga-san selamat. Sekarang keadaannya sudah lebih baik" Ujar dokter itu seraya tersenyum lembut pada Naruto.
"apa? Benarkah?" Naruto bertanya, tidak percaya.
Dokter itu mengangguk.
"kami akan segera menghubungi keluarga Hyuuga-san, kau bisa melihat keadaannya sekarang" ujar dokter itu dan pergi meninggalkan Naruto yang termangu disana.
'ini… bukan mimpi kan?' Naruto berpikir.
Akhirnya ia masuk ke ruangan dimana Hinata berada, melihat Hinata yang terbaring di sana.
"Hinata…" ucapnya lirih.
Gadis berambut indigo itu terbaring dengan manis. Wajahnya yang lembut dan kulitnya yang putih itu membuat Naruto ingin memeluknya.
Dia mendekati Hinata, melihat keadaannya, 'benarkah, Hinata hidup kembali?' ujarnya seraya memegang pergelangan tangan Hinata.
"eh? Hinata? Kau hidup kembai? Yatta~! Hinata~!" Naruto memeluk Hinata dengan erat. Mata blue sapphire miliknya itu kembali meneteskan air mata.
Air mata bahagia.
===###===
Sudah seminggu berlalu sejak Hinata masuk ke rumah sakit, dan pada hari ini, Hinata di perbolehkan pulang untuk memulihkan keadaannya di rumah.
"terima kasih sudah menjaga dan merawat Hinata. Terima kasih banyak dokter" Neji mengucapkan ucapan terima kasihnya kepada dokter yang telah merawat Hinata saat mereka bersiap akan pulang ke kediaman Hyuuga.
"iya. Bila ada apa-apa, hubungi saya kapan saja" Ujar dokter itu.
"baiklah, kami harus pulang sekarang. Terima kasih atas semuanya, dokter" Sambung Hiashi Hyuuga, ayah Hinata.
Dokter itu tersenyum dan mengangguk.
Lalu mereka pun berpisah.
===###===
"oi Hinata!" Naruto melambaikan tangannya dari kejauhan, memperlihatkan senyuman lebarnya seperti biasa. Ia pun berlari menghampiri Hinata yang sedang duduk di kursi roda saat itu.
"Neji mana? Bukannya kau akan pulang bersama Neji, ya?" Tanya Naruto tiba-tiba.
"Na-Naruto-kun… Neji-nii sedang di-di-di dalam, bersama…"
"apa yang kau lakukan di sini, hah?" Tiba-tiba Hiashi datang membentak Naruto, membuat Naruto dan Hinata –tentu saja- terlonjak kaget.
"eh? Paman… hehe… aku hanya ingin menjemput Hina-chan" Ujarnya dengan cengirannya yang khas.
"sudah kubilang kau tidak boleh dekat-dekat dengan putriku!" ujarnya seraya menjitak kepala Naruto dengan –keras.
"aduh! Tapi paman, aku kan tidak akan melakukan apa-apa!" ujar Naruto membela dirinya.
"to-tou-san… su-sudah…" Hinata mencoba menghentikkan pertengkaran itu, dan membuat Hiashi sedikit menahan amarahnya.
"sudah kubilang kau jangan dekat-dekat dengan bocah tengik ini!" Hiashi sedikit membentak Hinata dan membuat Hinata langsung menunduk.
"sudah ku katakan kan? Bahwa keluarga Hinata itu sama sekali tidak menyukaimu!" Neji datang dan mencibir Naruto.
"ma-maafkan aku, Na-Naruto-kun…" Ucap Hinata terbata-bata.
"apa-apaan sikapmu itu? Jangan meminta maaf pada anak bodoh itu" Neji menimpali perkataan Hinata.
"sudahlah! Kalian ini berisik sekali! Lebih baik kita pulang sekarang, ayo Hinata!" Naruto dengan –cepat- tiba-tiba mendorong kursi roda Hinata dan berjalan mendahului Hiashi dan Neji.
Hiashi memperhatikan Naruto, lalu…
"NARUTO~!"
===###===
"a-anou… Naruto-kun…" Hinata berkata seraya menunduk, padahal yang mendorongnya itu jelas-jelas Naruto, tapi dia masih tetap saja merasa malu.
"iya? Ada apa Hinata-chan?" Naruto mendekatkan wajahnya pada Hinata untuk menunjukkan responnya.
"a-anou… lebih baik Naruto-kun cepat pulang… ka-karena…"
"nanti aku akan di bunuh ayahmu? Begitu kan yang ingin kau katakan?" Ujar Naruto membuat Hinata kaget.
"Un…" Hinata mengangguk pelan.
"sudahlah, tenang saja, aku kan juga ingin mengajakmu jalan-jalan…" Ujar Naruto seraya menggembungkan pipinya.
"eh…?" Hinata melihat ke belakang.
Naruto tersenyum lembut.
"aku kan ingin menghabiskan banyak waktu denganmu, Hina-chan… kau tidak perlu khawatir aku akan di marahi ayahmu, karena-" Naruto menggantung kalimatnya.
"aku pasti akan selalu menjagamu…" ujarnya berbisik tepat di telinga Hinata
BLUSH!
Wajah putih Hinata langsung merona saat itu.
"Na-naruto-kun…" Dia memainkan jari-jarinya. Malu.
===###===
Tak terasa, sudah sekitar 1 bulan lebih Sejak Hinata keluar dari rumah sakit. Keadaannya sudah jauh lebih baik, dan dia dapat bersekolah seperti biasa.
Saat ia sedang merapikan rambutnya, terdengar suara seseorang dari luar pintu kamarnya.
"Hinata... Kau mau sarapan tidak?" Tanya Neji dari luar.
"ah iya, Nii-san!" Jawab Hinata. Dengan cepat ia meraih tas sekolahnya dan menuju ruang makan.
Hinata sudah sampai di ruang makan, dia melihat Hanabi, Hiashi dan Neji sudah duduk di kursi masing-masing. Sepertinya dia-lah yang memperlambat sarapan suluruh anggota keluarganya itu.
"Gomen… se-sepertinya, kalian menungguku, ya?" Tanyanya seraya menarik kursi dan duduk.
"Nee-chan lama! Hanabi sudah dari tadi menunggu Nee-chan!" Umpat Hanabi, adik Hinata.
"Gomen… maafkan Nee-chan ya?" Ujarnya seraya mengambil sepotong roti dan mengolesinya dengan selai.
Neji yang biasanya selalu bersikap tenang, dan kalem itu, kali ini membuka pembicaraan dengan kalimatnya yang mengejutkan.
"Oh ya, Hinata." Neji meminum susunya lalu memandang Hinata dengan serius.
"si rambut duren sedang menunggumu tuh di depan" Ujarnya dan langsung berdiri dari kursinya.
Hinata tercenung. Kaget. Dia menatap sepupu laki-lakinya itu dan langsung berdiri dari kursi berniat untuk segera pergi sebelum akhirnya dia –tetap di cegat Ayahnya.
"Hinata. Chotto matte kudasai" Hiashi menghentikan sarapannya dan menepuk bahu Hinata dengan
-sedikit lembut.
Hinata berbalik.
"apa kau tidak ingat nasehatku, hah?" Hiashi bertanya masih dengan nada yang –dibuat-buat- lembut.
"a-anou… aku-aku tidak tahu kalau…" Hinata mencoba mengalihkan pembicaraan.
"jawab pertanyaanku terlebih dahulu. Aku sudah menasehatimu kan, Hinata?" Hiashi mengulangi pertanyaannya.
"i-iya, Tou-san…" Hinata mengangguk pelan.
"lalu mengapa kau masih bersama dengan bocah itu!" Hiashi akhirnya membentak Hinata bila mendengar putrinya itu berhubungan dengan Naruto.
"maafkan aku Tou-san…" Hinata nampak sangat takut saat itu, hingga tiba-tiba…
"Oi Hinata~! Ayo cepat kita berangkat!" Naruto dengan beraninya, masuk ke rumah Hinata tanpa permisi dan langsung muncul di pintu ruang makan.
"eh? Na-Naruto-kun?" Hinata nampak sangat kaget dan membuat Hiashi semakin naik darah.
"apa yang kau lakukan di sini bocah!" Bentak Hiashi.
"aku hanya ingin menjemput Hina-chan, boleh kan paman?" Naruto bertanya dengan polosnya dan langsung menggandeng tangan Hinata tanpa permisi.
"kami pergi dulu, paman!" Naruto langsung berlari –masih menggandeng lengan Hinata.
Hiashi hanya melongo dan bingung harus berbuat apa. Sekeras apapun dia melarang Hinata bergaul dengan Naruto, yang ia anggap sebagai laki-laki bodoh itu, tetap tidak berhasil. Bahkan sebenarnya Hiashi sudah tahu kalau putrinya itu sudah berpacaran dengan Naruto.
Dan itu membuatnya semakin bingung.
"Hanabi, lain kali, kau jangan seprti Nee-sanmu ya…" Ujar Hiashi meninggalkan Hanabi yang langsung tersedak.
===###===
"Na- Naruto-kun!" Hinata melepaskan lengannya dari Naruto yang terus mengajaknya berlari seakan-akan mereka sedang di kejar-kejar polisi.
"eh? Ya?" Naruto nampaknya cukup kaget mendengar Hinata sedikit berteriak padanya.
"a-aku lelah…" Ucap Hinata dengan nafas yang tidak karuan.
"eh? Ah maaf Hinata-chan…" Ujar Naruto seraya menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.
"lebih baik sekarang kita berjalan dengan biasa saja Naruto-kun. Lagipula…" Hinata menggantung kalimatnya.
"aku sudah tidak khawatir lagi pada Tou-san…" Ujar Hinata dengan senyumannnya yang sangat manis. Membuat semburat merah muncul di pipi Naruto.
"eh? Ehehehe…" Naruto tersenyum. Kaget dan malu.
Hinata pun ikut tersenyum.
===###===
Hinata memainkan pen-nya dengan malas. Sudah 20 menit berlalu sejak ia masuk kelas, dan entah mengapa, saat itu dia sangat mengantuk. Padahal, biasanya seorang Hinata Hyuuga tidak pernah mengantuk saat belajar di kelas.
"yabai… hoaamm…~" Hinata menguap.
"oi, Hinata!" Terasa senggolan kecil dari seseorang yang berasal dari bangku yang ada di sampingnya.
"eh? Nani?" Hinata yang terkejut, langsung menegakkan posisi duduknya dan berpaling ke arah suara itu muncul.
"mou~~! Kau kenapa sih? Lagi sakit?" Gadis bermata emerald itu bertanya dengan nada yang sedikit –kesal.
"eh? Ah.. daijoubu desu, Sakura-chan" Hinata tersenyum.
"hontou? Tapi nampaknya kau itu sedang lelah sekali, Hinata…!" Gadis yang beranama lengkap Sakura Haruno itu memperhatikan wajah Hinata dengan seksama.
"etto… jangan memandangku dengan tatapan seperti itu, Sakura-chan…" Ujar Hinata dengan sedikit menunduk.
"ya sudahlah…" Ujar Sakura dan berpaling ke arah jendela, memandang ke luar.
Tiba-tiba kening Sakura berkerut, memperhatikan dengan seksama seseorang yang –aneh- sedang ada halaman depan sekolah. Sendirian.
'etto… itu kan, Naruto?' Sakura mencoba menebak-nebak sosok seseorang itu, dan tebakannya memang tidak salah sama sekali.
Sakura menajamkan pandangannya, mencoba memperhatikan sedang apa Naruto di sana. Nampaknya ia sedang menunggu seseorang.
Tak lama kemudian, Naruto berlari ke arah lain, dan terlihat dia seperti berbicara dengan seseorang. Tapi, siapa itu? Sakura sama sekali tidak melihat siapapun di sana.
Merasa janggal, akhirnya Sakura kembali beralih pada Hinata.
"oi Hinata~~ Nanti pulang sekolah kau akan pulang bersama Naruto, kan?" Ujar Sakura dan membuat Hinata sedikit terkejut.
Hinata mengangguk.
"nanti aku ikut, ya? Aku hanya ingin menanyakan sesuatu pada bocah itu…" Ujar Sakura dan –lagi-lagi- mengalihkan pandangannya ke jendela.
===###===
"Hinata~~" Naruto muncul di pintu kelas Hinata dengan senyumannya seperti biasa. Ya, sama sekali tidak ada yang aneh.
Hinata membalas senyuman Naruto. Ia lalu meraih tas sekolahnya dan berniat untuk langsung menghampiri Naruto, namun Sakura menahan langkahnya.
"jangan lupa kalau aku ada di sini…" Sakura mengerucutkan bibirnya.
Hinata tertawa kecil.
"ho… Sakura belum pulang dengan Sasuke?" Ujar Naruto yang merasa aneh karena biasanya gadis berambut pink itu selalu pulang lebih dulu dari mereka. Tentunya dengan laki-laki berambut raven yang merupakan sahabat Naruto, Sasuke Uchiha.
"dia menunggu di depan sekolah, katanya" Ujar Sakura dan mulai memperhatikan Naruto dengan pandangan yang tidak biasa.
Mearsa ada hal aneh yang lain, Naruto pun bertanya pada Sakura.
"kau kenapa?" Tanya Naruto.
"tidak apa-apa… hanya saja…-" Sakura menggantung kalimatnya.
"kau tadi berbicara dengan siapa?" Tanya Sakura dan langsung membuat Naruto terlonjak kaget.
"eh? Siapa- apa maksudnya?" Naruto balik bertanya, pura-pura tidak tahu.
"jangan pura-pura polos! Jelas-jelas tadi aku melihatmu berbicara dengan seseorang! Maksudku… berbicara dengan sesuatu yang tidak ada!" Ujar Sakura dengan panjang lebar.
"itu… bukan urusanmu" Ujar Naruto dan langsung menggandeng lengan Hinata. "lebih baik kau susul si rambut ayam, nanti dia lelah menunggumu" Lanjut Naruto dengan sikap dingin.
"eeh?"
Setelah jarak Naruto dan Hinata agak jauh, -karena Hinata di paksa untuk cepat-cepat oleh Naruto- Hinata memulai pembicaraan.
"Naruto-kun… kenapa tadi bersikap dingin begitu pada Sakura-chan?" Hinata yang merasa aneh pada sikap Naruto tidak tahan untuk tidak bertanya.
"dia itu sok ikut campur" Ujar Naruto –masih bersikap dingin.
"memangnya tadi Naruto-kun berbicara dengan siapa?" Tanya Hinata.
Tanpa di sangka-sangka, dengan tiba-tiba, Naruto melepaskan genggamannya dari Hinata, membuat Hinata sedikit terkejut.
"itu juga bukan urusanmu, Hinata" Ujarnya dengan sikap dingin.
"eh? Kenapa?" Tanya Hinata bingung.
"kau itu sama saja dengan Sakura! Sudah ku bilang itu juga bukan urusanmu! Jadi kau jangan menanyakan hal itu!" Dengan tiba-tiba, Naruto membentak Hinata.
"eh…? Kenapa jadi marah, Naruto-kun?" Ujar Hinata berusaha untuk menenangkan kekasihnya itu.
"kau masih tanya kenapa? Kalau bukan urusanmu ya itu berarti persoalan itu sama sekali tidak ada hubungannya denganmu! Jadi kau salah kalau bertanya begitu!" Bentaknya lagi.
"eh…." Hinata menatap Naruto dengan mata berkaca-kaca. Baru kali ini Naruto marah-marah begitu padanya.
"sudah, aku mau pulang" Ujar Naruto dan langsung berlalu begitu saja, meninggalkan Hinata yang sudah berlinang air mata.
"doushitte, Naruto-kun…?"

0 komentar:

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut