Dilema Cinta Diantara Sahabat
By Sakura Dini
Disclaimer: Naruto-Masashi Kishimoto
Pairing: NaruHinaSasuSakuNaru (tentang cinta segi empat)
Summary:
"Kalau begitu kenapa wajahmu murung?" Tanya Sasuke. "Eh?! I-itu karena
aku memikirkan… Naruto…" Sakura menundukkan kepalanya. "Dia berubah
semenjak kami bertengkar dengan Hinata"
RENCANA
Chapter 6
"tinggal menyerahkan ini. Dan menerima upahku dari Shikamaru Senpai" guman Sakura sendiri tanpa menghilangkan senyuman di wajahnya.
"apa imbalanku?" celetuk pemuda berkacamata yang duduk dibangkunya sendiri (tidak jauh dari samping bangku Sakura)
Sakura menoleh. "apa maksudmu Uchiha?" Tanya Sakura keheranan.
"kau tidak mungkin bisa menyelesaikan artikel itu tanpa bantuan dariku bukan? Jadi aku pantas mendapatkan imbalan sebagai narasumbermu" jawab Sasuke datar.
Sakura memutar bola matanya. 'huh! Dasar! Dia kan sudah kaya. Buat apa minta imbalan?' batin Sakura. "iya… nanti aku belikan sasuatu untukmu" ujar Sakura malas.
"Lupakan Saja" ujar Sasuke tiba-tiba membuat Sakura tekejut.
"kenapa?" Tanya Sakura
"kau tidak ikhlas kan? Jadi lupakan saja" jawab Sasuke datar (lagi?)
'mestinya kau bilang dari awal kalau kau tidak mau juga. Dasar aneh!' batin Sakura seraya menggembungkan pipinya.
Sasuke melirik sosok yang duduk di depan bangku Sakura.
"Kenapa dia?" Tanya Sasuke pada Sakura seraya menunjuk Naruto. Pemuda berambut pirang yang tertidur pulas di bangkunya. Membenamkan kepalanya di atas lipatan tangannya di atas meja. Dan dengkuran kecil terdengar darinya "Zzz…."
"Dia terditur. Mungkin semalam begadang" jawab Sakura seadanya. 'kemarin Sasuke yang tertidur. Sekarang Naruto?! Dasar Pria! Semuanya sama saja. Apa… Naruto tidak tidur karena Hinata juga…' pikir Sakura. mata emeraldnya terus saja memandangi Naruto yang tertidur pulas di depannya.
"Ohayou Sasuke…" sapa Hinata. Membuat Sakura buyar dari lamunannya. Ia menoleh melihat Hinata yang baru saja datang dan sudah duduk di depan bangku Sasuke. 'baru saja aku memikirkannya. Dia sudah datang' batin Sakura lagi.
"Ohayou Hinata" balas Sasuke.
Hari ini Hinata tidak menyapa Naruto dan Sakura lagi. Sama seperti kejadian kemarin. Hinata seperti mengabaikan keberadaan mereka.
"bagaimana malammu Hinata? Apa kau bisa tidur?" Tanya Sasuke datar. Tak nada khawatir tersirat di dalamnya. Tapi bagi Hinata, Sasuke punya perhatian padanya.
"S-semalam… aku mendengar suara aneh itu lagi. Tapi kau tak perlu khawatir Sasuke. Karena semalam Kiba menelponku. Dan dia menemaniku hingga aku tertidur…" Hinata tersenyum ke arah Sasuke.
"oh. Begitu…" ujar Sasuke.
Tanpa ada yang tau. Naruto sudah sadar dari tidurnya. Mata biru samudranya sudah terbuka semenjak mendengar sapaan Hinata pada Sasuke. Pemuda pirang itu sudah bangun tanpa mengangkat kepalanya dari atas meja. Telinganya terpasang dengan baik. Mendengar semua pembicaraan Hinata dan Sasuke. Termasuk saat Hinata menyebutkan nama…
'Kiba…… jadi dia orang yang menelpon Hinata semalam…' batin Naruto.
*#~o0o~#*
Siswa kelas XI-B berhamburan keluar kelas. Gadis bertopi merah juga keluar kelas seraya membawa beberapa lembar kertas artikelnya. Sakura berniat menyerahkannya pada Shikamaru.
"S-sasuke. K-kau tidak ke kantin?" Tanya Hinata yang bisa dibilang sebuah ajakan.
"Hn. Tidak. Aku tidak lapar" jawab Sasuke datar.
"B-baiklah. Aku pergi dulu yah" pamit Hinata. Ia lalu berjalan keluar kelas. Tapi Hinata menghentikan langkahnya saat ia melewati bangku Naruto. Dimana pemiliknya masih tertidur pulas.
Hinata hanya menoleh sesaat. Melihat Naruto tertidur. Tanpa mengatakan apapun Hinata kembali berjalan meninggalkan kelas. Sesaat hatinya tersirat niat untuk menyapa atau mengjak pemuda pirang itu. Naruto pasti senang diajak kantin. Tapi… untuk apa dia menyapanya? Toh Naruto belum minta maaf. Bahkan Sahabat itu tidak percaya padanya. Jadi… untuk apa mengajaknya? Untuk apa?
Sasuke menekan beberapa tombol di hpnya. Pemuda berkacamata itu pun menempelkan hpnya di daun telinganya. Tak lama kemudian Sasuke mulai berbicara.
"kenapa susah sekali kau dihubungi?" Tanya Sasuke dengan nada kesal.
Mata onyx dibalik kacamata memandang lurus ke arah papan tulis. Tangan kanannya menahan hp tetap menempel di daun telinga kanannya. Sedangkan tangan kirinya dibiarkan tergeletak di atas meja. Sasuke tetap duduk di bangkunya seraya mendengar suara dari hp-nya.
"Sibuk? Jadi kapan aku bisa bicara denganmu?" Tanya Sasuke dengan nada sedikit tinggi pada seseorang di ujung telpon. Sasuke lalu mengangguk ngangguk sendiri. "Baiklah. Nanti akan kuhubungi lagi" ujar Sasuke lalu memutuskan sambungan telpon.
"Teme…" suara Naruto terdengar.
Sasuke menoleh. Melihat Naruto yang masih membenamkan kepala/wajahnya di atas meja. "hn"
"Kau habis menelpon siapa? Pacarmu ya?" tebak Naruto. Tapi dari nada bicaranya bukan seperti orang yang sedang mengejek.
"dulu. Sekarang tidak" sebuah keajaiban karena Sasuke tidak menjawab 'bukan urusanmu' yang biasa menjadi sifatnya.
"Oo.." guman Naruto…lesu? Suatu keajaiban karena Naruto sama sekali tidak bersemangat. Padahal biasanya ini suatu hal yang menarik bagi Naruto bukan? Sasuke baru saja mengaku dia menelpon mantan pacarnya. Kenapa Naruto tidak bertanya 'jadi kau pernah pacaran teme? Dengan siapa? Kenapa kau putus dengannya? Pasti wanita itu menyesal pernah pacaran denganmu. Hahaha…' dan tawa khas Naruto pun muncul. Tapi kenapa sekarang tidak? Apa hanya karena mengntuk?
"…"
"kenapa kau tidak menemani Hinata-chan ke Kantin?" Tanya Naruto. Oh.. rupanya pemuda ini tidak tertidur tadi. Dia mendengar pembicaraan Hinata tadi.
"Kenapa bukan kau saja?" bukannya menjawab Sasuke malah bertanya.
"dia tidak menganggap… kehadiranku…" ujar Naruto dengan suara melemas. Hmm… apa karena ini dia berubah?. "Apa dia baik-baik saja dibiarkan sendiri?"
"Sudahlah Naruto... Hinata akan baik-baik saja. Ada Kiba disampingnya" ujar Sasuke santai.
"Kiba…?"
"hn. Serahkan saja padanya. Kiba kan anggota cadangan anbu. Sama seperti diriku" jelas Sasuke
'Kiba… cadangan anbu….?!?! Sama dengan Sasuke…Mereka semua… mendekati Hinata!! Hey! Apa ini semua ada hubungannya dengan peristiwa aneh yang dialami Hinata?' batin Naruto bertanya-tanya.
Naruto segera berdiri dari duduknya. Ia menghampiri Sasuke yang masih duduk di bangkunya sendiri.
"Sasuke! Katakan padaku. Kasus Apa yang kau tangani?"
"…"
"Apa ada hubungannya dengan Hinata? Hah?"
"…"
"Kau dan Kiba mendekati Hinata hanya karena sebuah kasus yang kau kejar itu kah?"
"…"
Merasa diabaikan. Karena tidak satupun pertanyaan Naruto yang dijawab Sasuke. Bahkan hanya sebuah anggukan pun tidak dilakukan oleh Sasuke. Naruto mulai hilang kesabaran. Pemuda berambut pirang itu menggebrak meja Sasuke dengan keras 'Brak'
"TEME!! Jawab Pertanyaanku!!!" seru Naruto
Sasuke mendongak. Melihat mata biru Naruto sudah penuh amarah. "Kalau aku tidak mau jawab?" meskipun nadanya datar tapi terdengar seperti menantang.
Habislah kesabaran Naruto. Ia menarik kerah baju seragam Sasuke. Memaksa pemuda berkacamata itu untuk berdiri. "KAU!?!!" Seru Naruto.
"Apa Kau dan teman-teman cadangan anbu itu hanya ingin memanfaatkan Hinata HAH?! Mengejar Sebuah Kasus Bodoh! BEGITU?!!" Seru Naruto lagi.
"Kasus bodoh? Huh! Kau bahkan tidak tau kasus apa yang kami tangani?"
"Karena itu. KATAKAN PADAKU TEME!!"
Sasuke menyeringai. "Apa kau lupa? Itu bukan urusanmu. Karena kau…….. BUKAN bagian dari KAMI!" jawab Sasuke tegas.
Mata Naruto terbelalak. Giginya bergesekan *?*. cekraman tangannya di kerah baju Sasuke semakin keras. Naruto lalu melepaskan tangan kanannya. Mengepalkannya dengan kuat. Naruto Bersiap untuk melayangkan pukulannya ke pipi Sasuke. Sedangkan Sasuke hanya diam..
"HENTIKAN!!" suara yang sangat familiar itu tiba-tiba terdengar.
Kepalan tangan kanan Naruto berhenti tepat di depan wajah Sasuke. Padahal hanya tinggal beberapa inci lagi. Tinggal beberapa detik lagi. Jika suara wanita itu tidak terdengar. Mungkin sekarang pipi Sasuke sudah terluka karena pukulan Naruto.
Perlahan Naruto melepaskan cengkraman tangan kirinya dari kerah baju Sasuke. Menurunkan tangan kanannya dari depan wajah Sasuke. Naruto tau siapa datang. Tanpa menoleh ka arah pintu. Ia sudah tau. Sahabatnya itu berdiri disana. Dan sekarang gadis bertopi merah itu menghampiri Naruto dan Sasuke.
"Naruto!! Apa Kau Sudah Gila?! Kau hampir saja me~"
"Maaf Saku-chan…" Naruto menunduk. "Aku hanya kelepasan" ujarnya lemas. Tanpa ada semangat yang biasa menghiasi sifat Naruto. Tak ada lagi sekarang.
Pemuda berambut pirang itu terus menunduk seraya berjalan keluar kelas. Meninggalkan Sasuke dan Sakura tanpa mengatakan satu kata pun.
"Naruto. Tunggu! Kau mau kemana?" Tanya Sakura keheranan.
Naruto yang sudah berada di ujung pintu kelas menjawab dengan lemas. "Kantin. Aku lapar"
Sasuke memperbaiki kerah bajunya yang sedikit kusut akibat cengkraman Naruto tadi.
"Uchiha" panggil Sakura.
"hn?"
"kenapa dengan Naruto?" Tanya Sakura.
"Marah"
"Kenapa?"
"Mungkin karena…… Hinata"
"Oo… ini untukmu" ujar Sakura seraya menyerahkan gelas minuman kepada Sasuke. "aku membelikan jus tomat untukmu sebagai imbalan yang kau minta tadi"
Sasuke pun mengambil minuman itu. Ia hendak meminumnya tapi dibatalkan karena mata onyxnya melihat wajah Sakura yang berubah kusut*?*
Sasuke mendengus kesal. "aku kan sudah bilang padamu. Tidak usah memberikanku imbalan jika kau tidak ikhlas!"
"T-tidak! Aku ikhlas kok! Suer" ujar Sakura seraya membentuk jarinya berhuruf V.
"Kalau begitu kenapa wajahmu murung?" Tanya Sasuke.
"Eh?! I-itu karena aku memikirkan… Naruto…" Sakura menundukkan kepalanya. "Dia berubah semenjak kami bertengkar dengan Hinata"
"Aku tau" Sasuke menghela nafas. "karena itu aku punya rencana untuk mereka" ujar Sasuke. Lalu pemuda berkacamata itu meminum jus tomatnya sampai habis.
"Rencana apa itu?"
"Rahasia" Sasuke menyeringai.
*#~o0o~#*
Rambut indigo dan rambut coklat…..
Siapa lagi kalau bukan… Hinata dan… Kiba…
Mereka berdua duduk berhadapan di satu meja. Makan bersama. Bercanda tawa bersama. Kenapa?
Seharusnya kan yang duduk bersama Hinata adalah… Naruto. Sebagai Sahabat dekatnya.
Dulu. Naruto yang duduk di situ. Mereka makan bersama dengan Sakura. bercanda tawa bersama. Saling berbagi cerita. Tapi sekarang… kenapa ada Kiba? Dan mereka… hanya Berdua?!
Sesak. Dada Naruto terasa sesak. Tangannya mengepal kuat dengan sendirinya. Naruto marah? Tidak! Untuk apa Naruto marah? Seharusnya Naruto senang bukan? Karena Sahabatnya tidak sendirian sekarang. Hinata bersama Kiba sekarang.
Naruto tau. Kiba baik. Dia mengenalinya sejak kecil. Jadi tak mungkin dia berbuat aneh pada Hinata bukan? Tidak ada alasan bagi Naruto untuk marah. Apalagi untuk datang ke meja mereka, dan menghajar Kiba sejadi-jadinya. Tidak ada gunanya. Dan Naruto tidak punya hak untuk melakukan hal itu. Karena Hinata…. Hanya Sahabatnya…
Naruto menghela nafas panjang. Ia memutar tubuhnya. Berbalik menjauh dari kantin. Yeah. Memang itu yang terbaik untuk dilakukannya. Daripada dia terus berada di kantin. Itu hanya akan memperburuk suasana…… hatinya
*#~o0o~#*
Mata biru samudranya yang selalu cerah. Senyuman tiga jari yang selalu menghiasi wajah tampannya. Dan lipatan tangan yang dijadikan bantal berjalan sebagai cirri khasnya. Tidak ada sekarang.
Mata biru samudra itu menatap lantai di bawahnya. Tidak ada senyuman lagi. Kedua tangan pun dengan malas dimasukkan ke dalam saku celananya. Jalannya lambat. Tidak semangat dulu.
"Oi Naruto!"
"Hai Naruto!
"Hola Naruto-kun!"
"Hey Anak Namikaze!"
Beberapa sapaan dari siswa sepanjang koridor sekolah pun tidak diindahkannya. Yah. Naruto cukup terkenal. Dia kan anak dari walikota Namikaze. Tapi keadaannya sekarang…. Seperti bukan Naruto. Bukan.
"Sudah selesai makannya Dobe?" Tanya seseorang yang suaranya familiar bagi Naruto. Tapi Naruto tetap tidak mempedulikannya. Ia terus berjalan melewati sosok pemuda berkacamata yang bersandar di dinding sekolah.
"Ada yang ingin ku bicarakan dengan Hinata" ujar Sasuke lagi. Berusaha menarik perhatian Naruto. Dan ia berhasil.
Kali ini Naruto menghentikan langkahnya. Meskipun ia tidak menoleh ke arah Sasuke. Tetap saja membuktikan bahwa Naruto sedikit tertarik.
Sasuke menyeringai. "kalau kau mau mendengar apa yang ingin ku bicarakan dengan Hinata. Tetaplah berdiri disini. Tapi jika kau tidak mau… silahkan pergi"
Tanpa banyak bicara. Naruto mundur. Lalu berdiri di samping Sasuke. Dan juga bersandar di tembok. Mata Samudranya tetap melihat ujung sepatunya.
Hening…
Tidak ada yang mulai pembicaraan. Sasuke memang dari dulunya sukanya diam. Dan Naruto, sepertinya sudah ketlaran penyakitnya Sasuke. Di tambah lagi, koridor sekolah tempat mereka berdiri. Jarang dilewati siswa. Bisa-bisa mereka dikirain lagi mojokan *dirasengan plus Chidori*
Tak lama kemudian…
Hinata datang menghampiri kedua sejoli ini. Eh salah. Maksud saia kedua pemuda yang dimabuk asmara *Dini Dibanting, ditendang, digorok*
Hinata datang tidak sendirian. Dia bersama Kiba… oh! Kenapa harus dia! Naruto jadi il-fil nih *?*
"Sasuke. Kau mau bicara apa?" Tanya hinata. Hanya pada Sasuke? Bagaiman dengan Naruto yang berdiri di samping Sasuke? Apa Hinata melihatnya? Yeah. Dia lihat. Pemuda pirang yang hanya menunduk.
Sasuke melirik Kiba. "bisakah kau pergi Kiba?" Tanya Sasuke yang terdengar sebagai perintah.
Kiba mendengus kesal. "Ok. Kalau itu yang kau inginkan Sasuke. Aku pergi" ujarnya. Kiba pun pergi seraya menggerutu tak jelas. Samar-samar terdengar dari mulut Kiba. "Huh! Kenapa Naruto tetap berada disitu?"
Sasuke menghela nafas panjang. "Hinata. Ini tentang cerita yang pernah kau ceritakan itu. Dan suara-suara yang selalu terdengar setiap malamnya. Sehingga kau susah tidur. kau mau mengakhiri semua itu bukan?"
Hinata mengangguk. "t-tentu saja aku mau"
Sasuke pun tersenyum. "aku punya rencana. Mungkin bisa membuat kau terbebas dari suara itu"
"a-apa itu?" Tanya Hinata penasaran.
"Kita pergi ke hutan Oto malam ini untuk mencari sumber suara itu lagi" jelas Sasuke membuat Hinata menutup mulutnya sendiri saking kagetnya.
Naruto menoleh ke arah Sasuke mendengar perkataan terakhirnya. Mata birunya terbelalak kaget dengan ide Sasuke.
"Teme!! Kau Gila!" seru Naruto.
"tidak! Aku waras" bela Sasuke.
"Apa kau tidak berpikir hah?! Hutan Oto itu terlarang! Kita tidak boleh masuk ke sana! Apalagi malam hari!" jelas Naruto.
"Kau yang tidak berpikir panjang Naruto. Apa yang kau pikirkan sehingga kau percaya mistis itu! Hanya ini caranya Naruto. Kita bisa tau siapa yang memanggil Hinata setiap malam dari hutan Oto. Ini juga satu-satunya cara agar kau percaya dengan cerita Hinata" jelas Sasuke.
"tapi Sasuke. Ini terlalu berbahaya! Rencanamu itu Gila!" seru Naruto.
"Aku setuju dengan rencana Sasuke" ujar Hinata membuat Naruto hampir kena serangan jantung*?*
Sasuke menyeringai. "bagus"
"t-tapi Hinata-chan… kau bis~"
"Sasuke benar Naruto-kun. Kali ini. Aku mohon percayalah padaku. Hutan Oto tidak seseram yang kita bayangkan" jelas Hinata membuat Naruto hilang kata-kata.
"jadi bagaimana Naruto? Kalau kau tidak ikut. Biar aku dan Hinata saja yang pergi malam ini" ujar Sasuke.
"A-aku ikut. Aku tidak mau Hinata-chan pergi berdua bersamamu ke tempat berbahaya seperti Hutan Oto" ujar Naruto seraya menunjuk-nujuk wajah Sasuke
"Baiklah. Kita sepakat. Malam ini kita berkumpul di perempatan jalan kigura. Jam sepuluh malam. Dan ingat! Jangan beritau pada siapapun rencana kita ini!" pinta Sasuke.
~~TBC~~
0 komentar:
Posting Komentar