DILEMA CINTA DIANTARA SAHABAT PART 23

Senin, 24 Desember 2012
Dilema Cinta Diantara Sahabat
By Sayaka Dini-chan
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Pairing: NaruHinaItachi & SasuSaku
Slight NaruShion.
Warning: AU, OOC, GAJE!

Summary: 'Jika memang kita tak bisa memilikinya di masa lalu. Tak bisakah kali ini kau berjuang agar dia menjadi milik kita seutuhnya,' Ah…. Itu terlalu sakit untuk diingat kembali.

 JEJAK MASA LALU

Chapter 23
*#~DCDS~#*

"Ya Tuhan. Kenapa ini harus terjadi?"
'Karena ini sudah takdir. Bodoh!'
"Apa? Siapa yang bicara di sana?" Naruto mencoba membuka matanya, tapi pandangannya sama sekali tidak berubah dengan saat ia menutup mata. Gelap… tidak ada yang bisa dilihat maupun dirasakannya. Seperti berada di ruang hampa kosong tanpa batas. Ini dimana?
'Aku di sini. Bocah!'
Naruto berbalik, mencoba melihat sosok yang bicara dengannya. Perlahan ada dua sorot cahaya datang dari langit-langit, entah datangnya darimana. Menerangi sosok Naruto dan sosok yang ada di hadapannya. Membuat pandangan Naruto semakin jelas dengan laki-laki tersebut.
"A-apa?" Naruto menaikkan sebelah alisnya heran. Ia seperti berdiri di depan cermin, karena melihat bayangannya yang sama persis di hadapannya, bedanya tidak ada pembatas berbentuk pipih seperti cermin. Karena dia terlihat nyata. Pria berambut spike kuning yang ada di hadapan Naruto menyeringai kecil, matanya tertutup dengan bayangan poninya.
"S-siapa kau?" tanya Naruto penasaran.
'Aku?'
"Yah. Kenapa kau menyerupaiku?" Naruto menunjuk Pria di hadapannya itu.
'Menyerupaimu?' Pria itu tersenyum mengejek. 'Enak saja. Kau yang menyerupaiku Bodoh.'
"Jangan Bergurau!" hardik Naruto.
Pria di hadapannya terdiam. Naruto memicingkan matanya, mencoba bisa meneliti orang di hadapannya itu, dan dapat membongkar penyamarannya, jika pria itu memang palsu.
'Kau menyedihkan bocah,' Sahut Pria itu tiba-tiba. 'Hanya karena seorang Perempuan. Malang sekali nasibmu,' lagi-lagi Pria itu tersenyum mengejek.
Naruto mendelik. "Jaga bicaramu yah! Aku baik-baik saja. Dan Aku tidak menyedihkan seperti yang kau katakan itu!"
'Bohong! Kau tidak bisa membohongi dirimu sendiri. Terlihat jelas kau sangat sakit di sebelah sini,' Pria itu meletakkan telunjuknya tepat di depan dada Naruto.
"Tidak!' Naruto menepis tangan Pria itu. "Aku tidak sakit! Untuk apa aku sakit?"
'Untuk apa? Kau tanya untuk apa? Huh, bukannya sudah jelas kau sakit karena Gadis yang kau cintai itu sekarang menjadi milik orang lain,'
"Gadis yang mana maksudmu?" Naruto pura-pura tidak tahu.
'Tentu saja Hinata, sahabatmu itu. Siapa lagi coba?'
"B-benarkah itu? Aku mencintainya? Heh. Kurasa kau hanya berasumsi sendiri tanpa bukti," Naruto mencoba menyangkalnya.
'Bukti yah? Kenapa kau tidak introspeksi dirimu sendiri? Cobalah ingat kejadian yang selama ini kau alami. Misalkan saja kejadian tadi siang. Insinden kau memukul Sasuke di Sekolah'
"Kenapa memangnya dengan insiden itu? aku kan hanya memukul Sasuke karena mengira dia adalah calon tunangan Hinata. Tunggu, kenapa aku sangat marah saat itu?" Naruto seakan bertanya pada dirinya sendiri.
Pria dihadapan Naruto menyeringai. 'Lalu, bagaimana dengan Kiba?'
"Kiba yah? Ah, aku dulu pernah membencinya. Kenapa? Dan sejak kapan? Oh, aku baru ingat, semenjak dia sering menggoda Hinata, dan aku marah padanya karena takut dia mengambil Hinata dariku, yah, aku takut kehilangan sahabatku," ujar Naruto sambil menutup matanya.
'Benarkah hanya itu alasanmu?' tanya Pria itu memastikan.
"Memangnya karena apa lagi?"
'Mungkin saja alasannya seperti, Kau takut kehilangan sosoknya yang selalu ada di sampingmu, atau kau takut kehilangan perhatian yang selama ini diberikannya padamu? Atau Kau takut tidak akan bisa melihat senyuman manisnya lagi? Atau kau takut tid–'
"Bukannya semua itu intinya sama saja? Aku takut kehilangan…." Batin Naruto terdiam untuk berpikir sejenak.
'Heh? Bukannya sejak awal kau sudah menyadarinya sejak jauh hari. Buktinya kau pernah berjanji pada Hinata untuk terus melindunginya, apa kau lupa dengan kejadian di rumah sakit itu? Lalu, kau juga mengajaknya jalan ke Disneyland, untuk apa coba?'
"Untuk menghiburnya" sahut Naruto
'Benarkah hanya itu alasanmu? Bukannya kau juga berniat untuk–'
"Menjadikannya kekasihku?"
'Benar bodoh. Buat apa kau berniat sampai sejauh itu jika kau tidak memiliki perasaan apa pun padanya? Hah?'
Naruto tertawa geli.
Benar, kenapa dia baru menyadari dan mengingat hal itu, padahal kejadian itu baru saja terjadi kemarin. Apa mungkin karena perasaan sakit hatinya yang sudah menyelubungi hatinya? Merasa bahwa gadis itu sudah tidak bisa dimilikinya lagi?
Naruto berhenti tertawa dan menunduk. "Aku bisa melupakannya…" gumannya lirih.
'Mencoba untuk melupakannya? Mustahil. Kau tidak akan berhasil,' Pria dihadapannya seperti menghakimi Naruto.
Mendadak Naruto merasa muak dengan orang di hadapannya. "Diam! Jangan Sok Tahu! Kau tidak tahu apa-apa tentang diriku!"
'Aku Tahu segalanya tentang dirimu. Bahkan apa yang tidak kau ketahui. Karena aku adalah Kau. Dan Kau adalah Aku,'
"Pembohong!"
'Aku tidak membohongi diriku sendiri Bodoh. Mau bukti? Bagaimana kalau aku menceritakan masa lalu kita. Hm?'
"Jangan Membual!"
'Oh, Ayolah. Agar kau tahu. Bahwa kita pernah mengalami hal yang sama seperti ini di kehidupan yang lalu. Dengan begitu kau tidak akan melakukan kesalahan sama di masa lalu,'
Pria itu melangkah maju, membuat bayangan matanya kini terlihat jelas. Memperlihatkan bola mata yang jauh berbeda dengan mata biru Naruto. Tapi sangat familiar bagi Naruto. 'Mari kita mengingat masa lalu' guman Pria itu.
Mata Naruto membulat seketika, saat bertemu pandang dengan mata pualam milik Pria Blonde di hadapannya. Dia seakan dihipnotis. Membuat pikirannya melayang, pandangannya menyilau sesaat sebelum melihat sebuah kehidupan asing baginya. Terlihat bagaikan film yang diputar dengan cepat.
Slide demi slide dilihatnya dengan cepat. Hanya beberapa bagian yang terlihat jelas. Seperti sebuah Istana, Para remaja berbaju 'aneh' yang tertawa senang, Gadis bermata emerald yang tersenyum padanya, Pemuda berambut raven yang mengacungkan pedang di dagunya, hingga Ia menangis dengan seorang gadis berambut indigo yang tertidur di pangkuannya lengkap dengan darah segar keluar dari bibir tipis sang gadis.
"Tidak!" Tubuh Naruto gemetar. Penglihatannya yang terakhir membuatnya hatinya bertambah sakit. Naruto memegang kepalanya seraya menggeleng takut. "I-itu Tidak Pernah Terjadi!"
'Sayangnya, Itu pernah terjadi. Bagaimana kalau aku menceritakannya lebih detail lagi?' tawar Pria di hadapannya.
"A-aku tidak mau mendengarnya!" Naruto menutup kedua telinganya dengan rapat. Entah karena apa, bagi Naruto hal ini terlalu menyakitkan untuk didengarkan.
'Saat di kehidupan yang lalu. Kita punya Gadis yang sangat dekat dengan kita….' Pria itu mulai bercerita.
Dalam pikiran Naruto muncul kembali gambar-gambar sosok gadis asing tapi familiar baginya. "Kumohon. Hentikan!" Naruto masih bisa mendengar Pria di hadapannya itu bercerita.
'Sangat dekat. Menjalin sebuah hubungan hingga kelewat batas. Tanpa sadar sudah melanggar peraturan yang ada. Dan itu berakibat fatal buat kita dengan dia,'
Muncul gambar di mana ada pertemuan rapat asing, ruangan gelap seperti penjara, hingga sosok gadis itu tersenyum pahit padanya. "Aku bilang Hentikan!" lutut Naruto gemetar. Ia terjatuh dan duduk bersimpuh.
Pria itu tidak peduli dengan permintaan Naruto, ia tetap melanjutkan perkatannya. 'Karena gadis itu adalah…'
"Hentikan!"
'Saudara Kita….'
Mata Naruto membulat begitu mendengar suara gadis seperti memanggilnya.
'Gomensai Nii-san…'
.
.
.
'Jika memang kita tak bisa memilikinya di masa lalu. Tak bisakah kali ini kau berjuang agar dia menjadi milik kita seutuhnya,'
*#~DCDS~#*
Ah…. Itu terlalu sakit untuk diingat kembali.
"Hentikan…" guman Naruto di sela tidurnya. Dia mengigau.
Shion yang duduk di sebelahnya, menoleh, melihat setetes air bening keluar dari sela-sela kelopak mata Naruto yang tertutup. Shion memandang iba pada pemuda yang sekarang tidur duduk di jok mobil itu. Gadis itu ingin menghapus air bening tersebut, tapi mendadak kelopak mata Naruto bergerak, menandakan dia akan bangun dari tidurnya.
"Naruto-kun… Kau sudah bangun?"
Naruto mengerjapkan pandangannya. Mencoba menjelaskan pandangannya, juga menjernihkan pikirannya yang tadinya kacau. Setelah melihat disekitarnya, Naruto baru sadar bahwa dia sekarang berada di dalam mobil Sasuke. di mana Sasuke dan Sakura di depan, sementara dia dan Shion di belakang.
"Mimpi buruk yah Naruto?" sahut Sakura sambil menoleh ke belakang.
Pikiran Naruto kembali mengingat apa yang baru saja dialaminya. Orang asing itu, Percakapan yang memilukan itu, juga flim sad ending yang diputar dengan sangat cepat itu.
Naruto menunduk. "Yah, Kuharap itu hanya mimpi,"
.
.
"Naruto-kun. Bolehkah aku bertanya satu hal padamu?" pinta Shion sedikit sungkan. Gadis itu Mencoba mencari jawaban untuk menghilangkan rasa ingin tahunya. Sejak kejadian di restaurant Baratie beberapa menit lalu. Dia sudah merasa ada keanehan pada Naruto. Tatapan matanya yang beda pada gadis itu, juga tingkah anehnya yang mendadak nekat minum sake dan melupakan mi ramennya.
"Katakan saja," ucap Naruto malas, masih menundukkan kepalanya.
Tuh kan. Tingkahnya saja sudah aneh begitu. Mana Naruto yang selalu ceria dan tidak segan memamerkan giginya yang putih itu? Kenapa sekarang dia menjadi pemuda murung yang sepertinya tidak peduli untuk hidup di dunia ini?
"Ada masalah apa kau dengan Hinata?"
Naruto sedikit tersentak dengan pertanyaan Shion. Pemuda itu menoleh, melihat Shion yang memasang wajah serius padanya. Menandakan bahwa gadis itu benar-benar ingin mendengar jawaban jujur dari Naruto.
"T-tidak ada apa-apa kok," Naruto menggeleng.
"Sungguh tidak ada apa-apa? Tapi dari tadi kau terlihat lebih murung loh Naruto-kun. Pasti ada yang kau sembunyikan." Tuduh Shion ngotot.
"Aku hanya…." Naruto menghentikan ucapannya. Ia bingung harus menjawab apa? Dirinya sendiri saja belum tentu mengerti penyebab kegudahan hatinya.
"Sasuke-kun. Kau punya majalah untuk dibaca tidak? Aku bosan di dalam mobilmu yang sepi ini," celetuk Sakura.
"Tidak ada." jawab Sasuke acuh tak acuh, masih sambil mengendarai mobilnya.
Sakura mencibir. "Dasar. Lain kali beli bacaan dalam mobil donk. Seperti majalah langganan Ino-neechan," saran Sakura.
"Cerewet."
"Aku jadi ingat kata-kata yang pernah kubaca di majalah. Kau mau tahu tidak?"
Sasuke tidak menanggapi. Dan itu diartikan iya oleh Sakura.
"Cara membedakan perasaan suka dan Cinta. Pertama, harus memikirkannya dalam-dalam terlebih dahulu. Apakah perasaan itu hanya sekedar suka atau kagum? Dimana kamu hanya senang dengan segala paras dan tingkah lakunya," Sakura diam sejenak untuk mengambil jeda berpikir –mengingat.
"Atau Apakah perasaan itu benar-benar Cinta? Dimana kamu tidak hanya menyukai perilakunya terhadapmu, tapi juga membutuhkan dia untuk melengkapi kekuranganmu, mewarnai hidupmu. Dan jika dia tidak di sisimu, maka kau akan merasakan kehilangan yang sangat besar, seakan hidupmu ini tidak lengkap. Beda dengan hanya mengaguminya saja. Kau tinggal mencari orang yang berparas indah dan berperilaku baik untuk dikagumi lagi." Tambah Sakura menjelaskan.
Mata emerald Sakura melirik Naruto di belakang dari kaca spion, ingin tahu apa reaksinya setelah mendengar pernyataan Sakura. Karena memang Sakura sengaja mengatakan hal itu untuk membantu Naruto berpikir jernih. Semoga saja.
"Naruto-kun…" panggil Shion.
"Ya Shion-chan?" Naruto menoleh. Melihat Shion yang menunduk.
"Kalau kau tidak mau menceritakan masalahku. Bagaimana kalau aku yang… em… mengatakan sesuatu padamu. Bolehkan?" samar-samar terlihat semburat merah menghiasi pipi Shion.
"Tentu saja boleh. Tidak ada yang melarangmu untuk mengatakan sesuatu padaku kok," Naruto tersenyum. mencoba mencairkan suasana yang kelihatannya gadis itu mulai canggung kepada Naruto.
"Emm… itu… Ano… a-aku…" Shion terlihat gugup. Hm? Tidak biasanya.
"Aku..?" Naruto menatap Shion lekat karena rasa penasarannya.
Shion menari nafas panjang, lalu menghembuskannya. Mencoba menormalkan degup jantungnya yang berdetak kencang di atas normal.
"Aku menyukaimu Naruto-kun"
'Deg!'
'CIIIIT!' Sasuke me-rem mendadak mobilnya. Membuat tubuh penumpangnya berayun sedikit ke depan, lalu terhentak kembali di sandaran kursi.
"Sasuke-kun! Kenapa Berhenti mendadak?" seru Sakura kesal seraya mengusap jidatnya yang terbentur kaca.
Sasuke hanya diam, memandang lurus kedepan dengan mata membulat.
"Sasuke-kun, Kau tidak apa-apa?" tanya Sakura seraya mengibaskan tangannya di hadapan Sasuke.
"Kucing,"
"Eh?"
"Aku Menabrak Kucing…"
"APA?"
*#~DCDS~#*
Sasuke segera keluar mobil, disusul Sakura. untuk mencari jejak Kucing yang menurut Sasuke baru saja ditabraknya.
Sementara Naruto dan Shion masih saja di dalam mobil. Sepertinya, mereka lebih focus dengan pembicaraan yang baru saja tertunda.
"Jadi…. Err, tadi kau hanya bercand–"
"Aku serius Naruto-kun!" potong Shion dengan nada tegas. Membuat Naruto sedikit tersentak.
'Gawat! Aku harus bilang apa?' batin Naruto bingung.
"Kau tahu Naruto-kun? Aku menyukaimu. Semenjak kau menyelamatkanku di Suna dulu. Aku sudah menganggapmu sebagai pahlawanku. Dan aku berharap kau selalu berada di sisiku," terang Shion.
"Tapi Shion-chan, aku–"
"Aku tahu. Aku bisa melihatnya dari tatapan matamu terhadapnya. Kau mencintai Hinata kan?"
Naruto tidak menjawab. Pemuda pirang itu menunduk.
"Tapi Naruto-kun. Gadis itu sudah menjadi milik orang lain. Bahkan satu minggu lagi dia akan bertunangan. Kau harus bisa melupakannya. Aku bisa membantumu dalam hal ini,"
"…"
"Aku akan berusaha membahagiakanmu. Akan kulakukan apa pun yang kau inginkan. Aku juga rela pindah ke Konoha selamanya demi dirimu. Ayolah Naruto-kun, Sudah sepantasnya kau mencari kebahagianmu sendiri." Bujuk Shion. Dia menatap Naruto yang masih saja menunduk.
'Mencoba untuk melupakannya? Mustahil. Kau tidak akan berhasil,'
Mendadak suara pria asing yang ditemui dalam mimpinya itu tergiang kembali dalam ingatan Naruto. Membuat pemikiran Naruto berubah.
"Aku pasti bisa menggantikan Hinata dalam hatimu. Aku yakin itu." Lanjut Shion.
"Tidak mudah…" bisik Naruto. "Tidak semudah itu, Shion… itu Mustahil." Naruto menggeleng lemah.
'Jleb!' hati Shion bagaikan ditusuk tombak yang berkarat. Membuatnya sakit bukan main.
Gadis itu menggigit bibirnya yang mulai gemetar. Mata ungunya mulai basah. Dan Shion tak kuasa lagi. "T-tapi Naruto-kun… aku… aku menyukaimu. A-aku sangat menyukaimu.. Hikz… Hikz…" tangis gadis itu pun pecah.
"Gomensai Shion…"
*#~DCDS~#*
"Mana? Aku tidak melihat satu pun bekas darah." Ujar Sakura seraya berdiri dari jongkoknya untuk melihat bagian bawah mobil.
"Aneh, padahal tadi aku yakin Kucing itu ada di tengah jalan. Dan aku tidak sengaja menabraknya," terang Sasuke.
"Mungkin yang kau lihat itu hanya bayangan? Atau matamu itu memang tidak normal. Kau harus ganti kacamata minus Sasuke-kun,"
Sasuke mendelik. "Tidak mungkin itu bayangan. Karena itu kucing berambut lebat putih. Bukan hitam. Dan mataku 100% normal." Tegas Sasuke.
"Kucing berambut lebat putih? Apa sejenis kucing angora? Bukan kucing liar?"
"Hn"
"Hey, bukannya itu aneh? Ada kucing mahal di tengah jalan. Tega sekali majikannya yang sudah mencampakkannya,"
"Mungkin mayat kucing itu terlempar ke teras rumah orang," duga Sasuke seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dimana tempat mereka berhenti di jalan perumahan rumah. Bukan di tengah gedung.
"Em.. Sasuke-kun. Sekarang sudah jam berapa?" tanya Sakura.
"Sembilan seperempat,"
"Belum larut malam kan? Tapi Kenapa jalan ini terlihat sepi sekali?" Sakura menelan ludah melihat sepanjang jalan tak ada satu pun kendaraan lewat, atau pun orang yang sedang berjalan di trotoar. Sangat sepi, Rumah di sekitarnya juga tidak kalah sunyi. Hanya ada penerangan lampu di teras dan di dalam rumah dari balik jendela yang tertutup.
"Sakura, rumah ini kosong,"
Sakura melirik punggung Sasuke yang membelakanginya. Mata emeraldnya pun melihat arah pandangan Sasuke terhadap rumah besar di hadapannya.
'RUMAH INI DIJUAL'
"Wajar saja bukan? Rumahnya kan dijual,"
"Bukan begitu maksudku,"
"Lalu?"
"Kalau memang tidak ada penghuninya. Kenapa di dalamnya ada cahaya," ujar Sasuke seraya menunjuk jendela rumah, yang terlihat cahaya kuning dari lantai.
Seketika itu tengkuk Sakura terasa merinding. Mendadak ada semilir angin yang berhembus pelan menggerakkan pohon besar di sisi halaman rumah itu. Anjing penjaga di rumah lain, saling menggonggong bersautan. Membuat Sakura segera menarik lengan baju Sasuke.
"S-sasuke-kun. Sebaiknya kita pergi dari sini."
Namun Sasuke tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Mata onyxnya menatap tajam ke dalam rumah besar di hadapannya. Ada rasa penasaran terhadap cahaya 'aneh' berwarna kuning itu.
Sasuke memicingkan matanya. Mencoba mengenali pelihatannya itu. Tapi mendadak… entah dari mana. Cahaya putih menyorot wajah Sasuke, kontan membuat Sasuke menutup mata.
Dan saat itu juga. Giliran Sasuke yang melihat keanehan dalam pikirannya, hampir mirip dengan yang Naruto alami dimimpinya tadi.
'Itu Api….'
Slide demi slide bergambar asing tapi familiar, berputar cepat dalam pikiran Sasuke. Hanya beberapa bagian yang terpampang sangat jelas. Seperti sebuah Istana, Empat anak kecil bermain di padang rumput, Kucing angora berkalung 'S', Gadis berambut indigo yang memberikan kotak bento padanya, Pemuda berambut pirang yang meninju ulu hatinya, hingga Ia menggenggam tangan gadis dengan mata Emeraldnya yang sembab. Dan penglihatan terakhirnya, adalah api besar yang berkobar ria.
"Sasuke-kun? Kau tak apa-apa?"
Sasuke membuka matanya. Mendapati dirinya di dalam alam nyata.
"Aku.."
"Mendadak Kau terjatuh, saat aku mengajakmu cepat pergi dari sini," terang Sakura.
Sasuke yang duduk di aspal, melihat lagi rumah besar di hadapannya. Perlahan ia berdiri, dan cahaya yang di lihatnya di dalam rumah masih ada.
Sasuke mencium suatu bau yang menyengat. Dan seketika itu mata Onyxnya membulat.
"Sakura. Lari!" Ujar Sasuke menarik lengan Sakura untuk memasuki mobil. Sakura yang tidak tahu apa-apa hanya menurut saja.
Dengan tergesa-gesa, Sasuke memasuki mobil dan menyalakannya.
"Sasuke-kun. Ada apa denganmu?" tanya Sakura penasaran. Sementara Sasuke masih mencoba menstater mobil, yang entah kenapa tidak mau menyala juga.
"Cih! Sial. Ayo cepat nyala!" umpat Sasuke.
"Teme! Kau kenapa?" Sahut Naruto bingung melihat tingkah temannya. tapi tidak ditanggapi oleh Sasuke.
Sasuke kembali mencoba. Dan akhirnya pemuda itu mendapatkan keberuntungannya. Mobil menyala. Tanpa ada keraguan sedikit pun Sasuke menancap gas dengan kecepatan tinggi.
'Brmmm!'
Tiga detik kemudian.
'BUM! DHUARR!'
Mata Naruto, Sakura, dan Shion membulat, melihat ledakan keluar dari rumah yang berpapan 'DIJUAl' tersebut, dari kejauhan. Di malam hari itu, Api menjulang di kegelapan langit. Bagaikan menyembur keluar dari sangkarnya. Ternyata cahaya kuning yang dilihat Sasuke adalah api, dan angin yang mendadak datang dengan bau menyengat itu, adalah bau gas.
"Kalau kita telat sedikit saja…" Naruto menelan ludah.
"T-tadi itu… apa?" Sakura masih melongo tidak percaya.
"Entahlah…" guman Sasuke, yang sebenarnya lebih syok diantara mereka semua. 'Hampir saja kami semua terpanggang'.
*#~DCDS~#*
Pria berambut orange dengan piercing menghiasi wajahnya, bernama Pein keluar dari kamarnya dan berjalan di koridor rumah besar, atau bisa dibilang markas 'sementara' Akatsuki.
Langkahnya berhenti sejenak ketika melihat pria berambut hitam spike bertopeng lollipop sedang berjalan ke arahnya.
"Persiapannya tinggal seperempat lagi. Ketua!" Lapornya semangat seraya mengacungkan telapak tangan di depan kanan kening layaknya tentara.
"Hn" Pein kembali berjalan melewati Pria riang itu.
"Sepuluh hari lagi untuk mencapai puncaknya," guman Pria itu, sukses membuat Pein yang baru berjalan lima langkah berhenti.
"…"
"Kedua pangeran itu pasti sudah mulai kembali. Aku yakin, cepat atau lambat mereka akan tahu jati diri mereka sebenarnya," ujar Pria bertopeng itu, yang kini nada suaranya terdengar lebih serius.
"Lalu? Apa kau mau kita menghabisi mereka juga?" tanya Pein.
"Tidak perlu. Selama mereka tidak meganggu pekerjaan kita. Lagi pula yang kita butuhkan hanya 'Putri'-nya. Bukan Pangerannya."
Pein mendengus, lalu kembali berjalan menjauhi pria bertopeng itu seraya berguman. "Sebenarnya aku sendiri masih bingung. Aku ataukah Kau Madara? yang menjadi ketua asli di organisasi ini."
Madara hanya menyeringai di balik topengnya. "Tentu saja Kau ketuanya, dan aku dalangnya," bisiknya.

~~TBC~~

0 komentar:

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut