Dilema Cinta Diantara Sahabat
By Sakura Dini
Disclaimer: Naruto-Masashi Kishimoto
Pairing: NaruHinaSasuSakuNaru (tentang cinta segi empat)
Slight KibaHina
'Kreeek' bunyi
engsel pintu yang sudah tua. Dua pemuda sedang membuka kedua pintu utama
rumah tua yang berada di tengah hutan Oto. Pintu besarnya yang terbuat
dari kayu jati dan sedikit berdebu menandakan rumah itu tidak terawat.
Lima anak muda secara bersamaan memasuki rumah besar nan tua tersebut. Posisi mereka berdiri sejajar, dari kiri, Sasuke, Sakura, Naruto, Hinata, dan Kiba.
Gelap. Sama sekali tak ada penerangan kecuali dari sinar bulan yang masuk melalui pintu utama yang terbuka dan juga dari dua senter yang di bawa Sasuke dan Kiba. Kedua pemuda itu mengarahkan cahaya senter ke penjuru ruangan. Ada tiga lorong yang mereka lihat. Depan, dan di samping kanan dan kiri mereka.
"Jadi sekarang kita mau lewat mana?" Tanya Sakura.
"Kiri" "Kanan" ujar Sasuke dan Kiba secara bersamaan. Sesaat kedua pemuda itu saling memandang dari kejauhan.
"Kita berpencar saja" usul Sasuke.
"TIDAK!" seru Naruto. "itu ide yang paling buruk! Kita tidak boleh berpencar!" kata Naruto.
"Aku setuju dengan Naruto" ujar Sakura seraya mengangguk ngangguk.
"I-iya. Bersama itu lebih baik" tambah Hinata.
"Terus. Kita mau kemana sekarang?" Tanya Kiba.
"ya sudah. Kita lu~"
"Kita lurus saja" pinta Naruto sebelum Sasuke melanjutkan kata-katanya. Membuat pemuda berkacamata itu kesal. 'Peniru' gerutu Sasuke dalam hati.
Mereka langsung memasuki lorong yang ada di hadapan mereka. Dengan urutan pertama Sasuke yang membawa senter, lalu Naruto, Sakura, Hinata, dan Kiba yang paling belakang juga membawa senter.
Tak lama. Hanya beberapa meter mereka melawati lorong berkarpet merah itu. Mereka memasuki ruangan besar. Ada beberapa benda yang ditutupi kain putih. Seperti sofa,meja, lemari, dan berbagai benda lainnya. Ada juga jendela kaca yang tertutup tirai yang sudah berdebu. Melihat jendela tirai itu, Sasuke mendekatinya dan membuka tirainya. Membuat cahaya sinar bulan masuk menerangi sebagian dalam ruangan tersebut.
"Mungkin ini ruang tamu" ujar Hinata seraya memegang kain putih yang menutupi sofa panjang.
"Sepertinya begitu" ujar Kiba seraya mengarahkan cahaya senter ke sudut ruangan yang tidak terkena cahaya bulan.
Sakura berjalan menelusuri meja kecil yang berdempetan dengan dinding. Ada tiga laci di meja itu. Gadis bertopi merah itu berusaha membuka laci pertama. Tapi ia gagal karena terkunci. Sakura juga mencoba membuka laci yang kedua dan yang ketiga. Namun hasilnya sama. Terkunci.
"Hinata. Bisakah kau membuka laci ini?" pinta Sakura.
Hinata menoleh. Gadis berambut indigo itu memdekati pula Kiba yang mengarahkan cahaya senter pada Sakura. Naruto yang penasaran juga mendekati Sakura. sedangkan Sasuke masih berdiri di depan jendela, ia hanya melirik Sakura dari kejauhan.
"Ada apa Saku-chan? Kenapa kau mau membuka laci itu?" Tanya Naruto.
"Em… aku hanya penasaran saja apa isinya. Hinata. Bisa tidak?" Tanya Sakura yang tidak sabaran.
"A-akan aku coba" ujar Hinata. Gadis itu mengambil jepitan rambut yang tipis di atas kepalanya. ia pun mencoba membuka kunci laci tersebut.
Hanya selang 30 detik. Hinata berhasil membuka laci pertama.
"Wah. Hebat. Kau berhasil Hinata-chan" puji Naruto membuat Hinata merona.
"Kau belajar dari mana?" Tanya Kiba.
"Aku belajar dari Hanabi. Dia adikku yang pintar" jawab Hinata seraya tersenyum ke arah Kiba. Gantian Kiba yang merona melihat senyuman lembut itu.
"Baiklah. Kita lihat apa isinya" ujar Sakura. Kiba langsung mengarahkan cahaya senter ke dalam laci itu. Terlihatlah berbagai benda berukuran kecil di dalamnya. Sakura mengambil salah satu benda.
"Ini… seperti gelang" ujar Sakura seraya memegang benda lingkaran kecil yang sedikit berdebu.
"Perhiasan wanita yah?" Tanya Naruto. Sakura mengangguk.
"Tidak menarik" komentar Kiba. "Kau bawa pulang saja Saku. Untuk kau pakai berdandan" ejek Kiba lalu terkekeh. Mengingat Sakura adalah gadis tomboy yang anti terhadap perhiasan.
Sakura memutar bola matanya. "Menggelikan" ujarnya seraya meletakkan kembali gelang tersebut ke dalam laci.
"Coba buka laci yang selanjutnya Hinata-chan" pinta Naruto yang melihat ada satu laci dibawah laci pertama.
Hinata mengangguk dan mencoba membuka kunci laci menggunakan jepitan rambutnya.
Setelah terbuka. Terlihat beberapa lembar amplop di dalamnya.
Naruto langsung mengambil satu amplop. Pemuda itu menyeringai. "Mungkin isinya uang" duga Naruto kegirangan membuat ketiga temannya sweatdrop.
Naruto kemudian membuka amplop tersebut dan mengambil isinya yang ternyata isinya adalah…
"Selembar kertas" ujar Naruto sweatdrop.
"Apa tulisannya?" Tanya Sakura.
"Aku tidak bisa membacanya" jawab Naruto seraya mengerutkan keningnya melihat isi tulisan kertas itu.
"Hey Naruto. Kau itu sudah kelas dua SMA. Masa tidak bisa membaca sih" gerutu Kiba.
"Bukannya begitu. Tulisan ini bukan tulisan jepang. Jadi aku tidak bisa membacanya Baka!" umpat Naruto kesal.
"Sini. Coba aku yang baca" pinta Sakura. Naruto langsung memberikan selembar kertas tersebut pada Sakura.
Tak lama Sakura memperhatikan tulisan kertas itu. Sakura pun menggeleng. "Ini juga bukan tulisan English"
"Itu tulisan jepang zaman dulu" komentar Hinata yang berada di samping Sakura yang juga melihat tulisan dalam kertas tersebut.
"Darimana kau tau?" Tanya Sakura heran.
"Aku pernah melihat tulisan yang bentuknya tidak jauh beda di buku sejarah. Tapi aku tidak tau artinya apa" jawab Hinata.
"Sudahlah. Kertas itu juga tidak berguna" komentar Kiba bosan. "Coba buka laci yang terakhir" usul Kiba.
Hinata kemudian melakukan hal yang sama pada laci yang ketiga. Setelah terbuka. Terlihat sebuah buku kecil yang kusam berukuran 5x8 cm.
Hinata langsung mengambil buku itu dari dalam laci. Tapi tanpa disadari, Hinata juga mengambil seekor kalajenking yang berada di atas buku itu. Karena ruangan tidak terlalu terang. Hinata tidak menyadarinya sampai…
"Aw!" keluh Hinata seraya menjatuhkan buku itu dan kalajengking -yang sudah menyengat racunnya pada punggung tangan Hinata- jatuh di atas lantai.
"Hinata-chan! Kau kenapa?" Tanya Naruto
"S-sepertinya.. ada sesuatu y-yang menggigit t-tanganku.." jawab Hinata seraya mengelus punggung tangan kanannya yang terasa sakit.
Tiba-tiba terdengar suara hentakan kaki dari arah Kiba. Semua menoleh ke arah Kiba.
"Apa yang kau injak Kiba?" Tanya Sakura.
"Hewan yang sudah menyengat Hinata. Seekor kalajengking" jawab Kiba seraya mengarahkan cahaya senter pada bekas injakannya. Terlihat kalajengking yang sudah penyet (maaf bahasa Author tidak bagus*dini ditampar*)
Kiba lansung mendekati Hinata. Pemuda berambut coklat spike itu meraih tangan kanan Hinata. Ia memperhatikan bekas luka di tangan Hinata. Benjolan kecil berwarna biru dengan titik hitam di tengahnya.
"Racunnya harus di keluarkan sebelum menyebar ke seluruh tubuhmu. Izinkan aku menghisapnya tuan putri…" mohon Kiba dengan rayuannya seraya tersenyum. Membuat Hinata merona.
"T-tapi… n-nanti racunnya malahan pindah ke tubuhmu" ujar Hinata menunduk. Menyembunyikan semburat merah di pipinya karena tangannya masih digenggam oleh Kiba.
"Tenang saja. Aku akan memuntahkannya sebelum racun itu aku telan" kata Kiba. Lalu mendekatkan punggung tangan kanan Hinata pada mulutnya.
Kiba mulai membuka mulutnya. Memperlihatkan deretan giginya yang tidak rata. Hinata menutup matanya. Sebelum merasakan gigi tajam itu bergesekan pada kulit tangannya.
Kiba langsung menghisap darah Hinata perlahan-lahan secara lembut. Tak lama Kiba memuntahkan darah itu ke lantai. Lalu melakukan hal sama tiga kali berturut-turut.
Hinata perlahan membuka matanya. Melihat Kiba menghisap seperti mencium punggung tangan kananya. Seulas senyum muncul di wajah Hinata. Tak lupa semburat merah menghiasi kedua pipinya.
Naruto melihat adegan tersebut di hadapannya merasa sesuatu yang aneh di dadanya. Perasaan sama saat melihat Kiba dan Hinata berduaan di kantin tadi siang. Yaitu Sesak di dadanya. Tidak mau dia kehilangan kontrol dan melakukan yang tidak-tidak kepada Kiba. Naruto berbalik. Berjalan menjauh meninggalkan Hinata dan Kiba.
Sedangkan Sakura langsung mengambil buku yang dijatuhkan Hinata tadi. Ia membuka isinya yang ternyata tulisannya juga menggunakan huruf jepang zaman dulu. Sakura hanya bisa mendengus kesal.
Mata emerald Sakura menjelajahi isi ruangan untuk mencari sosok Sasuke yang dari tadi tidak berada di samping mereka. Sakura pun menangkap sosok bungsu Uchiha iu sedang berdiri di depan sebuah lemari kaca yang besar.
Lemari kaca itu berisi berbagai benda antic zaman dulu. Dan yang membuat pemuda berkacamata itu tertarik adalah sebuah bingkai foto. Sasuke terus mengamati foto tersebut yang sudah berdebu. Ada tiga orang dalam foto itu. Namun tidak jelas terlihat paras ketiga orang itu karena tertutupi oleh debu. Yang terlihat hanya pakaian mereka. Yang ditengah menggunakan gaun panjang terusan menandakan pemiliknya adalah seorang wanita. Sedangkan kedua orang yang berada di sampingnya menggenakan celana dan jas yang berbeda menandakan keduanya adalah Pria.
"Wanita yang ada di tengah itu mungkin pemilik rumah ini" ujar Sakura tiba-tiba yang berada di belakang Sasuke, membuyarkan semua lamunan Sasuke.
"Sok tau" kata Sasuke tanpa menoleh ke belakang.
"Aku tidak sok tau. Aku menyimpulkan hal ini karena aku baru saja menemukan beberapa perhiasan di laci sana. Mana mungkin kalau seorang pria yang menyimpan perhiasan sebanyak itu kan" jelas Sakura.
"…" Sasuke hanya diam. Ia seperti tidak menanggapi perkatan Sakura. Mata onyxnya masih menatap lurus ke dalam lemari.
"Uchiha! Kenapa kau tidak katakan saja siapa dirimu sebenarnya?" Tanya Sakura mengalihkan pembicaraan. Membuat Sasuke sedikit terhenyak dengan pertanyaan tersebut.
Sasuke menoleh ke belakang sesaat. Menatap wajah Sakura. Kemudian Sasuke kembali mengalihkan pandangannya ke dalam lemari.
"Bukannya sudah ku katakan padamu. Aku adalah Uchiha Sasuke" jawab Sasuke datar.
"Huh! Kau masih saja tidak mau mengaku" ujar Sakura yang masih berdiri di belakang Sasuke.
"…"
"Aku tau siapa dirimu"
"hn?"
"Kau pasti Penjahat yang sengaja membawa kami ke tempat ini kan?"
Sasuke mendengus kesal mendengar pernyataan Sakura. Sasuke langsung berbalik menghadap gadis bertopi itu.
"Atas dasar apa kau menuduhku seperti itu" kata Sasuke dingin. Mata onyx di balik kacamata itu memandang tajam mata emerald sang gadis. Membuat Sakura sedikit bergidik.
"Em… i-itu ka-rena kau yang mengajak kami ke tempat ini. D-dan kau yang paling antusias di antara kami!" tuduh Sakura sedikit gugup.
"Cih! Itu bukan alasan yang kuat sehingga kau menuduhku seperti itu"
"A-aku punya alasan lain"
"hn?"
"Naluriku mengatakan kau bukan anak laki-laki biasa. Dan kau itu sangat Bahaya!" tuduh Sakura seraya menunjuk wajah Sasuke tepat di hidung mancungnya.
"Naluri? heh" Sasuke menahan tawanya. Kemudian tangan kanannya menurunkan telunjuk Sakura dari depan hidungnya. "Menggunakan naluri bukanlah sebuah argument yang kuat Baka. Kau tidak berbakat menjadi seorang detective" ujar Sasuke datar.
"eh?! Detective? Huh! Aku tidak berminat sama sekali menjadi detective" kata Sakura.
"O ya?"
"Tentu saja. Karena aku hanya ingin menjadi dok~" belum sempat Sakura melanjutkan kata-katanya. Seruan Naruto sudah memotong ucapannya.
"Teman-teman! Coba lihat lukisan ini!" seru Naruto seraya menunjuk sebuah lukisan besar yang tertempel di dinding dan berada di hadapannya.
Sasuke dan Sakura menoleh ke arah Naruto. Begitu pula dengan Kiba dan Hinata.
"Memangnya kenapa dengan lukisan itu Naruto?" Tanya Sasuke seraya berjalan mendekati pemuda pirang itu.
"Entah kenapa….. Wanita yang berada di lukisan ini…..Sepertinya….Sangat familiar bagiku…" ujar Naruto sembari menatap terus lukisan yang berada di hadapannya.
Sasuke, Sakura, Hinata, dan Kiba mendekati Naruto. Mereka juga memperhatikan lukisan tua yang tertempel di dinding. Cahaya bulan yang masuk melalui jendela menerangi lukisan tersebut. Sehingga terlihat dengan jelas wanita yang ada lukisan itu.
Seorang wanita anggun menggunakan gaun panjang berwarna putih. Posenya duduk dan kedua tangannya dipangku. Seulas senyum manis menghiasi wajahnya. Pancaran matanya yang berwarna biru samudra. Rambutnya panjang berwarna pirang terurai di pundaknya dan poni zigzag menutupi keningnya.
"Hm…. Dimana ya? aku pernah melihat wanita ini sebelumnya" ujar Naruto seraya menepuk jari telunjuknya ke keningnya.
"Hey Naruto! Aku tau orang yang kau maksud itu" ujar Kiba.
"Eh?! Siapa?" Tanya Naruto yang langsung berbalik menghadap ke Kiba.
Kiba menyeringai. "Masa kau tidak tau. Itu kan dirimu. Hahaha…" Kiba tertawa.
"Kiba! Itu tidak Lucu Baka!" gerutu Naruto
"tapi Naruto. Wanita yang ada di lukisan itu memang hampir mirip denganmu. Coba kau perhatikan" pinta Sakura. Naruto langsung berbalik dan kembali memperhatikan lukisan tua itu.
Memang ada kemiripannya. Matanya yang biru sama dengan matanya Naruto. Bentuk wajahnya hampir mirip. rambutnya berwarna pirang yang sama, bedanya hanya panjang dan tidak spike.
"Tetap saja beda denganku. Dia kan wanita sedangkan aku pria" bela Naruto
"M-mungkin dia nenek moyangmu Naruto-kun" duga Hinata.
"Yah Mungkin" Naruto mengangguk-ngangguk
"Wanita itu pemilik rumah ini bukan?" Tanya Sasuke memastikan entah pada siapa karena pandangannya tetap melekat ke lukisan itu.
Semua menoleh ke arah Sasuke.
"Ku rasa begitu" kata Kiba
"ya. mengingat hanya ada lukisan besar ini di sini. Siapa lagi kalau bukan pemilik rumah ini" kata Sakura.
"O iya Hinata-chan. Apa wanita ini yang pernah kau lihat di sini? Saat kau pergi ke hutan ini sendiri tuk mengikuti suara aneh itu" Tanya Naruto memastikan.
Hinata menggeleng. "aku memang tidak melihat jelas wajahnya. Tapi aku tau warna rambutnya hitam dan panjang. Bukan warna pirang. Ditambah lagi matanya coklat. Bukan mata biru" jelas Hinata.
"Uhuk Uhuk Uhuk" tiba-tiba terdengar suara batuk yang berat dari Kiba. Semua menoleh ke arah Kiba.
"Kau tak apa-apa Kiba-kun?" Tanya Hinata khawatir melihat wajah Kiba sudah sangat pucat. Dan keringat dingin menetes di keningnya.
"ha. Tidak apa-apa. Aku baik-ba~ Uhuk Uhuk Uhuk" lagi-lagi Kiba batuk dengan suara yang sangat berat.
"Kiba-kun. B-bibirmu membiru" ujar Hinata seraya memegang bibir dingin itu.
"Biru?" Sasuke menaikkan sebelah alisnya. "Kau habis minum apa Kiba?" Tanya Sasuke.
"Tidak. Aku hany~ Uhuk Uhuk Uhuk" batuk (lagi) Kiba
"Mungkin itu karena racun yang kau hisap tadi" duga Sakura.
"Racun?" kening Sasuke semakin mengerut.
"Tadi tangan Hinata disengat kalajengking. Terus Kiba menghisapnya, tapi dia memuntahkannya dari mulutnya kok. Jadi kurasa bukan karena itu" jelas Naruto.
"BAKA!" seru Sasuke membuat keempat temannya terkejut.
Sasuke langsung berjalan mendekati Kiba yang masih batuk-batuk.
"Kau jangan sok pahlawan karena melakukan hal itu. Menghisap racun?! Meskipun racun itu sudah kau muntahkan. Tetap saja ada sisa racun dimulutmu perbuatan bodoh yang pernah ku dengar. Kau tau. Itu sama saja kau mau bunuh diri!" seru Sasuke dengan nada marah.
"Aku tau itu" ujar Kiba di sela-sela batuknya.
"Kau tau? Lalu kenapa kau mau melakukan perbuatan gila itu?!" Tanya Sasuke sedikit membentak.
Kiba berhenti dari batuknya. Pemuda bermata coklat itu menatap mata onyx teman sesama cadangan anbunya.
"Aku hanya ingin melindungi Hinata" kata Kiba tegas. Membuat keempat temannya terhenyak. Terutama Hinata yang sudah merona.
Hening sesaat. Sampai Kiba kembali membatuk.
Sasuke mendengus kesal. "Kita harus kembali ke Konoha. Kau harus segera diobati" pinta Sasuke sedikit tidak rela karena penyelidikannya harus berhenti untuk saat ini.
Kiba terkejut mendengar keputusan Sasuke. Ia lansung menarik lengan baju Sasuke. "kau yakin? Kita belum mendapatkan petunjuk yang cukup" bisik Kiba yang hanya terdengar oleh Sasuke.
"Aku yakin. karena aku tidak mau merawat orang sakit ditengah penyelidikan. Kau hanya akan Menghambat kerjaku saja" ujar Sasuke setengah berbisik.
Kiba mendengus. "huh! Kau teman yang menyebalkan" bisik Kiba seraya menyeringai.
"Bagus! Kita pulang!" seru Naruto kegirangan. Sakura hanya menghela nafas panjang. Sedangkan Hinata melihat Kiba dengan tatapan Khawatir.
~~Hinata's POV~~
Apa Kiba akan baik-baik saja?
Ah aku jadi merasa tidak enak dengannya. Kiba melakukan ini semua demi aku. Dia sudah terlalu baik padaku. Dan aku tidak bisa membalas semuanya.
Aku tidak bisa menerima cinta tulus yang ditawarkannya padaku. Karena hatiku sudah terlanjur tertarik dengan orang lain. Maafkan aku Kiba..
Seandainya aku mengenalmu lebih dulu sebelum aku bertemu dengan Dia. Mungkin Hati ini seutuhnya sudah menjadi milikmu. Karena kau memang sangat baik dan pantas mendapatkannya.
~~End Hinata's POV~~
'Hyuuga'
Suara itu kembali terdengar. Membuat Hinata buyar dari lamunannya.
Hinata segera monoleh ke asal suara yang sangat jelas terdengar. Mata lavendernya terbelalak kaget melihat apa yang dilihatnya.
Seorang wanita berdiri di samping lukisan besar itu. perempuan itu menggunakan gaun putih yang sama dengan wanita yang berada di lukisan besar itu. hanya saja gaun putih yang digenakan kotor dan kusam.
Penampilannya tidak jauh beda dengan pertama kali Hinata melihatnya beberapa hari yang lalu. Rambutnya hitam panjang tak terurus tergurai begitu saja menutupi wajahnya karena menunduk. Kedua pergelangan tangannya ada borgol yang mengikat dan rantainya yang panjang dibiarkan menjulur sampai ke tanah.
Hinata diam membisu melihatnya. Bibirnya tak sanggup mengatakan apapun. Badannya kaku untuk bergerak. Entah karena apa.
"Hinata-chan. Ayo kita pergi dari sini" ajak Naruto yang berdiri di belakang Hinata. Namun yang diajak ngomong hanya bisa diam menatap lukisan, atau lebih tepatnya menatap sosok yang berdiri di samping lukisan.
Kenapa? Kenapa hanya Hinata yang dapat meihat perempuan itu? teman-temannya sama sekali tidak menyadari kehadiran sosok lain dalam ruangan tersebut.
Tiba-tiba Perempuan itu menengadah. Matanya yang coklat terlihat sayu menatap ke arah Hinata. Dan sekali lagi bibirnya mengucapkan….
'Hyuuga…'
Kali ini setelah memanggil nama Hyuuga, perempuan itu tidak menghilang. Tapi tiba-tiba perempuan itu melayang dengan cepat ke arah Hinata.
Hinata tak bisa bergerak melihat perempuan itu melayang ke arahnya. Keringat dingin menetes di keningnya. Dan alhasil perempuan itu menembus tubuh Hinata. Oh maaf ralat. Perempuan itu tidak menembus tapi seperti masuk ke dalam tubuh Hinata.
'Bruk' Hinata pun terjatuh dan langsung terduduk di lantai. Semua menoleh ke arah Hinata.
"Hinata-chan!"
"Hinata!"
"Hinata-chan! Kau tak pa-pa?!?" Tanya Kiba yang langsung mendekati Hinata. Begitu juga dengan lainnya.
Tubuh Hinata gemetar hebat. Tangannya memegang dadanya. Dia tidak merasakan apa-apa. Tidak sakit. Tapi jelas-jelas perempuan tadi masuk ke dalam tubuhnya. Yang dirasakan Hinata saat ini adalah ketakutan yang luar biasa.
"Hinata-chan?" panggil Kiba yang sangat khawatir melihat wajah Hinata yang ketakutan.
Hinata pun sadar dengan keadaan di sekitarnya. Melihat teman-temannya menatapnya dengan heran Reflex Hinata langsung memeluk Kiba yang ada di hadapannya.
"Kiba-kun… Hikz… Pu..Lang… Hikz… Pulang…" mohon Hinata di sela tangisnya dalam pelukan Kiba.
Semua terkejut. Hinata menangis? Dan dia sepertinya sangat ketakutan?
"Iya Hinata-chan. Kita segera pulang" ujar Kiba berusaha menenangkan Hinata. Tidak ada waktu untuk menanyakan kenapa Hinata ingin cepat pulang.
.
~~TBC~~
Summary: Naruto melihat adegan tersebut di hadapannya merasa
sesuatu yang aneh di dadanya. Perasaan sama saat melihat Kiba dan Hinata
berduaan di kantin tadi siang. Yaitu Sesak di dadanya.
HUTAN OTO PART 3
Chapter 9
Lima anak muda secara bersamaan memasuki rumah besar nan tua tersebut. Posisi mereka berdiri sejajar, dari kiri, Sasuke, Sakura, Naruto, Hinata, dan Kiba.
Gelap. Sama sekali tak ada penerangan kecuali dari sinar bulan yang masuk melalui pintu utama yang terbuka dan juga dari dua senter yang di bawa Sasuke dan Kiba. Kedua pemuda itu mengarahkan cahaya senter ke penjuru ruangan. Ada tiga lorong yang mereka lihat. Depan, dan di samping kanan dan kiri mereka.
"Jadi sekarang kita mau lewat mana?" Tanya Sakura.
"Kiri" "Kanan" ujar Sasuke dan Kiba secara bersamaan. Sesaat kedua pemuda itu saling memandang dari kejauhan.
"Kita berpencar saja" usul Sasuke.
"TIDAK!" seru Naruto. "itu ide yang paling buruk! Kita tidak boleh berpencar!" kata Naruto.
"Aku setuju dengan Naruto" ujar Sakura seraya mengangguk ngangguk.
"I-iya. Bersama itu lebih baik" tambah Hinata.
"Terus. Kita mau kemana sekarang?" Tanya Kiba.
"ya sudah. Kita lu~"
"Kita lurus saja" pinta Naruto sebelum Sasuke melanjutkan kata-katanya. Membuat pemuda berkacamata itu kesal. 'Peniru' gerutu Sasuke dalam hati.
Mereka langsung memasuki lorong yang ada di hadapan mereka. Dengan urutan pertama Sasuke yang membawa senter, lalu Naruto, Sakura, Hinata, dan Kiba yang paling belakang juga membawa senter.
Tak lama. Hanya beberapa meter mereka melawati lorong berkarpet merah itu. Mereka memasuki ruangan besar. Ada beberapa benda yang ditutupi kain putih. Seperti sofa,meja, lemari, dan berbagai benda lainnya. Ada juga jendela kaca yang tertutup tirai yang sudah berdebu. Melihat jendela tirai itu, Sasuke mendekatinya dan membuka tirainya. Membuat cahaya sinar bulan masuk menerangi sebagian dalam ruangan tersebut.
"Mungkin ini ruang tamu" ujar Hinata seraya memegang kain putih yang menutupi sofa panjang.
"Sepertinya begitu" ujar Kiba seraya mengarahkan cahaya senter ke sudut ruangan yang tidak terkena cahaya bulan.
Sakura berjalan menelusuri meja kecil yang berdempetan dengan dinding. Ada tiga laci di meja itu. Gadis bertopi merah itu berusaha membuka laci pertama. Tapi ia gagal karena terkunci. Sakura juga mencoba membuka laci yang kedua dan yang ketiga. Namun hasilnya sama. Terkunci.
"Hinata. Bisakah kau membuka laci ini?" pinta Sakura.
Hinata menoleh. Gadis berambut indigo itu memdekati pula Kiba yang mengarahkan cahaya senter pada Sakura. Naruto yang penasaran juga mendekati Sakura. sedangkan Sasuke masih berdiri di depan jendela, ia hanya melirik Sakura dari kejauhan.
"Ada apa Saku-chan? Kenapa kau mau membuka laci itu?" Tanya Naruto.
"Em… aku hanya penasaran saja apa isinya. Hinata. Bisa tidak?" Tanya Sakura yang tidak sabaran.
"A-akan aku coba" ujar Hinata. Gadis itu mengambil jepitan rambut yang tipis di atas kepalanya. ia pun mencoba membuka kunci laci tersebut.
Hanya selang 30 detik. Hinata berhasil membuka laci pertama.
"Wah. Hebat. Kau berhasil Hinata-chan" puji Naruto membuat Hinata merona.
"Kau belajar dari mana?" Tanya Kiba.
"Aku belajar dari Hanabi. Dia adikku yang pintar" jawab Hinata seraya tersenyum ke arah Kiba. Gantian Kiba yang merona melihat senyuman lembut itu.
"Baiklah. Kita lihat apa isinya" ujar Sakura. Kiba langsung mengarahkan cahaya senter ke dalam laci itu. Terlihatlah berbagai benda berukuran kecil di dalamnya. Sakura mengambil salah satu benda.
"Ini… seperti gelang" ujar Sakura seraya memegang benda lingkaran kecil yang sedikit berdebu.
"Perhiasan wanita yah?" Tanya Naruto. Sakura mengangguk.
"Tidak menarik" komentar Kiba. "Kau bawa pulang saja Saku. Untuk kau pakai berdandan" ejek Kiba lalu terkekeh. Mengingat Sakura adalah gadis tomboy yang anti terhadap perhiasan.
Sakura memutar bola matanya. "Menggelikan" ujarnya seraya meletakkan kembali gelang tersebut ke dalam laci.
"Coba buka laci yang selanjutnya Hinata-chan" pinta Naruto yang melihat ada satu laci dibawah laci pertama.
Hinata mengangguk dan mencoba membuka kunci laci menggunakan jepitan rambutnya.
Setelah terbuka. Terlihat beberapa lembar amplop di dalamnya.
Naruto langsung mengambil satu amplop. Pemuda itu menyeringai. "Mungkin isinya uang" duga Naruto kegirangan membuat ketiga temannya sweatdrop.
Naruto kemudian membuka amplop tersebut dan mengambil isinya yang ternyata isinya adalah…
"Selembar kertas" ujar Naruto sweatdrop.
"Apa tulisannya?" Tanya Sakura.
"Aku tidak bisa membacanya" jawab Naruto seraya mengerutkan keningnya melihat isi tulisan kertas itu.
"Hey Naruto. Kau itu sudah kelas dua SMA. Masa tidak bisa membaca sih" gerutu Kiba.
"Bukannya begitu. Tulisan ini bukan tulisan jepang. Jadi aku tidak bisa membacanya Baka!" umpat Naruto kesal.
"Sini. Coba aku yang baca" pinta Sakura. Naruto langsung memberikan selembar kertas tersebut pada Sakura.
Tak lama Sakura memperhatikan tulisan kertas itu. Sakura pun menggeleng. "Ini juga bukan tulisan English"
"Itu tulisan jepang zaman dulu" komentar Hinata yang berada di samping Sakura yang juga melihat tulisan dalam kertas tersebut.
"Darimana kau tau?" Tanya Sakura heran.
"Aku pernah melihat tulisan yang bentuknya tidak jauh beda di buku sejarah. Tapi aku tidak tau artinya apa" jawab Hinata.
"Sudahlah. Kertas itu juga tidak berguna" komentar Kiba bosan. "Coba buka laci yang terakhir" usul Kiba.
Hinata kemudian melakukan hal yang sama pada laci yang ketiga. Setelah terbuka. Terlihat sebuah buku kecil yang kusam berukuran 5x8 cm.
Hinata langsung mengambil buku itu dari dalam laci. Tapi tanpa disadari, Hinata juga mengambil seekor kalajenking yang berada di atas buku itu. Karena ruangan tidak terlalu terang. Hinata tidak menyadarinya sampai…
"Aw!" keluh Hinata seraya menjatuhkan buku itu dan kalajengking -yang sudah menyengat racunnya pada punggung tangan Hinata- jatuh di atas lantai.
"Hinata-chan! Kau kenapa?" Tanya Naruto
"S-sepertinya.. ada sesuatu y-yang menggigit t-tanganku.." jawab Hinata seraya mengelus punggung tangan kanannya yang terasa sakit.
Tiba-tiba terdengar suara hentakan kaki dari arah Kiba. Semua menoleh ke arah Kiba.
"Apa yang kau injak Kiba?" Tanya Sakura.
"Hewan yang sudah menyengat Hinata. Seekor kalajengking" jawab Kiba seraya mengarahkan cahaya senter pada bekas injakannya. Terlihat kalajengking yang sudah penyet (maaf bahasa Author tidak bagus*dini ditampar*)
Kiba lansung mendekati Hinata. Pemuda berambut coklat spike itu meraih tangan kanan Hinata. Ia memperhatikan bekas luka di tangan Hinata. Benjolan kecil berwarna biru dengan titik hitam di tengahnya.
"Racunnya harus di keluarkan sebelum menyebar ke seluruh tubuhmu. Izinkan aku menghisapnya tuan putri…" mohon Kiba dengan rayuannya seraya tersenyum. Membuat Hinata merona.
"T-tapi… n-nanti racunnya malahan pindah ke tubuhmu" ujar Hinata menunduk. Menyembunyikan semburat merah di pipinya karena tangannya masih digenggam oleh Kiba.
"Tenang saja. Aku akan memuntahkannya sebelum racun itu aku telan" kata Kiba. Lalu mendekatkan punggung tangan kanan Hinata pada mulutnya.
Kiba mulai membuka mulutnya. Memperlihatkan deretan giginya yang tidak rata. Hinata menutup matanya. Sebelum merasakan gigi tajam itu bergesekan pada kulit tangannya.
Kiba langsung menghisap darah Hinata perlahan-lahan secara lembut. Tak lama Kiba memuntahkan darah itu ke lantai. Lalu melakukan hal sama tiga kali berturut-turut.
Hinata perlahan membuka matanya. Melihat Kiba menghisap seperti mencium punggung tangan kananya. Seulas senyum muncul di wajah Hinata. Tak lupa semburat merah menghiasi kedua pipinya.
Naruto melihat adegan tersebut di hadapannya merasa sesuatu yang aneh di dadanya. Perasaan sama saat melihat Kiba dan Hinata berduaan di kantin tadi siang. Yaitu Sesak di dadanya. Tidak mau dia kehilangan kontrol dan melakukan yang tidak-tidak kepada Kiba. Naruto berbalik. Berjalan menjauh meninggalkan Hinata dan Kiba.
Sedangkan Sakura langsung mengambil buku yang dijatuhkan Hinata tadi. Ia membuka isinya yang ternyata tulisannya juga menggunakan huruf jepang zaman dulu. Sakura hanya bisa mendengus kesal.
Mata emerald Sakura menjelajahi isi ruangan untuk mencari sosok Sasuke yang dari tadi tidak berada di samping mereka. Sakura pun menangkap sosok bungsu Uchiha iu sedang berdiri di depan sebuah lemari kaca yang besar.
Lemari kaca itu berisi berbagai benda antic zaman dulu. Dan yang membuat pemuda berkacamata itu tertarik adalah sebuah bingkai foto. Sasuke terus mengamati foto tersebut yang sudah berdebu. Ada tiga orang dalam foto itu. Namun tidak jelas terlihat paras ketiga orang itu karena tertutupi oleh debu. Yang terlihat hanya pakaian mereka. Yang ditengah menggunakan gaun panjang terusan menandakan pemiliknya adalah seorang wanita. Sedangkan kedua orang yang berada di sampingnya menggenakan celana dan jas yang berbeda menandakan keduanya adalah Pria.
"Wanita yang ada di tengah itu mungkin pemilik rumah ini" ujar Sakura tiba-tiba yang berada di belakang Sasuke, membuyarkan semua lamunan Sasuke.
"Sok tau" kata Sasuke tanpa menoleh ke belakang.
"Aku tidak sok tau. Aku menyimpulkan hal ini karena aku baru saja menemukan beberapa perhiasan di laci sana. Mana mungkin kalau seorang pria yang menyimpan perhiasan sebanyak itu kan" jelas Sakura.
"…" Sasuke hanya diam. Ia seperti tidak menanggapi perkatan Sakura. Mata onyxnya masih menatap lurus ke dalam lemari.
"Uchiha! Kenapa kau tidak katakan saja siapa dirimu sebenarnya?" Tanya Sakura mengalihkan pembicaraan. Membuat Sasuke sedikit terhenyak dengan pertanyaan tersebut.
Sasuke menoleh ke belakang sesaat. Menatap wajah Sakura. Kemudian Sasuke kembali mengalihkan pandangannya ke dalam lemari.
"Bukannya sudah ku katakan padamu. Aku adalah Uchiha Sasuke" jawab Sasuke datar.
"Huh! Kau masih saja tidak mau mengaku" ujar Sakura yang masih berdiri di belakang Sasuke.
"…"
"Aku tau siapa dirimu"
"hn?"
"Kau pasti Penjahat yang sengaja membawa kami ke tempat ini kan?"
Sasuke mendengus kesal mendengar pernyataan Sakura. Sasuke langsung berbalik menghadap gadis bertopi itu.
"Atas dasar apa kau menuduhku seperti itu" kata Sasuke dingin. Mata onyx di balik kacamata itu memandang tajam mata emerald sang gadis. Membuat Sakura sedikit bergidik.
"Em… i-itu ka-rena kau yang mengajak kami ke tempat ini. D-dan kau yang paling antusias di antara kami!" tuduh Sakura sedikit gugup.
"Cih! Itu bukan alasan yang kuat sehingga kau menuduhku seperti itu"
"A-aku punya alasan lain"
"hn?"
"Naluriku mengatakan kau bukan anak laki-laki biasa. Dan kau itu sangat Bahaya!" tuduh Sakura seraya menunjuk wajah Sasuke tepat di hidung mancungnya.
"Naluri? heh" Sasuke menahan tawanya. Kemudian tangan kanannya menurunkan telunjuk Sakura dari depan hidungnya. "Menggunakan naluri bukanlah sebuah argument yang kuat Baka. Kau tidak berbakat menjadi seorang detective" ujar Sasuke datar.
"eh?! Detective? Huh! Aku tidak berminat sama sekali menjadi detective" kata Sakura.
"O ya?"
"Tentu saja. Karena aku hanya ingin menjadi dok~" belum sempat Sakura melanjutkan kata-katanya. Seruan Naruto sudah memotong ucapannya.
"Teman-teman! Coba lihat lukisan ini!" seru Naruto seraya menunjuk sebuah lukisan besar yang tertempel di dinding dan berada di hadapannya.
Sasuke dan Sakura menoleh ke arah Naruto. Begitu pula dengan Kiba dan Hinata.
"Memangnya kenapa dengan lukisan itu Naruto?" Tanya Sasuke seraya berjalan mendekati pemuda pirang itu.
"Entah kenapa….. Wanita yang berada di lukisan ini…..Sepertinya….Sangat familiar bagiku…" ujar Naruto sembari menatap terus lukisan yang berada di hadapannya.
Sasuke, Sakura, Hinata, dan Kiba mendekati Naruto. Mereka juga memperhatikan lukisan tua yang tertempel di dinding. Cahaya bulan yang masuk melalui jendela menerangi lukisan tersebut. Sehingga terlihat dengan jelas wanita yang ada lukisan itu.
Seorang wanita anggun menggunakan gaun panjang berwarna putih. Posenya duduk dan kedua tangannya dipangku. Seulas senyum manis menghiasi wajahnya. Pancaran matanya yang berwarna biru samudra. Rambutnya panjang berwarna pirang terurai di pundaknya dan poni zigzag menutupi keningnya.
"Hm…. Dimana ya? aku pernah melihat wanita ini sebelumnya" ujar Naruto seraya menepuk jari telunjuknya ke keningnya.
"Hey Naruto! Aku tau orang yang kau maksud itu" ujar Kiba.
"Eh?! Siapa?" Tanya Naruto yang langsung berbalik menghadap ke Kiba.
Kiba menyeringai. "Masa kau tidak tau. Itu kan dirimu. Hahaha…" Kiba tertawa.
"Kiba! Itu tidak Lucu Baka!" gerutu Naruto
"tapi Naruto. Wanita yang ada di lukisan itu memang hampir mirip denganmu. Coba kau perhatikan" pinta Sakura. Naruto langsung berbalik dan kembali memperhatikan lukisan tua itu.
Memang ada kemiripannya. Matanya yang biru sama dengan matanya Naruto. Bentuk wajahnya hampir mirip. rambutnya berwarna pirang yang sama, bedanya hanya panjang dan tidak spike.
"Tetap saja beda denganku. Dia kan wanita sedangkan aku pria" bela Naruto
"M-mungkin dia nenek moyangmu Naruto-kun" duga Hinata.
"Yah Mungkin" Naruto mengangguk-ngangguk
"Wanita itu pemilik rumah ini bukan?" Tanya Sasuke memastikan entah pada siapa karena pandangannya tetap melekat ke lukisan itu.
Semua menoleh ke arah Sasuke.
"Ku rasa begitu" kata Kiba
"ya. mengingat hanya ada lukisan besar ini di sini. Siapa lagi kalau bukan pemilik rumah ini" kata Sakura.
"O iya Hinata-chan. Apa wanita ini yang pernah kau lihat di sini? Saat kau pergi ke hutan ini sendiri tuk mengikuti suara aneh itu" Tanya Naruto memastikan.
Hinata menggeleng. "aku memang tidak melihat jelas wajahnya. Tapi aku tau warna rambutnya hitam dan panjang. Bukan warna pirang. Ditambah lagi matanya coklat. Bukan mata biru" jelas Hinata.
"Uhuk Uhuk Uhuk" tiba-tiba terdengar suara batuk yang berat dari Kiba. Semua menoleh ke arah Kiba.
"Kau tak apa-apa Kiba-kun?" Tanya Hinata khawatir melihat wajah Kiba sudah sangat pucat. Dan keringat dingin menetes di keningnya.
"ha. Tidak apa-apa. Aku baik-ba~ Uhuk Uhuk Uhuk" lagi-lagi Kiba batuk dengan suara yang sangat berat.
"Kiba-kun. B-bibirmu membiru" ujar Hinata seraya memegang bibir dingin itu.
"Biru?" Sasuke menaikkan sebelah alisnya. "Kau habis minum apa Kiba?" Tanya Sasuke.
"Tidak. Aku hany~ Uhuk Uhuk Uhuk" batuk (lagi) Kiba
"Mungkin itu karena racun yang kau hisap tadi" duga Sakura.
"Racun?" kening Sasuke semakin mengerut.
"Tadi tangan Hinata disengat kalajengking. Terus Kiba menghisapnya, tapi dia memuntahkannya dari mulutnya kok. Jadi kurasa bukan karena itu" jelas Naruto.
"BAKA!" seru Sasuke membuat keempat temannya terkejut.
Sasuke langsung berjalan mendekati Kiba yang masih batuk-batuk.
"Kau jangan sok pahlawan karena melakukan hal itu. Menghisap racun?! Meskipun racun itu sudah kau muntahkan. Tetap saja ada sisa racun dimulutmu perbuatan bodoh yang pernah ku dengar. Kau tau. Itu sama saja kau mau bunuh diri!" seru Sasuke dengan nada marah.
"Aku tau itu" ujar Kiba di sela-sela batuknya.
"Kau tau? Lalu kenapa kau mau melakukan perbuatan gila itu?!" Tanya Sasuke sedikit membentak.
Kiba berhenti dari batuknya. Pemuda bermata coklat itu menatap mata onyx teman sesama cadangan anbunya.
"Aku hanya ingin melindungi Hinata" kata Kiba tegas. Membuat keempat temannya terhenyak. Terutama Hinata yang sudah merona.
Hening sesaat. Sampai Kiba kembali membatuk.
Sasuke mendengus kesal. "Kita harus kembali ke Konoha. Kau harus segera diobati" pinta Sasuke sedikit tidak rela karena penyelidikannya harus berhenti untuk saat ini.
Kiba terkejut mendengar keputusan Sasuke. Ia lansung menarik lengan baju Sasuke. "kau yakin? Kita belum mendapatkan petunjuk yang cukup" bisik Kiba yang hanya terdengar oleh Sasuke.
"Aku yakin. karena aku tidak mau merawat orang sakit ditengah penyelidikan. Kau hanya akan Menghambat kerjaku saja" ujar Sasuke setengah berbisik.
Kiba mendengus. "huh! Kau teman yang menyebalkan" bisik Kiba seraya menyeringai.
"Bagus! Kita pulang!" seru Naruto kegirangan. Sakura hanya menghela nafas panjang. Sedangkan Hinata melihat Kiba dengan tatapan Khawatir.
~~Hinata's POV~~
Apa Kiba akan baik-baik saja?
Ah aku jadi merasa tidak enak dengannya. Kiba melakukan ini semua demi aku. Dia sudah terlalu baik padaku. Dan aku tidak bisa membalas semuanya.
Aku tidak bisa menerima cinta tulus yang ditawarkannya padaku. Karena hatiku sudah terlanjur tertarik dengan orang lain. Maafkan aku Kiba..
Seandainya aku mengenalmu lebih dulu sebelum aku bertemu dengan Dia. Mungkin Hati ini seutuhnya sudah menjadi milikmu. Karena kau memang sangat baik dan pantas mendapatkannya.
~~End Hinata's POV~~
'Hyuuga'
Suara itu kembali terdengar. Membuat Hinata buyar dari lamunannya.
Hinata segera monoleh ke asal suara yang sangat jelas terdengar. Mata lavendernya terbelalak kaget melihat apa yang dilihatnya.
Seorang wanita berdiri di samping lukisan besar itu. perempuan itu menggunakan gaun putih yang sama dengan wanita yang berada di lukisan besar itu. hanya saja gaun putih yang digenakan kotor dan kusam.
Penampilannya tidak jauh beda dengan pertama kali Hinata melihatnya beberapa hari yang lalu. Rambutnya hitam panjang tak terurus tergurai begitu saja menutupi wajahnya karena menunduk. Kedua pergelangan tangannya ada borgol yang mengikat dan rantainya yang panjang dibiarkan menjulur sampai ke tanah.
Hinata diam membisu melihatnya. Bibirnya tak sanggup mengatakan apapun. Badannya kaku untuk bergerak. Entah karena apa.
"Hinata-chan. Ayo kita pergi dari sini" ajak Naruto yang berdiri di belakang Hinata. Namun yang diajak ngomong hanya bisa diam menatap lukisan, atau lebih tepatnya menatap sosok yang berdiri di samping lukisan.
Kenapa? Kenapa hanya Hinata yang dapat meihat perempuan itu? teman-temannya sama sekali tidak menyadari kehadiran sosok lain dalam ruangan tersebut.
Tiba-tiba Perempuan itu menengadah. Matanya yang coklat terlihat sayu menatap ke arah Hinata. Dan sekali lagi bibirnya mengucapkan….
'Hyuuga…'
Kali ini setelah memanggil nama Hyuuga, perempuan itu tidak menghilang. Tapi tiba-tiba perempuan itu melayang dengan cepat ke arah Hinata.
Hinata tak bisa bergerak melihat perempuan itu melayang ke arahnya. Keringat dingin menetes di keningnya. Dan alhasil perempuan itu menembus tubuh Hinata. Oh maaf ralat. Perempuan itu tidak menembus tapi seperti masuk ke dalam tubuh Hinata.
'Bruk' Hinata pun terjatuh dan langsung terduduk di lantai. Semua menoleh ke arah Hinata.
"Hinata-chan!"
"Hinata!"
"Hinata-chan! Kau tak pa-pa?!?" Tanya Kiba yang langsung mendekati Hinata. Begitu juga dengan lainnya.
Tubuh Hinata gemetar hebat. Tangannya memegang dadanya. Dia tidak merasakan apa-apa. Tidak sakit. Tapi jelas-jelas perempuan tadi masuk ke dalam tubuhnya. Yang dirasakan Hinata saat ini adalah ketakutan yang luar biasa.
"Hinata-chan?" panggil Kiba yang sangat khawatir melihat wajah Hinata yang ketakutan.
Hinata pun sadar dengan keadaan di sekitarnya. Melihat teman-temannya menatapnya dengan heran Reflex Hinata langsung memeluk Kiba yang ada di hadapannya.
"Kiba-kun… Hikz… Pu..Lang… Hikz… Pulang…" mohon Hinata di sela tangisnya dalam pelukan Kiba.
Semua terkejut. Hinata menangis? Dan dia sepertinya sangat ketakutan?
"Iya Hinata-chan. Kita segera pulang" ujar Kiba berusaha menenangkan Hinata. Tidak ada waktu untuk menanyakan kenapa Hinata ingin cepat pulang.
.
~~TBC~~
0 komentar:
Posting Komentar