Dilema Cinta Diantara Sahabat
By Sakura Dini
Disclaimer: Naruto-Masashi Kishimoto
Pairing: NaruHinaSasuSakuNaru (tentang cinta segi empat)
Slight KibaHina
Summary:
Naruto melihat tangan kiri Sasuke yang memegang pergelangan tangan
Hinata. Ia pun mendelik tajam."Teme! jangan mengambil kesempatan dalam
kesempitan!"
HUTAN OTO PART 1
Chapter 7
"limat menit lagi dia tidak datang. Kita akan pergi berdua saja" guman pemuda itu kesal.
Gadis berambut idigo sepinggul yang berdiri disamping kiri pemuda itu tersenyum. "tenanglah Sasuke. Naruto-kun sebentar lagi pasti datang. Aku baru saja menerima sms darinya"
"tapi si dobe itu keterlaluan Hinata. Janjinya kan jam sepuluh tepat. Sekarang sudah lewat, dia belum datang juga" keluh Sasuke tak sabaran.
"Em… S-sa…sasuke…" panggil Hinata.
"hn?" Sasuke menoleh melihat Hinata yang berdiri di samping kirinya.
"J-jalanan ini s-sangat sepi ya?" ujar Hinata menunduk seraya menatap ujung sepatunya.
"itu wajar saja. Ini sudah jam sepuluh malam. Semua orang di sekitar jalan ini sudah tertidur pulas di rumah mereka masing-masing" terang Sasuke malas.
"K-kau benar S-sasuke…" Hinata menggenggam tangannya sendiri. Menyembunyikan getaran tangannya.
Sasuke yang melihat hal itu sadar. Kalau Hinata sekarang……. Ketakutan.
Sasuke lalu memegang pergelangan tangan Hinata. "Tenanglah…" ujar pemuda berkacamata itu.
Hinata menoleh. Melihat mata onyx di balik kacamata Sasuke.
"Kau tak perlu takut. Ada aku di sampingmu" ujar Sasuke datar. Tapi kata-katanya berhasil menenangkan hati Hinata. Tangannya tidak gemetar lagi.
Hinata kembali menunduk. Menyembunyikan semburat merah di pipinya. "A-arigato…S-sasuke…"
"hn, sama-sama"
Tangan kiri Sasuke tetap memegang pergelangan tangan kanan Hinata. Sedangkan tangan kanannya tetap berada di dalam saku celana panjang biru tua yang dia genakan. jaket hitam juga tak lupa di genakan si bungsu Uchiha. Mata onyx di balik kacamata terus memandang lurus ke depan.
Sedangkan Hinata yang berada di sampingnya menunduk melihat ujung sepatunya. Gadis itu menggenakan celana biru tua panjang hingga bawah lutut dan juga Jaket berwarna ungu dan putih (seperti di NaruShippun).
Sorotan lampu mobil taxi telihat dari kejauhan. Perlahan mendekat. Dan berhenti di depan mobil Sasuke yang terpakir di pinggir jalan. Penumpangnya pun turun. Pemuda berambut blonde spike ,menggenakan jaket orange hitam dan celana panjang orange (seperti di NaruShippun juga. Maaf, Dini gak kreatif *ditabok*). Setelah itu, mobil taxi pun pergi menjauh.
"hai Hinata-chan. Sasuke-teme" sapa Naruto dengan senyuman khasnya tanpa ada rasa bersalah karena sudah membuat temannya menunggu.
Hinata tersenyum ke arah Naruto. Sedangkan Sasuke mendengus kesal.
"Apa yang kau bawa dobe?" Tanya Sasuke heran saat melihat tas ransel besar tergantung di punggung Naruto.
"aku bawa tiga mi ramen instan, dua botol air minum, termos, selimut, baju ganti, tali, pisau, em… dan… jeruk!" Naruto tersenyum tiga jari. Memperlihatkan gigi-gigi iklan ciptaden*?*
Sasuke sweatdrop. "Baka! Kita tidak sedang camping! Kita hanya ke Hutan Oto semalam saja untuk menyelidiki suara aneh yang didengar Hinata" jelas Sasuke.
"Aku tau. Lagipula apa salahnya kalau kita membawa persediaan lebih teme" bela Naruto.
"Yang kita butuhkan hanya Senter, kompas, Hp, dan kunai. Bukan benda-benda yang tidak berguna!" ujar Sasuke.
"Ini sangat berguna untu bekal makan kita!"
"memangnya siapa yang mau makan tengah malam!"
"Aku dan Hinata-chan!"
"siapa bilang Hinata mau makan!"
"Aku!!" seru Naruto.
Sasuke mendengus kesal. Ia memilih diam. 'Percuma berdebat dengan orang bodoh' Batinnya.
Naruto berkacak pinggang. Mata samudranya tak sengaja menangkap keanehan. Melihat tangan kiri Sasuke yang masih memegang pergelangan tangan Hinata. Ia pun mendelik tajam.
"Teme! jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan!" seru Naruto seraya melepaskan genggaman tangan Sasuke dari Hinata.
"hn. Aku tidak sengaja" komen Sasuke datar.
"Ah! Rupanya kalian ada disini!" tiba-tiba terdengar suara gadis yang sangat familiar bagi mereka.
Naruto, Sasuke dan Hinata menoleh. Melihat gadis bertopi merah dengan tulisan 'SA' di depan topinya. Gadis itu menggenakan celana panjang abu-abu. Dan kaos merah berlengan panjang tiga perempat. Gadis itu berjalan mendekati Naruto cs.
"Saku-chan?" ujar Naruto sedikit terkejut.
"Gomen, sudah membuat kalian menunggu" kata Sakura.
"Siapa yang mengajakmu?" Tanya Sasuke keheranan.
Sakura mengembungkan pipinya. "Kau jahat Uchiha! Kau bilang punya rencana tapi tidak mau mengajakku. Untung ada Hinata yang mau memberitauhkan padaku" Ujar Sakura.
Sontak Naruto dan Sasuke menoleh ke arah Hinata. "Gomen Sasuke. A-aku tidak bisa merahasiakan hal ini dari Sakura" ujar Hinata seraya menunduk.
Sasuke menghela nafas panjang. "Seharusnya kita pergi hanya bertiga" guman Sasuke
"Sudahlah Teme. apa salahnya sih kalau Saku-chan ikut?" protes Naruto.
"Gadis ini hanya akan menambah beban saja" tuduh Sasuke
"Aku tidak akan merepotkan kalian. Lagipula aku bisa jaga diri. Aku kan juara karate siswi setingkat SMA" bela Sakura.
"Bukan begitu maksudku"
"Lalu apa?"
"Kau itu Gadis cerewet. Aku tidak suka Gadis cerewet sepertimu!" seru Sasuke.
"Naruto kan juga cerewet!" seru Sakura seraya menunjuk ke arah Naruto.
Naruto terkejut. "Hey! Aku bukan Gadis!" seru Naruto.
"Iya benar. Naruto bukan gadis. Dia Janda!"
"Itu Benar!" seru Naruto seraya mengangguk bersemangat.
Sontak Sasuke dan Sakura terdiam.
"EH?! Bu-kan! Aku bukan Janda!" Naruto menggeleng hebat. Lalu melihat Sasuke dan Sakura yang menatapnya dengan kening berkerut. "A-apa?! Kenapa melihatku seperti itu?" Tanya Naruto.
Hinata memegang lengan kanan Naruto. Pemuda berembut pirang itu menoleh. "Na-naruto-kun… siapa yang mengataimu janda?" Tanya Hinata.
Naruto membulatkan matanya setelah sadar ada sesuatu yang mengganjal. Suara yang mengatai dia janda itu siapa? Itu suara laki-laki. Tapi jelas bukan suara Sasuke. Karena Naruto sangat kenal dengan suara Sasuke. Lalu… itu suara Siapa? Mengingat mereka berada di jalan sepi dan hanya ada mereka berempat.
Naruto langsung gemetar. "A-a-aku… m-m-me-mendengarnya… d-d-dari… s-s-sa… sana…" ujar Naruto ketakutan seraya menunjuk sebuah pohon besar yang berada di depan rumah orang lain. Yang hanya berjarak dua meter dari tempat mereka berdiri.
Tak banyak bicara lagi. Sasuke langsung menghampiri pohon tersebut. Sakura diam di tempat sambil menggigit bibirnya sendiri. Jujur, dia agak takut. Hinata mempererat genggamannya di lengan tangan kanan Naruto. Sedangkan tubuh Naruto masih gemetar.
Sasuke pun memengang batang pohon tersebut. Lalu menggoyangkannya. Membuat daun-daunnya berterbangan jatuh. Beberapa detik kemudian…
'BRUK!' seseorang jatuh dari atas pohon. Pemuda berambut coklat spike. Menggenakan jaket coklat dan celana panjang hitam.
"Kiba!!" seru Naruto, Sakura, dan Hinata secara bersamaan. (khusus Hinata manggilnya 'Kiba-kun')
"Aw.. Sakit" keluh Kiba sembari mengelus-ngelus bokongnya yang tadi mendarat dengan mulus di tanah.
"Apa yang kau lakukan di sini? Memanjat pohon malam-malam begini?" Tanya Sasuke.
"Kiba!! Apa yang kau lakukan di sini? Memanjat pohon malam-malam begini?!" seru Naruto yang mengikuti kata-kata Sasuke.
Sasuke mendelik ke arah Naruto. 'Dasar Peniru!' batinnya.
Kiba lalu berdiri. Ia menyeringai ke arah Naruto. "Hai Janda…" sapa Kiba dengan suara menggoda.
Naruto merinding. "KAU!!" seru Naruto sembari menunjuk Kiba.
"Hinata. Kau memberitaukan pada Kiba juga?" Tanya Sakura.
Hinata menggeleng. "tidak"
"Kiba! Jelaskan mengapa kau ada disini juga?" Tanya Sasuke
"aku tau rencana kalian. Itu karena aku mendengar semua pembicaraan kalian di koridor sekolah tadi siang. Jadi biarkan aku ikut dengan kalian. Kalau tidak… aku akan memberitaukan hal ini pada keluarga kalian" ancam Kiba.
Sakura menyeringai. "Aku juga. Akan melapor jika kalian tidak mengajakku" tambah Sakura.
Sasuke mendengus kesal. "Apa boleh buat… kita berangkat berlima" ujarnya pasrah.
Kiba dan Sakura tersenyum penuh kemenangan.
Kiba segera mendekati Hinata. Ia langsung berdiri di tengah-tengah Naruto dan Hinata (seperti melerai mereka berdua). "Hinata-chan. Aku akan menjagamu" rayu Kiba.
Naruto mendelik. Ia langsung menarik Kiba dan berdiri di samping Hinata. "Hinata-chan. Dekat denganku kau akan aman" ujar Naruto.
Kiba menarik lagi Naruto dan berdiri di samping Hinata. "Hinata-chan. Aku akan melindungimu" rayu Kiba.
Naruto geram. Ia menarik Kiba dan berdiri di samping Hinata. "Hinata-chan. Bersama sahabat lebih baik" ujar Naruto.
Kiba mulai marah. Ia mendorong Naruto menjauh dari Hinata. "jangan ganggu kami. Duren!"
Naruto mendorong Kiba. "Kau yang mengganggu rabies!"
"Dasar Duren!"
"Dasar Rabies!"
Hinata hanya bengong melihat pertengkaran Naruto dan Kiba. Tiba-tiba Sasuke sudah menarik tangan Hinata menjauh dari dua pemuda yang beradu mulut *?* itu. Mendekati mobil sedannya.
"Sebaiknya kita cepat pergi. Ayo masuk." Pinta Sasuke setelah membukakan pintu mobilnya. Mempersilahkan Hinata masuk mobilnya.
Naruto dan Kiba yang mendengar pintu mobil tertutup. Menoleh. Melihat mobil sedan hitam yang mesinnya sudah menyala.
"Tunggu Kami!" seru mereka bersamaan. Naruto lalu belari membuka pintu mobil bagian penumpang sebelah kiri. Sedangkan Kiba membuka pintu mobil sebelah kanan. Mereka masuk ke dalam mobl bersamaan.
Ternyata di dalam mobil sudah ada Hinata yang duduk. Gadis itu duduk di antara Kiba dan Naruto. Mereka duduk di belakang sopir. Sedangkan Sasuke duduk di tempat pengendara mobil. Dan di sampingnya…. Kosong?
'Sakura?' Sasuke langsung keluar mobil dan melihat Sakura yang masih berdiri diam mematung. Menatap ke dalam mobil. Lebih pastinya menatap Hinata.
"Hey! Kau mau ikut atau tidak sih!" seru Sasuke membuat Sakura buyar dari lamunannya.
"Ah! I-iya!" Sakura lalu berlari kecil. Membuka pintu mobil dan duduk di samping Sasuke.
Melamun? Yeah Sakura melamun. Hatinya bertanya-tanya. Kenapa Hinata diperebutkan seperti tadi. Padahalkan Sakura juga wanita. Kenapa tidak dianggap? Hinata memang cantik. Tapi Sakura tidak kalah cantik bukan? Hanya kurang terawatt saja. Apakah memang hanya wanita cantik dan terawatt yang bisa menarik perhatian laki-laki? Entah kenapa… Sakura jadi merasa ingin merawat dirinya sebagai wanita seutuhnya. Bukan gadis tomboy seperti saat ini. Tapi kenapa baru sekarang dia ingin berubah? Apa karena dia ingin menarik perhatian seorang cowok? Siapa cowok beruntung yang berhasil menggoyahkan hati Sakura? Siapa? Sakura sendiri juga tidak tau…. (apalagi Dini si Author *dibanting*)
*#~o0o~#*
~Kiba's POV~
Dasar! Apa sih yang dipikirkan si Naruto itu? Aku kan hanya mendekati Hinata-chan. Apa itu salah? Lagipula mereka kan hanya bersahabat. Apa Naruto akan bersikap sama jika aku mendekati Sakura? dasar Friend-Complex! Lebih parah dari sister-complex!
Aku mengalihkan pandanganku ke kaca mobil. Jadi tidak enak dengan Hinata yang duduk di antara aku dan Naruto. Jadi lebih baik kuhentikan acara men-death glare kepala duren menyebalkan itu.
Sepi… jalanan yang kami lewati sepi. Hanya ada lampu menyala di pinggir jalan dan halaman rumah para warga Konoha. Sasuke sepertinya sengaja melewati jalan yang sepi. Agar tidak ketahuan orang lain kalau kami ingin pergi ke Hutan Oto yang terlarang.
Sasuke… dia banyak berubah setelah kembali dari Ame. Pasti di otaknya sekarang yang terpikirkan hanyalah sebuah kasus. Dia terlalu terobsesi mengejar kenaikan pangkat menjadi anggota anbu yang resmi. Seperti kakaknya, yang sekarang menjadi orang termuda di kalangan anbu resmi. Dan juga sebagai mata-mata tingkat internasional. Hebat.
Sementara Sasuke sebagai adiknya. Seperti cemburu dengan karir yang dimiliki kakaknya. Karena dia masih menjadi anggota anbu cadangan. Sama sepertiku dan Shika. Karena itu dia terlalu terobsesi untuk memecahkan kasus ini agar pangkatnya segera naik.
Kasus menghilangnya seorang gadis setiap tahun di Konohagakure. Ini sudah terjadi sejak 13 tahun yang lalu. Gadis-gadis yang menghilang itu pun tidak pernah ditemukan hingga sekarang. Sejak saat itu beberapa anggota Anbu mencoba memecahkan kasus ini. Tapi selalu berakhir dengan jalan buntu, bahkan ada beberapa yang kehilangan nyawa. Mengerikan…
Aku tidak mengerti jalan pikiran Sasuke. Dia bahkan nekat pergi langsung ke hutan Oto tanpa memberitaukan aku maupun shika, meminta izin pada ketua anbu pun tidak dilakukannya. Beruntung aku menguping pembicaraan rencananya di sekolah tadi siang. Dan segera aku melapor pada ketua. Akhirnya aku diperintahkan ikut dan mengawasi gerak-gerik Sasuke yang mulai ingin bergerak sendiri.
Dengan senang hati aku menerima perintah ini. Sekalian aku bisa menjaga Hinata-chan-ku dari marabahaya. Hehehehe….
"Sudah Sampai" suara dingin Sasuke membuyarkan ku dari lamunan. Aku segera keluar dari mobil dan melihat rimbunan pohon di seberang sungai.
Tinggal menyebrangi sungai di hadapan kami…. Kami akan memasuki Hutan Oto….
~End Kiba's POV~
*#~o0o~#*
Saat menyebrangi sungai tadi. Mata lavender Hinata terus memperhatikan pinggiran Sungai. Dia mencari sebuah jembatan gantung yang pernah ia lewati. Tapi sejauh mata memandang. Tidak ada satu pun jembatan yang menghubungkan Konoha dengan Hutan Oto. 'Sakura benar. Tidak ada jembatan gantung. Kalau begitu, apa yang ku injak saat itu?' batin Hinata. Gadis itu mulai merinding sendiri.
Sasuke menyalakan senternya. Mengarahkan ke segala arah. Pemuda berkacamata itu pun mulai berjalan melewati pepohonan. Di samping kanannya ada gadis betopi merah, Sakura mengiringi jalannya. Sedangkan di belakang Sasuke. Gadis berambut Indigo, Hinata berjalan mengikuti Sasuke. Di samping Kanan Hinata ada Naruto dan di samping kiri Hinata ada Kiba. Masing-masing mempunyai senter yang di arahkan ke penjuru hutan yang mereka lewati. (Naruto dipinjamin senter oleh Sasuke)
"Em… Uchiha" panggil Sakura.
"hn?"
"Sebenarnya. Apa yang kita cari disini?" Tanya Sakura.
Sasuke langsung menghentikan langkahnya. Begitu pula teman-temannya. Sasuke diam menatap Sakura yang berada di sampingnya. Sepertinya Sasuke baru sadar, dari tadi dia berjalan tanpa arah. Karena sejak tadi pikirannya melayang entah kemana. Mungkin Kiba benar. Di otak si bungsu Uchiha itu hanya ada tentang kasus. Bahkan dia tidak memikirkan hal apa yang dilakukannya sekarang. Atau ada hal lain yang dipikirkan Sasuke? Apa itu? Atau lebih tepatnya… siapa yang dipikirkan Sasuke? Sehingga kosentrasinya kacau.
"Teme! bukannya tadi kau bilang. Kita mencari asal suara aneh yang di dengar Hinata-chan" ujar Naruto. Bagus. Ada Naruto yang mengingatkanya. Sasuke harus berterimakasih pada si Dobe yang biasanya di anggap bodoh oleh Sasuke.
Sasuke lalu melirik Hinata. "Dari mana asal suaranya, Hinata?" Tanya Sasuke.
Hinata menunduk. "G-gomen… s-saat ini aku belum mendengar s-suara aneh itu lagi" jawaban Hinata sangat tidak memuaskan bagi mereka.
"Lalu bagamaina sekarang?" Tanya Kiba.
Sasuke berpikir sejenak. Ini semua benar-benar di luar perhitungannya.
"Apa boleh buat… kita menunggu sebentar. Sampai Hinata mendengar suara itu lagi" ujar Sasuke datar.
"J-jadi maksudmu. Kita harus beristirahat disini. Di dalam Hutan Oto. Malam-malam begini. Begitu?" Tanya Sakura memastikan.
Sasuke mengangguk.
"T-tapi… b-bagaimana kalau ada… b-binatang buas… a-atau ada orang jahat di h-hutan ini?" Tanya Hinata.
"dan Hantu…" tambah Naruto. Pemuda pirang itu langsung mendekati Sakura. "Sa…Ku…Ra… Hihihi~~" ujar Naruto seraya mengarahkan senter di wajahnya sendiri. Berusaha menakuti Sakura. Padahal dirinya sendiri sudah gemetar hebat.
"BODOH!! Jangan memperburuk suasana Baka!" seru Sakura seraya menjitak keras kepala Naruto.
"Kalian tenang saja. Kita kan berlima. Lagipula ada dua pria yang bisa diandalkan disini" ujar Sasuke.
"Teme. ada tiga pria!" protes Naruto.
"Kau tidak masuk hitungan dobe" kata Sasuke datar.
"Iya. Kau kan Janda! Hahaha…." celetuk Kiba seraya tertawa terbahak-bahak, terpingkal-pingkal, terlonjak-lonjak, terguling-guling, hingga terkencing-kencing *maaf. Sepertinya ini kelewatan dari topic* (=_=')
"Diam Kau Rabies!"
Mereka berlima pun beristirahat. Diantara lebatnya pepohonan yang berdiri di sekitar mereka. Menunggu hingga Hinata mendengar suara aneh yang didengarnya tiap malam.
Menunggu…..
-
-
-
-
-
-
Atau lebih tepatnya…..
-
-
-
-
-
-
Ditunggu……
-
-
-
-
'Hyuuga…'
~~TBC~~
0 komentar:
Posting Komentar