DILEMA CINTA DIANTARA SAHABAT PART 10

Minggu, 23 Desember 2012
Dilema Cinta Diantara Sahabat
By Sakura Dini
Disclaimer: Naruto-Masashi Kishimoto
Pairing: NaruHinaSasuSakuNaru (tentang cinta segi empat)
Slight KibaHina
Warning: OOC (mungkin)

Summary: "Satu tahun yg jg ke tempat seperti kita, mereka mereka bisa keluar dengan ,tiga hari setelah kejadian satu diantara mereka tidak ingin hal itu juga terjadi pada kita"

 HUTAN OTO PART 4 END

Chapter 10

Lima anak muda keluar dari rumah besar nan tua tersebut. Sasuke, Sakura, Naruto yang cemberut melihat orang di sampingnya, Kiba yang sedang menggendong Hinata. Itu karena Hinata tiba-tiba lemas dan tidak sanggup berjalan, makanya Kiba langsung menggendongnya. Tak peduli tubuhnya sendiri sudah terasa sakit karena racun kalajengking yang dihisapnya.
Bukan saatnya mereka merasa lega keluar dari rumah besar itu. Karena tiba-tiba ada beberapa orang menghadang mereka. berpakain hitam dan bermasker membawa benda tajam yang sepertinya sudah menunggu mereka keluar sejak tadi.
"Cih! Sial!" umpat Kiba
"Siapa mereka dan mau apa?" Tanya Sakura
"Pasti sesuatu hal yang buruk" duga Sasuke
"Glek. Bagaimana ini?" Tanya Naruto
"…" Hinata yang berada di punggungnya Kiba tidak banyak komentar.
Tidak banyak bicara. Beberapa orang asing itu sudah siap dengan senjatanya masing-masing. Mereka ada Sepuluh orang dan semuanya membawa senjata tajam,seperti pedang, tombak, tongkat, dll. Dan mereka Mengambil kuda-kuda untuk siap menyerang kapan saja.

~~Sasuke's POV~~

Sial!
Dari mana datangnya mereka?
Dalam situasi seperti ini, aku tidak boleh gegabah. Aku masih belum tau kekuatan musuh seperti apa. Jika mereka hanya penjahat ikan teri mungkin aku bisa menghabisi mereka sekaligus. Tapi itu hanya kemungkinan kecil.
Aku melirik Kiba yang sedang menggendong Hinata. Wajahnya sudah sangat pucat dan setetes keringat mengalir di keningnya. Kurasa racunnya sudah mulai menyebar. Di saat seperti ini, dia tidak akan bisa bertarung dengan baik
Hm. Aku punya ide.
"Kiba" panggilku. Kiba menoleh.
"Rencana B" ujarku. Kiba menyeringai dan mengangguk. Menandakan dia mengerti maksudku.

~~End Sasuke's POV~~

Naruto dan Sakura saling memandang mendengar ucapan Sasuke. 'rencana B yang mana?' pikir mereka.
Keempat anak muda itu berdiri sejajar. Dari kanan ke kiri. Sasuke, Sakura, Naruto, dan Kiba yang sedang menggendong Hinata.
Sasuke mulai melangkah ke depan. Memasukkan tangan kanannya ke dalam saku celananya. Kesepuluh musuh yang berdiri tiga meter dihadapannya sudah menyiapkan ancang-ancang.
'Apa yang mau dilakukannya?' batin Sakura seraya memperhatikan semua gerak gerik Sasuke.
"Naruto" panggil Kiba.
Naruto menoleh melihat seringai Kiba.
"Bersiaplah" pinta Kiba. Naruto hanya mengangguk. Sepertinya pemuda pirang itu sudah mengerti apa yang akan dilakukan kedua cadangan anbu tersebut.
Dengan cepat Sasuke langsung mengeluarkan benda bulat seperti kelereng dari sakunya dan melempar benda itu ke tanah. Detik kemudian kumpulan asap hitam muncul menyelimuti Sasuke dan teman-temannya.
Perlahan-lahan asap itu menghilang. Dan kelima anak muda tadi bekurang. Yang terlihat hanya pemuda berkacamata. Si bungsu Uchiha.
"hn. Baiklah Kita mulai sekarang" pinta Sasuke seraya mengeluarkan kunai dari balik pinggangnya.
"Ah! Mana yang lainnya?" seru suara gadis di belakang Sasuke.
Sasuke menoleh kebelakang. Ia terkejut melihat Sakura masih berdiri di tempatnya. Padahal Kiba dan Naruto sudah kebur terlebih dahulu saat asap itu muncul.
"Bodoh! Kenapa kau tidak kabur dengan yang lainnya?" Tanya Sasuke.
Sakura terkejut. "A-aku tidak tau. Lagipula kenapa kau juga tidak lari?" seru Sakura seraya menunjuk Sasuke.
Melihat situasi ini. Musuh sadar ada yang melarikan diri. Sebagian dari mereka pun beranjak mengejar yang lainnya.
"Cih!" umpat Sasuke melihat musuhnya telah berkurang juga menjadi lima orang. 'semoga Kiba dan Naruto bisa selamat' harap Sasuke dalam hati.
"Hey Kau!" panggil Sasuke entah pada siapa. Karena matanya menatap lurus ke arah musuh.
"Maksudmu aku?" Tanya Sakura memastikan seraya menunjuk dirinya sendiri.
"hn. Ini saatnya kau menunjukkan pada mereka kehebatan seorang gadis juara karate siswi tingkat SMA" ujar Sasuke seraya menyeringai.
"Maksudmu. Kau menyuruhku untuk melawan mereka?"
"Lebih tepatnya. Membantuku menghabisi mereka"
"Tak masalah. Justru yang ku khawatirkan adalah dirimu" ujar Sakura dengan nada mengejek.
Sasuke mendengus kesal. "Huf! Jangan remehkan Aku."
Sakura langsung mengambil kuda-kuda. Begitu pula dengan lainnya.

*#~o0o~#*

Naruto terus berlari melewati pepohonan itu. Disampingnya, Kiba juga berlari sembari menggendong Hinata.
"Kiba-kun, Saku-chan tidak ada" ujar Hinata yang berada di punggung Kiba.
"Tak apa. Dia akan baik-baik saja selama ada Sasuke di sampingnya" kata Kiba sembari berlari.
Naruto menoleh ke belakang. Ia terkejut melihat beberapa orang mengejarnya.
"Kiba! Mereka dapat mengejar kita" ujar Naruto panic. Masih tetap berlari.
"Cih! Sial!" umpat Kiba kesal. Nafasnya sudah terengah-engah. Sebenarnya tubuhnya sudah merasakan rasa sakit yang luar biasa akibat racun yang dihisapnya. Namun dia tetap berusaha untuk berlari. Hinata sadar akan hal itu. Karena ia merasakan dinginnya tubuh Kiba dan detak jantungnya yang tidak beraturan.
"Kiba-kun. Turunkan Aku" pinta Hinata.
"…" kiba hanya diam. Ia pura-pura tidak mendengar permintaan Hinata.
Naruto menoleh. Ia melihat wajah Hinata yang khawatir dan juga wajah Kiba yang sangat pucat. Menyadari situasi saat ini sangatlah buruk. Pikiran Naruto pun memikirkan ide yang sangat buruk.
"Kiba-kun… Aku mau tu-" belum sempat Hinata melanjutkan permintaannya. Naruto lansung memotongnya.
"Kiba. Sebaiknya kita berpencar" usul Naruto membuat Hinata semakin khawatir.
"Naruto-kun. Apa yang kau pikirkan?" protes Hinata.
"Ide bagus" Kiba mengiyakan sambil menyeringai, tak peduli protes dari Hinata.
Naruto mendengus. "Ku serahkan Hinata-chan padamu" ujarnya lalu berbelok ke arah kanan. Dan Kiba lansung berbelok ke arah kiri.
Hinata pun tidak bisa mencegah ide buruk yang sudah dilaksanakan itu.
Lima musuh itu juga berpencar. Dua orang mengejar Naruto, dan tiga orang lainnya mengejar Kiba dan Hinata.

*#~o0o~#*

Sakura jatuh dan terduduk di tanah. Wajahnya sangat pucat melihat musuh yang sejak tadi tidak bisa ia kalahkan. Sakura tidak menduga, musuh itu bisa membuatnya terpojok.
Orang berpakain serba hitam dan bermasker itu berjalan mendekati Sakura yang masih terduduk di tanah. Di tangan musuh ada tombak dengan pisau kecil di ujungnya. Siap untuk ditancapkan ke tubuh Sakura.
Tidak ingin hidupnya berakhir di sini. Sakura langsung memutar kakinya ke depan dan menyandung kaki musuh sampai terjatuh. Dengan sigap Sakura langsung berdiri dan mengambil tombak yang di jatuhkan oleh musuh.
Melihat musuh terbaring di atas tanah. Sakura berniat menusuknya. Tapi rasanya itu terlalu kejam bagi Sakura. akhirnya Sakura menghentakkan kakinya dengan sekuat tenaga di atas perut musuh. Tidak sampai di situ, Sakura juga menendang selangkaannya. Membuat musuh mengerang kesakitan. Karena tenaga Sakura sangat kuat, alhasil musuh itu lansung pingsan di tempat.
Sakura pun tersenyum penuh kemenangan ditengah nafasnya yang tidak beraturan karena lelah.
"Tidak buruk untuk seorang gadis seusiamu" komentar Sasuke yang berdiri di belakang Sakura.
Sakura langsung menoleh. Melihat Sasuke berdiri di tengah-tengah musuh yang sudah terkapar di atas tanah.
'Bagaimana mungkin? Dia mengalahkan empat penjahat sekaligus tanpa terluka sedikit pun' batin Sakura bertanya-tanya melihat Sasuke masih sanggup berdiri dengan tenang. Seperti tak ada yang terjadi sebelumnya.
Sakura berjalan mendekati Sasuke, tapi langkahnya tertahan. "Aw!" keluh Sakura terjatuh. Ia meringis seraya memegang betis kaki kanannya.
Sasuke mengerutkan keningnya. Pemuda berkacamata itu langsung mendekati Sakura.
"Kau kenapa?" Tanya Sasuke seraya jongkok di hadapan Sakura yang duduk di atas tanah.
"Tak papa. Aku hanya terluka sedikit" jawab Sakura seraya memperlihatkan betisnya. Celana panjang abu-abunya sudah sobek dan terlihatlah goresan luka berdarah yang cukup besar di kulit putih itu.
"Benar. Tak apa-apa?" Tanya Sasuke sedikit khawatir.
"Iya. Lagipula ini adalah resikoku karena sudah bertarung" jawab Sakura.
"hn. Kau benar" Sasuke mengiyakan. Pemuda itu lalu memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Mengambil sebuah saputangan biru dongker. Sasuke langsung melilitkannya di betis Sakura tepat menutupi luka tersebut.
"Untuk apa?" Tanya Sakura setelah Sasuke selesai melilitkan saputangannya di betis Sakura.
"Agar darahnya tidak keluar lagi dan tidak terinfeksi dengan debu lainnya" jawab Sasuke datar seraya menatap mata emerald Sakura.
Sakura terdiam, lalu ia menunduk. "Apa kita semua akan baik-baik saja?" Tanya Sakura.
"hn" jawab Sasuke singkat dan Tidak memuaskan bagi Sakura.
"Uchiha…"
"hn"
"kau tau. Satu tahun yang lalu… kakakku juga ke tempat ini. Ia berlima dengan teman-temannya. sama seperti kita"
Sasuke sedikit terkejut dengan pernyataan Sakura yang tiba-tiba itu.
"Lalu?" Tanya Sasuke
"Beruntung mereka bisa keluar dengan selamat. Tapi… tiga hari setelah kejadian itu. Salah satu diantara mereka menghilang. Yaitu Tenten. Sahabatnya Ino. A-aku… aku tidak ingin hal itu juga terjadi pada kita" Sakura tetap menunduk seraya menggelengkan kepalanya.
"Tenanglah. Musibah itu tidak akan terjadi untuk kedua kalinya. Percayalah padaku" Sasuke berusaha menenangkan Sakura.

*#~o0o~#*

Kiba menghentikan larinya. Ia lalu menurunkan Hinata dari punggungnya.
"Sembunyilah di balik Pohon itu. Aku akan menghadapi mereka" pinta Kiba.
Hinata menggeleng. "Tidak! aku tidak mau meninggalkanmu. aku akan tetap di sini"
"tapi Hinata-chan. kau bisa terluka. Tenang saja. Aku bisa menghadapi mereka"
"Bohong! Kau sendiri terluka. Aku tau itu. Racun itu sudah menyebar di dalam tubuhmu."
Kiba sedikit terkejut. Ia lalu menarik nafas panjang dan memegang kedua bahu Hinata. "Hinata-chan. Aku akan lebih terrluka lagi jika kau yang terluka."
Tiba-tiba Tiga musuh tadi sudah berada di belakang Kiba.
Kiba langsung berbalik. Hinata hanya bisa melihat punggung Kiba.
"Kiba-kun… k-kenapa?.. kenapa kau melakukan ini semua untukku?.." Tanya Hinata.
Kiba menoleh, ia lalu tersenyum ke arah Hinata.
"Karena Aku Sangat Mencintaimu" jawabnya tulus. Tak ada kata rayuan maupun kebohongan dalam ucapannya.
Hati Hinata bergetar. Jantungnya berdetak kencang. Wajahnya pun merah padam mendengar pengakuan Kiba. Walaupun ungkapan hati Kiba ini bukan yang pertama kalinya pada Hinata.
Kiba langsung beranjak menghadapi tiga musuh yang bersenjata di hadapannya.

~~Hinatas POV~~

Kiba-kun….
Aku… aku tau sekarang. Kau memang sangat pantas mendapatkannya.
Kali ini. Kau berhasil membuat hatiku tertarik padamu.
Setelah keluar dari Hutan ini. Aku akan mengatakannya padamu….
Aku…a-aku.. .
Aku juga Sama….. dan aku bersedia menerima tawaranmu.
Kiba-kun…
~~End Hinata's POV~~
Seulas senyum tulus terukir di wajah Hinata.
*#~o0o~#*
Naruto berkacak pinggang. Wajahnya sudah babak belur. Tapi kali ini Ia tersenyum penuh kemenangan karena melihat dua orang penjahat sudah terkapar di atas tanah.
"Huh! Itu akibatnya melawan anak Namikaze sepertiku." Gumannya sendiri. Yeah. Naruto cukup pintar dalam ahli bela diri. Dia kan anak dari walikota Konoha, jadi hampir setiap Hari dia sering dilatih oleh Jiraiya. Salah satu legenda anggota anbu yang sudah pensiun.
"Ok. Sekarang aku akan menyusul Kiba dan Hinata-chan…" pintanya dan segera berlari ke tempat yang ia maksud.

*#~o0o~#*

Satu musuh sudah tumbang di tangan Kiba. Tinggal dua orang lagi. Kiba pun mengambil dua pisau (senjata dari musuh yang dikalahkannya) untuk melawan musuh lainnya.
Jika saja Kiba tidak terkena racun. Mungkin dia bisa menghabisi tiga sekaligus. Tapi itu hanya 'Andai saja'. Kenyataannya, Kiba terlalu sakit.
"Uhuk Uhuk Uhuk" Suara berat batuk Kiba terdengar lagi. 'Cih! Sial. Kenapa disaat seperti ini. Batuknya keluar lagi' gerutu Kiba dalam hati.
Tiba-tiba Kepala Kiba mulai terasa sangat sakit. Nafasnya pun tidak beraturan. Pandangannya mulai kabur. Rasa sakit yang luar biasa menjalar di seluruh tubuhnya. Rasanya Kiba ingin mengerang kesakitan. Tapi dia berusaha menahan keluhannya. Menggigit bibir bawahnya sendiri hingga berdarah.
"Kiba-kun!" seru Hinata yang berdiri agak jauh di belakang Kiba. Hinata melihat ada yang mengganjal pada tubuh Kiba yang gemetar. Gadis indigo itu berniat mendekati Kiba, tapi langkah nya terhenti oleh seruan Kiba.
"Jangan Kesini Hinata-chan. Tak apa. Aku baik-baik saja" ujar Kiba tanpa menoleh ke Hinata. Menyembunyikan wajah pucatnya dari Hinata.

~~Kiba's POV~~

Yeah. Aku akan Baik-baik saja selama Hinata-chan tidak terluka.
AAAARRGHHH!!!!! Sial!!! Kenapa tubuhku rasanya Sakit Sekali?!
Tidak! Aku harus bertahan. Aku tidak boleh menyerah sampai disini. Aku tidak ingin Mengecawakan Hinata. Kalau pun aku sudah tidak kuat lagi. Dua bajingan di hadapanku ini harus kukalahkan dulu.
Oh Kami-sama. Lindungi Hinata-chan. Andai aku sudah tidak kuat lagi.
Aku menutup mataku. Mencoba melupakan rasa sakit yang kurasakan dengan mengingat hal-hal yang indah. Seperti sebuah senyuman lembut dari seorang Gadis. Hinata-chan….
Aku kembali membuka mataku. Dan segera mengelak dari tebasan pedang dari seorang musuh.
Cih! Tak peduli lagi betapa sakit yang kurasakan saat ini. Aku harus segera menyelesaikannya.

~~End Kiba's POV~~

Satu musuh kembali tumbang. Tapi sepertinya Kiba belum puas menghajar musuh yang sudah terbentur pohon itu. rasanya musuh bersenjata tongkat itu terlalu mudah untuk dikalahkan.
Sekarang tinggal satu musuh yang bersenjata pedang.
'tak masalah. Tinggal sat- Uhuk Uhuk Uhuk' batuk Kiba. Tak tangung tangung. Batuk berat yang dikeluarkan Kiba bertubi-tubi. Hingga pemuda itu terjatuh duduk bersimpuh. Dan tiba-tiba ia memuntahkan banyak darah dari mulutnya.
"Uurgh! S-si..al.." gerutu Kiba. Pandangannya mulai kabur kembali. Rasa sakitnya sudah tidak tertahankan. Rasanya ia ingin menjatuhkan kepalanya.
"Kiba-kun!!" seru Hinata. Gadis itu berlari mendekati Kiba.
"Tidak! Hinata-chan. Jangan kesini. Aku mohon. Berbahaya" seru Kiba atau bisa dibilang sebuah bisikan karena suaranya tidak sanggup lagi untuk dikeluarkan.
Melihat sama sekali tidak ada pertahanan pada sang gadis. Musuh bersenjata pedang itu menyeringai di balik maskernya. Ia langsung berlari mendekati Hinata yang juga berlari ke arah Kiba.
Hinata langsung menghentikan langkahnya. Ia terkejut melihat musuh berlari ke arahnya seraya mengacungkan pedangnya.
"Oh Tidak! Hinata-chan!!!"
"Kyaaa!!!"
'Jlebs!' suara tikaman pun terdengar.
Hinata menutup matanya. Tubuhnya bergetar ketakutan. Tapi… dia tidak merasakan kesakitan sama sekali. Kenapa?
Perlahan-lahan Hinata membuka matanya. Ia kembali terkejut melihat punggung seorang pemuda yang sangat dia kenal berdiri di hadapannya.
"K-kiba-kun?" ucap Hinata.
Kiba berhasil menghentikan gerakan musuh dengan menancapkan dua pisau di dada musuh. Perlahan Kiba melepaskan genggaman pisaunya. Membuat musuh terjatuh di hadapan Kiba.
"huh!.. A..aku.. ber-hasil… Hinata-chan…" ujar Kiba tanpa menoleh ke belakang.
Hinata tersenyum. "Iya Kiba-kun. Arigato.."
Tiba-tiba Kiba terjatuh kebelakang. Dan Hinata langsung menadahnya.
"K-kiba…kun…" Suara Hinata gemetar. Ia tak percaya apa yang dia lihat.
Sebuah pedang tertancap di dada pemuda berambut coklat itu. dan tumpahan darah mengotori bajunya. Hinata tadi tidak melihatnya karena Kiba membelakanginya.
"Bodoh! Kenapa?!" Hinata terisak. Air mata mengalir dipipinya. Ia tidak membayangkan hal ini bisa terjadi. Dadanya sesak. Melihat sosok temannya… bukan… dia bukan sekedar teman bagi Hinata. Tapi lebih…
Mata Kiba masih terbuka. Melihat wajah Hinata yang menurutnya wajah terindah yang pernah dilihatnya. Tapi kali ini wajah itu menangis. Kenapa? Bukannya dia tidak terluka? Jadi untuk apa menangis?
"Hikz… K-kiba-kun…."
'Sudahlah. Jangan seperti itu. Aku kan tidak bisa tenang melihatmu seperti ini. Kau tidak salah. Jika aku terlalu sayang padamu' batin Kiba. Bibirnya yang berdarah sudah tidak mampu lagi untuk mengucapkan kata-kata. Pandangannya mulai menghitam. 'tak apa.. aku rela… ini sudah menjadi resiko yang sudah kuambil bukan? Aku sudah cukup bahagia bisa bertemu dengan Hinata'
"Ke…na…pa…?" suara tangis Hinata masih terdengar oleh Kiba.
'bukannya sudah kukatakan padamu…ini semua karena…'
"Aishiteru Hinata….." kata terakhir yang diucapkan Kiba sebelum ia menutup mata… Selamanya…
"KIBAAAAA-KUUUN!!!!" teriakan histeris terdengar di penjuru hutan yang biasanya sunyi senyap.

*#~o0o~#*

"Suara itu… Hinata!" seru Sakura saat mendengar teriakan Hinata.
"hn. Ayo kita kesana" pinta Sasuke. Mereka pun berlari menuju sumber suara tersebut. Oh maaf. Ralat. Hanya Sasuke yang berlari. Dan Sakura berada digendongannya. Ingat. Kaki Sakura terluka akibat pertengkaran tadi.

*#~o0o~#*

"Hinata-chan…" panggil Naruto yang sudah berdiri di belakang Hinata. Naruto berdiri mematung. Dia tak percaya apa yang dilihatnya. Hinata duduk seraya memangku kepala Kiba yan sudah sangat pucat. Sebuah pedang masih tertancap di dada pemuda itu. Hinata tidak berhenti untuk menangis.
Naruto lalu duduk di samping Hinata. Ia langsung merangkul Hinata.
Setetes air keluar dari mata Samudra tersebut. "Maaf… Aku telat…"
"Hikz… Kiba-kun…. Hikz… Kiba, Naruto-kun… Kiba-kun…" Hinata mengguman tak jelas disela tangisnya.
Naruto tak sanggup lagi bertanya lebih jauh. Kenapa musibah ini bisa terjadi.
Setelah merasa lebih tenang. Hinata melepaskan diri dari pelukan Naruto. Mata lavendernya masih sembab. Kepalanya mulai terasa pusing. Mungkin karena ia terlalu lelah, ditambah lagi mengalami kejadian yang sangat menyedihkan.
Samar-samar dia melihat sosok berpakaian hitam berdiri di belakang Naruto. Membawa tongkat yang siap diayunkan di atas kepala Naruto.
Oh tidak! Rupanya itu adalah musuh tadi yang dilawan Kiba. Dia hanya pura-pura pingsan saat terbentur pohon. Dan sekarang musuh itu bangkit lagi. Mencoba menyerang kembali saat ada kesempatan.
'Tidak! Kali ini aku tidak mau lagi kehilangan orang yang kusayangi. Tidak akan kubiarkan!' batin Hinata saat ia sadar musuh itu benar-benar ingin memukul Naruto dari belakang.
"Awas!" Hinata mendorong tubuh Naruto ke samping. Dan alhasil pukulan tongkat yang diayunkan dengan kuat oleh musuh mendarat di atas kepala Hinata.
Pandangan Hinata semakin kabur. Rambut indigo ternoda oleh darahnya sendiri. Darah segar Mengalir ke keningnya. Dan akhirnya Hinata jatuh dan pingsan.
"Ti..dak mungkin… Hinata-chan…" Naruto terkejut melihat keadaan Hinata yang tidak sadarkan diri.
Musuh itu kembali mengayunkan tongkatnya ke arah Naruto. Dan Akhirnya…
'Bruk!'
Musuh itu tiba-tiba terpental dan lagi-lagi terbentur pohon. Kali ini musuh itu memuntahkan darah dan dia benar-benar pingsan.
Naruto menoleh. Melihat siapa gerangan yang sudah menendang musuh itu. Sasuke berdiri sembari mengendong Sakura di punggungnya.
Mata onyx dan emerald itu sama-sama terkejut melihat kedua temannya yang terlihat mengenaskan.
"Oh tidak…" Sakura menutup mulutnya sendiri.
"ini buruk" ujar Sasuke.
Naruto kembali melihat Hinata. Perlahan ia memegang kepala yang sudah basah Karena darah segar tidak berhenti mengalir.
"Ber-ta-han-lah Hinata-chan… A-aku mohon…" mata Samudra itu mulai banjir kembali.
"HINATAAAA-CHAAAN!!!"

~~TBC~~

0 komentar:

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut