DILEMA CINTA DIANTARA SAHABAT PART 22

Senin, 24 Desember 2012
Dilema Cinta Diantara Sahabat
By Sayaka Dini-chan
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Pairing: NaruHinaItachi & SasuSaku
Slight NaruShion.
Warning: AU, OOC, GAJE!
Note: "blabla"=percakapan
'blabla'=ucapan dalam hati.
Naruto, Sasuke, Gaara, & Ino: 17thn
Hinata, Sakura, & Shion: 16thn
Itachi: 20thn
Neji & Sai: 18thn
*#~DCDS~#*

Ponsel Sasuke bergetar, Lalu dia melihat pesan yang baru saja masuk
From: Naruto dobe
Aku datang. lima meja dari tempat kalian. Di sudut kanan.

'Apa?'
Mata onyx Sasuke melihat Naruto duduk di meja budar di sudut ruangan berjarak lima meja lain dari tempat Sasuke duduk.
Dan Naruto yang berada di sana tidak sendirian.
Dia bersama Shion….

 REUNI

Chapter:22

Sasuke dan Sakura meminta izin pergi makan di meja lain karena teman mereka juga datang. Mikoto tersenyum sebagai tanda memperbolehkannya. Sedangkan Fugaku dan Hiashi hanya mengangguk tidak keberatan, lagipula mereka merasa terganggu dengan adanya 'anak-anak' dalam pembicaraan formal mereka.
Mata Hinata melihat, mengiringi langkah Sasuke dan Sakura yang menuju sebuah meja. Dan dia terkejut saat tahu siapa 'teman' yang mereka maksud. Itu…
'Naruto-kun…..'
"Kau juga mau ke sana?"
Hinata tersentak saat mendengar suara berat di sampingnya. Ia menoleh, melihat Itachi sedang tersenyum padanya.
"Mereka yang ada di sana, temanmu juga kan?" tanya Itachi memastikan seraya menunjuk meja Naruto dkk.
"I-iya," Hinata mengangguk.
"Kalau begitu kita juga makan di sana saja. Pasti akan lebih menyenangkan jika kau mengenalkan mereka padaku," saran Itachi.
'A-apa? Itu ide buruk! Kau tidak boleh bertemu dengan Naruto-kun!' batin Hinata berteriak. Bisa gawat jadinya. Tadi siang saja Naruto tidak segan-segan memukul Sasuke (karena mengira dia adalah calon tunangan Hinata). Apalagi sekarang, yang nyata-nyatanya Itachi adalah 'target' yang tepat bagi Naruto. Entah kenapa Pikiran Hinata mulai negative. Membayangkan dua pemuda tampan sedang berkelahi di restaurant mewah karena memperebutkan dirinya. (lebay! Xp)
"Itu Ide bagus Itachi-kun. Mungkin dengan begitu kalian bisa saling akrab dan saling mengenal lebih dalam" Mikoto tersenyum senang.
Fugaku dan Hiashi tampak berpikir sejenak.
"Kurasa Mikoto-sama ada benarnya" guman Hiashi.
"Ya, Aku juga sama. Sebaiknya kalian susul Sasuke sekarang" pinta Fugaku.
Hinata semakin syok. Ditambah lagi bayangannya sekarang sudah mencapai klimaks. Dimana Naruto mengikat Itachi dan menginjaknya, lalu Hinata berada digendongannya. Naruto pun bersorak senang dengan disambutnya tepuk tangan riuh dengan kembang api mewah sebagai backgroundnya. (ini sih terlalu imajinatif =,=)
"Ayo Hinata. Kita ke sana" ajak Itachi seraya mengandeng tangan Hinata.
Gadis indigo itu tampak bingung, dan entah mau mengatakan apa lagi? Ia pun pasrah mengikuti ide dengan keputusan sepihak ini.
"Kau tidak ikut Neji?" tanya Itachi sebelum benar-benar pergi dari tempat itu.
Neji melirik Itachi dengan tajam. "Tidak!" jawabnya dingin. Membuat Hiashi memberikan death glare pada keponakannya seolah berkata 'Jaga Kesopananmu Neji!'
Itachi tersenyum kecut atas perlakuan Neji, sahabat lamanya itu. 'Rupanya dia belum memaafkan aku' batinnya.
Tidak ada niatan untuk mengajak Hanabi juga, karena anak perempuan itu sedang asyik memakan es krim pelanginya.
*#~DCDS~#*
"Naruto," untuk kesekian kalinya, Sakura memanggil Naruto. Namun pemuda itu sejak tadi tidak bergeming.
Naruto hanya duduk di kursi, kedua tangannya bertumpu pada meja seraya menadah kepalanya yang menunduk. Posisinya seperti orang yang lagi berpikir keras.
Sedangkan Shion duduk di samping kanan Naruto. Gadis itu mengaduk-ngaduk sedotan lemon-nya dengan bosan.
Sasuke segera mengambil tempat duduk kosong di samping kanan Shion, sementara Sakura di samping kiri Naruto.
"Naruto, kau baik-baik saja kan?" tanya Sakura mulai khawatir.
"Percuma. Dia tidak akan bicara denganmu" ujar Shion ketus, lalu menyedot lemon-nya.
"Mengapa?" tanya Sasuke heran.
Shion menoleh, dia sedikit terkejut melihat Sasuke yang kali ini tidak menggunakan kacamatanya. (sejak masuk restaurant, Sasuke sudah membuka kacamatanya)
"Hey, aku baru sadar ternyata kau tampan juga" bukannya menjawab, Shion malah memuji. Membuat Sasuke sweatdrop. "Kau mau mesan makanan apa? Kalau aku dan Naruto-kun sudah memesan makanan kok" Shion keasikan sendiri, memberikan menu makanan pada Sasuke.
Kali ini Sakura yang merasa sedikit panas. Ia segera berdiri, lalu merampas menu makanan dari tangan Shion dan berpindah tempat duduk ke samping kanan Sasuke.
"Mmm… Kurasa kau akan memesan sukiyaki ekstra tomat. Benarkan Sasuke-kun?" Sakura mencoba tersenyum semanis mungkin. Tidak memperdulikan tatapan tajam dari Shion karena sudah mengabaikannya.
Sasuke yang cukup jenius itu, mengerti apa yang melatar belakangi Sakura mendadak bertingkah manis. Dia pun menyeringai tipis seraya berguman. "Hn".
"Baiklah. kalau aku akan memesan sashimi saja." Guman Sakura.
Sasuke mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan, lalu tangan kanannya itu dengan sengaja dijatuhkan ke pundak kanan Sakura. dengan cepat Sasuke merangkul Sakura seraya mendekatkan ke telinga kiri Sakura.
Pemuda berambut raven itu pun berbisik. "Bagaimana kalau minumnya, segelas untuk berdua. Hn?"
'Blush!'
Sasuke kembali menyeringai tipis karena berhasil menggoda Sakura. entah kenapa, Sasuke merasa senang bisa melihat semburat merah menjalar di wajah Sakura. mungkin karena 'Dia terlihat lebih lucu' pikir Sasuke.
"Boleh kami ikut bergabung?" terdengar suara berat.
Membuat Naruto dkk tersadar. Sasuke segera melepaskan rangkulannya pada Sakura. Naruto pun menengadah, mereka melihat seorang Pemuda berambut hitam berkuncir satu sedang tersenyum, dan di sebelahnya ada Gadis berambut Indigo yang menunduk 'takut'. Itachi merangkul pundak Hinata.

*#~DCDS~#*

Dua pelayan restaurant Baratie menghampiri meja bundar yang ditempati Naruto dkk. Satu pelayan mengambil pesanan Sasuke, Sakura, Itachi dan Hinata. Sedangkan satunya lagi membawakan pesanan Naruto dan Shion. Yakni, Mi ramen ala Baratie dan Gyoza.
Posisi mereka duduk mengitari meja bundar itu. Mulai dari Naruto, Shion, Sasuke, Sakura, Itachi, Hinata, dan kembali lagi ke Naruto. Hinata benar-benar merasa canggung dan kikuk, bisa-bisanya Itachi tadi mengambil tempat duduk di sebelah Sakura, dan membiarkan Hinata yang bersebelahan dengan Naruto.
"Selamat makan!" seru Naruto bersemangat. Lalu mulai mengantar lembar-lembar mie ramen ke mulutnya. Entah kenapa, dia mendadak semangat kembali.
"Naruto. Kau tidak sopan! Mendahului kami makan tanpa menunggu pesanan kami terlebih dahulu," omel Sakura.
"Bwiarin, akwu kwan lwapar swekali (biarin, aku kan lapar sekali)"
"Naruto-kun. Jangan bicara saat sedang makan, nanti kau tersedak loh," Shion memperingati.
"Twidak akwan –Huk ohk"
Hebat, prediksi Shion tepat. Tidak sampai lima detik, Naruto langsung tersedak. Pemuda pirang itu merasa seperti tercekik dan sulit bernafas.
"Naruto-kun!" Hinata dan Shion tampak khawatir.
Dengan tanggap dua gadis di sampingnya itu memberikan minuman di hadapan Naruto.
Hinata merasa kejadian ini seperti pernah terjadi sebelumnya (chap 2). Dan gadis itu berharap Naruto segera mengambil gelas dari tangan Hinata. Tapi sayangnya dia salah.
Naruto lebih memilih lemon yang disodorkan oleh Shion, daripada jus jeruk –minuman favnya– yang disodorkan Hinata.
Kecewa…. Itu yang dirasakan Hinata sekarang. Ia segera meletakkan kembali gelasnya di atas meja seraya menunduk.
"Hinata" panggil Itachi. Membuat Hinata tersadar bahwa calon tunangannya itu masih ada di sampingnya.
"Ah. M-maaf Itachi-san. A-aku lupa memperkenalkan temanku padamu,"
"Tidak apa-apa," Itachi mencoba tersenyum. meskipun dia merasakan ada kejanggalan dengan tingkah Hinata barusan.
"Itachi-san. Perkenalkan ini Shion, temanku dari Suna (meskipun tidak akrap)" Hinata menunjuk Shion.
"Dan yang ini…" Hinata menunjuk Naruto disebelahnya yang sedang asyik minum lemon. "N-naruto-kun, Dia Sahab–"
"Mantan pacarnya Hinata!" potong Sakura cepat. Yang langsung membuat Naruto menyemburkan minumannya ke hadapannya, tepat mengenai wajah Sasuke yang duduk di hadapannya.
Sasuke mendelik.
Shion berseru "What!".
Hinata menganga(?).
"Benarkah?" Itachi menoleh kepada Sakura yang sekarang sedang tertawa kecil.
"Hehehe… Aku hanya bercanda," jawab Sakura Innocent.
"Bagus. dan lihatlah hasil perbuatanmu," sindir Sasuke sinis, yang wajahnya sudah basah oleh 'tumpahan' dari Naruto.
"Maaf Teme! Aku tidak sengaja!" Naruto panic sendiri.
"Sudahlah itu kan hanya 'air' saja," ujar Sakura santai yang langsung mendapatkan death glare dari Sasuke. tapi itu hanya sebentar, karena Sakura segera mengambil sapu tangannya dan mulai melap wajah Sasuke.
Bagus. kali ini Sasuke yang merasa canggung. Tanpa sadar, wajahnya mulai memanas. "Hentikan. Aku bisa lakukan sendiri," ujar Sasuke ketus sambil mengambil alih sapu tangan Sakura. lalu memalingkan wajahnya dan melap wajahnya sendiri. 'Kalau dia yang merona, itu memang lucu. Tapi kalau aku? Akh! Ini memalukan!' batin Sasuke memberontak (?)

*#~DCDS~#*

Naruto mengerecutkan bibirnya. Kali ini giliran dia yang tidak makan karena mi ramennya terkena tumpahan lemon oleh ulahnya sendiri tadi. Dengan terpaksa dia memesan mi ramen yang baru. Sementara teman-temannya sudah memakan pesanan mereka yang baru saja datang.
Sebenarnya yang membuat Naruto cemberut bukan saja karena makanan. Dia merasa seperti terasingkan dengan sosok di sampingnya. Hinata. Sejak tadi, mereka sama sekali tidak saling bicara maupun menyapa saat bertemu tadi. Padahal, niatan Naruto ke sini hanya ingin meminta maaf pada Hinata karena kejadian tadi siang. Tapi kenapa suasananya jadi terasa canggung begini?
"Naruto-kun. Ini!"
Naruto tersadar, ia menoleh, melihat Shion menyodorkan beberapa lembar gyoza dengan sumpit ke depan mulut Naruto.
"Ayo. Aaa," Shion mengisyaratkan Naruto untuk membuka mulutnya. Berhubung perut Naruto juga tidak bisa diajak kompromi. Naruto pun melakukan apa yang diinginkan Shion.
"Bagaimana? Enak kan?"
"Tapi lebih enak mi ramen Shion-chan"
"Sudahlah, yang penting perutmu itu terisi dulu. Ayo lagi. Aaa,"
"Dasar cewek centil," guman Sakura sewot sendiri. Membuat Shion menoleh padanya.
"Kau bilang apa?" Shion mendelik pada Sakura.
"Aku bilang. Kau itu Cewek Cent– hmp"
Sasuke membungkam mulut Sakura dengan tangannya. "Jangan berbuat keributan di sini" bisik Sasuke di telinga Sakura.
"M-mungkin yang ingin dikatakan Saku-chan. S-shion-san cewek yang cantik," ujar Hinata mencoba mendinginkan suasana. Meskipun Ucapannya barusan berbanding jauh dengan pikirannya yang mengatakan 'Kau itu Cewek Monster! Cewek Monster! Menjauh dari Naruto-kun! Pergi sana!'
Naruto melirik Hinata. Ada suatu kejanggalan yang menganggu Naruto. Begitu pula yang dirasakan Itachi.
"Hinata. Kau tidak makan?" tanya Itachi melihat sushi di piring Hinata sama sekali tidak berkurang.
"Ah! A-aku…"
"Kau tidak suka makanannya?"
"B-bukan begitu. Hanya saja, sebenarnya a-aku sudah kenyang, gomen." Hinata menunduk malu.
"Benarkah? Memangnya kau habis makan apa?" Itachi meragukan ucapan Hinata.
"I-itu… A-ano…"
"Aarrghh…! Rasanya aku tidak punya nafsu makan lagi!" seru Naruto tiba-tiba seraya mengacak rambut pirangnya frustasi, membuat teman-temannya tersentak dan menoleh padanya.
"Sabar Naruto-kun. Sebentar lagi mi ramen pesananmu akan datang kok," hibur Shion.
"Bukan karena masalah ramennya," Naruto mengembungkan pipinya kesal.
"Lalu, karena apa?" Shion memiringkan kepalanya heran.
"Entahlah, mungkin…" Naruto tampak berpikir sebentar. "Karena aku merasa seperti orang paling bodoh di dunia ini," bisik Naruto.
"Kau kan memang bodoh dobe," celetuk Sasuke.
"Akh! Bukan begitu maksudku Teme!" Naruto mendelik seraya menunjuk Sasuke yang dengan santainya memakan tomatnya.
"Apa ada sesuatu hal yang membuat kau tidak punya nafsu makan Hinata?" Itachi mencoba kembali ke topik percakapannya dengan Hinata.
"A-aku…" Hinata menggantunng kata-katanya, dia mencoba berpikir untuk mencari jawabnya.
"Apa karena…. Kau tidak suka dengan perjodohan kita?" selidik Itachi membuat Hinata tersentak, begitu pula dengan teman-temannya, kecuali Naruto.
'Tepat!' batin Naruto. 'Tak bisakah kau menyadarinya Itachi-nii. Hinata-chan menolaknya, dan kau tidak bisa memaksa kehendakmu sendiri. Ayolah Hinata-chan, katakan kemauanmu yang sebenarnya pada Itachi. Dengan begini, biarkan Itachi yang membatalkan perjodohan ini. Dan Ayahmu tidak berhak kecewa denganmu,' pikir Naruto senang. Pemuda pirang itu tersenyum tipis.
"T-tidak. A-aku merasa senang kok dengan perjodohan ini. Bahkan hari ini aku bahagia b-bisa bertemu dengan Itachi-san," Hinata mencoba tersenyum, walau itu hanya sebuah senyum palsu.
Seketika itu senyum Naruto pudar. 'Tidak! kenapa kau berbohong Hinata-chan? Atau… itu memang kemauanmu? Kau memang menginginkan perjodohan ini? Ah Sial! Ternyata aku memang orang paling bodoh di dunia ini'

*#~DCDS~#*

Bukannya memakan mi ramen yang baru saja datang. Naruto malah mengambil botol sake yang terletak di tengah meja, yang memang disediakan sebagai penambah menu.
"Itu hanya untuk orang dewasa Naruto!" tegur Sakura.
"Memangnya kenapa? Aku kan sudah berumur tujuh belas tahun," Naruto menuangkannya pada gelas yang ada ditangannya. Lalu meminumnya tanpa memperdulikan tatapan tajam dari temannya. "Aah… em, rasanya lumayan enak loh! Kalian mau mencobanya?"
"Naruto-kun. Hentikan!" pinta Shion.
"Oh, Ayolah. Ini hanya minuman alcohol berkadar rendah. Kalian tidak perlu takut, lagipula ini kan perayaan atas perjodohan teman kita. Hm?" Naruto melirik sekilas Hinata, lalu kembali meminum sake yang sudah dituangkannya.
"Kalau hanya tiga gelas, tidak membuat orang langsung mabuk kan?" bisik Sakura pada Sasuke.
"Itu sih tergantung daya tahan tubuhnya, seberapa mampukah dia menahan kadar alkoholnya," jawab Sasuke.
"Hehehe…. Hik! Hehehe…" wajah Naruto mulai memerah, dan dia cegukan di selah tawa anehnya.
"Kau baik-baik saja Naruto-kun?" tanya Shion khawatir.
"Yah… bahkan aku ti–Hik!dak pernah merasa se–Hik!bahagia ini. Hehehe… Hik!" Naruto kembali menuangkan sakenya.
"Apa benar, dia tidak apa-apa kalau dibiarkan terus begini?" bisik Sakura lagi pada Sasuke yang hanya ditanggapi dengan gumanan "hn".
"Hey Kalian se–Hik!mua. Dengarkan aku yah? Aku punya ka–Hik!bar buruk loh…Hik!" Naruto menunjuk asal kepada teman-temannya. "Seorang Naruto Namikaze se–Hik!karang menjadi Orang Paling bodoh di Dunia! Haha–Hik!ha…. Kalian tahu kenapa? Hik!" Naruto menunjuk Shion.
"Tidak," Shion menggeleng karena tidak mengerti.
"Hanya karena…. Hik! Seorang Perempuaaan… Hahaha–Hik! Lucu kan? hahaha–Hik!" Naruto tertawa sediri. Tingkahnya yang linglung seperti ini sudah membuktikan kalau dia benar-benar mabuk.
"Oh iya! Hik! satu hal lagi! Hik!" Naruto mengacungkan telunjuk kanannya. "Aku… Benci… semuaaa Pria di sini–Hik! Terutama Dia!" Naruto menunjuk Itachi.
Itachi menaikkan sebelah alisnya. "Aku? Kenapa?"
"Kenapa? Hik! Hahahaha…. Dia tanya Kenapa? –Hik! Hahaha…"
Sasuke segera berdiri. "Naruto. Kurasa kau sudah mabuk."
"Tidak tidak–Hik!" Naruto menggeleng. "Kau salah dobe–Hik!"
"Tuh kan. Bahkan kau memanggilku dengan sebutanmu sendiri" guman Sasuke sweatdrop.
"Kau mau tahu –Hik! Kenapa aku membencimu? Hik!" Naruto kembali menunjuk Itachi. "Itu karena kau sudah merebut Hina–hmp hk!" ucapan Naruto terpotong oleh tangan Sasuke yang sudah membungkam mulutnya dari belakang, rupanya pemuda berambut raven itu sudah berdiri dibelakang Naruto.
"Maaf. Sebaiknya aku harus mengantarnya pulang sekar–Akh!" pekik Sasuke saat tangannya digigit Naruto.
"Sudah ku–Hik!bilang. Aku tidak mabu–"
'Duuk!' Sakura langsung memukul tengkuk Naruto, tepat di titik saraf tertentu yang membuatnya langsung pingsan.
Sasuke menoleh, melihat Sakura yang sudah berdiri di sampingnya, mengacungkan kedua jarinya seraya tersenyum pada Sasuke. ^^v
.
Sasuke dan Sakura membopong Naruto di sisi kanan dan kiri pundak Naruto yang pingsan. Sementara Shion mengekor dari belakang. Mereka sudah pamit pulang duluan.
Itachi dan Hinata masih duduk di meja makan mereka. Mata onyx Itachi terus melihat punggung Naruto yang semakin lama menjauh dan menghilang di balik pintu. Entah apa yang dipirkan si sulung Uchiha itu.
Kemudian Itachi melirik Hinata yang sejak tadi menunduk. "Kau baik-baik saja?"
Hinata hanya mengangguk lemah, tanpa ada niatan menengadah untuk melihat Itachi. Sebesar apa pun usaha Hinata untuk menyembunyikannya. Itachi tahu, saat melihat setetes air membasahi rok wanita itu.
'Dia menangis….. kenapa?'
*#~DCDS~#*
Gadis berambut pirang panjang yang diikat ekor kuda, keluar dari sebuah mobil yang baru saja di parkirkan di tempat parkiran restaurant Baratei. Diikuti oleh seorang pria berambut hitam yang keluar mobil.
"Ino. Tunggu!" pinta pemuda bermata onyx itu, menghentikan langkah Ino.
"Ada apa lagi Sai?" tanya Ino setelah Sai berdiri di hadapannya.
"Kau yakin, ingin bertemu dengan dia?"
"Sudah berapa kali kau menanyakan hal itu padaku?" ujar Ino malas.
"Maaf, tapi. Aku memang memberitahukanmu tentang kepulangannya ke Konoha dan kabar pertunangannya itu. Tapi bukan berarti aku menyarankanmu untuk menemuinya langsung kan?" ujar Sai.
Kening Ino berkerut. "Lalu? Kau ingin aku tidak usah menemuinya sekarang? Padahal selama ini aku sudah lama menunggunya kembali ke Konoha, hm?"
"Ino. Bukan begitu maksudku,"
"Kalau kau tidak ingin menemuinya, biarkan aku yang masuk ke sana sendirian," Pinta Ino, kemudian berbalik hendak meninggalkan Sai.
"Tunggu!" Sai menahan tangan Ino. "Aku ikut!"
"Dasar plin-plan!" ledek Ino yang hanya ditanggapi senyuman khas Sai.^^

*#~DCDS~#*

"Neji-niisan. Aku mau pulang. Ngantuk, Hoaem…" pinta Hanabi seraya menarik lengan Neji.
Neji lalu melirik Hiashi yang mengangguk padanya. "Tak apa, kau pulang duluan antar Hanabi,"
Neji pun pamit undur diri dari pertemuan formal antara keluarga Uchiha dengan Hyuuga. Saat ia hendak menuju pintu Restaurant Baratie bersama Hanabi, Dia melihat Ino dan Sai baru saja masuk. Dan mereka pun berpapasan.
"Neji," sapa Ino.
"Hai Neji. Rupanya kau sudah kembali dari Suna," ujar Sai dengan senyum khasnya.
"Hn" hanya itu yang keluar dari Neji.
"Kami ingin bertemu dengannya," ujar Ino langsung ke tujuannya.
Neji melirik meja bundar di sudut ruangan yang ditempati Itachi dan Hinata. Ia menunjuknya dengan mengedikan kepalanya ke arah sana. "Kalian mau apa dengannya?" tanya Neji dingin.
"Hanya ingin mengatakan sesuatu padanya," jawab Ino.
Neji mendengus. "Jika kalian ingin membelanya. Aku juga akan membenci kalian,"
"Ayolah Neji. Jangan dianggap serius begitu," ujar Sai seraya merangkul leher Neji dan tersenyum padanya, tak peduli dengan tatapan tajam Hyuuga yang menusuk wajahnya(?)
.
Setelah menyuruh Hanabi untuk menunggu Neji di mobil, Neji pun dengan paksa, terseret oleh keinginan Sai dan Ino untuk menemui Itachi, sahabat lama mereka.
Mereka menuju meja Itachi yang sedang asik menikmati makannya bersama Hinata, yang kadang ditambahi canda tawa dari Itachi.
"Maaf mengganggumu I–Ta–Chi–Kun,"
Itachi menoleh, melihat Ino dan Sai yang sedang tersenyum 'aneh' padanya, lalu di belakangnya ada Neji yang sedang membuang muka.
"Wah, Aku tidak menyangka kalian datang ke sini," komentar Itachi santai. "Apa kabar?" tanyanya basa-basi seraya tersenyum.
"Baik, bagaimana denga–Aw!" ucapan Sai terpotong seketika saat Ino menyikut lengannya.
Itachi melirik Ino heran. Si sulung Uchiha itu lalu berdiri dan berhadapan dengan Ino, "Ngomong-ngomong, Kita seperti reunian yah? Sudah lama kita tidak berngumpul seperti ini," Itachi mencoba mencairkan suasana.
"Kau salah," celetuk Neji. "Kita masih kekurangan satu orang," ujarnya sinis.
"Tenten," tambah Ino dengan nada lirih.
Tak ada yang membalas maupun menanggapi nama salah satu teman mereka yang baru saja terucapkan.
Semuanya terdiam, entah apa yang mereka pikirkan masing-masing. Tapi dilihat dari tatapan mereka, ada sercecah penyesalan akan hilangnya sahabat mereka.
Naji memberikan death glare pada Itachi…
Itachi menatap tajam Sai…
Sai masih tersenyum seraya melirik Ino yang menunduk.
Sementara Hinata yang sejak tadi duduk di tempatnya, mau tak mau harus mencuri dengar apa yang mereka bicarakan tadi. Sebenarnya dia ingin mengatakan kalau Tenten ada diantara mereka, meskipun dia sekarang sudah menjadi 'sosok' lain dan masih setia berdiri –err melayang di belakang Neji. Tapi, Memang ada yang mau mempercayai perkataannya?
"Aku dengar kau akan bertunangan yah?" tanya Ino mengalihkan topic pembicaraan.
"Ah! Iya,, Pertunangan kami akan diadakan minggu depan, tenang saja kalian pasti akan aku undang," ujar Itachi.
"Begitu yah? Kalau begitu selamat ya.." Ino mengulurkan tangannya seraya tersenyum.
"Terimakasih," Itachi hendak membalas uluran tangan Ino, tapi… sebelum tangan mereka berdua saling berjabat tangan, Senyuman Ino berubah menjadi sebuah seringai.
'Plak!'
Ino menampar Itachi.
Semua terkejut. Tidak terkecuali orang-orang yang sedang menikmati makanan mereka di sekitar Itachi dkk. Termasuk Mikoto yang sejak tadi matanya tertuju pada meja Itachi, hampir saja menjerit histeris. Fugaku dan Hiashi pun menoleh ke arah tatapan Mikoto yang terkejut.
"Itu untuk Tenten! Kau pantas menerimanya!" seru Ino seraya menunjuk wajah Itachi.
Hinata segera berdiri. "M-maaf Ino-senpai. T-tapi, bisakah anda bertingkah sopan kepada Itachi-san," Hinata mengeluarkan keberaniannya untuk membela 'calon tunangan'nya itu.
Ino melirik Hinata tajam. "Kau jangan ikut campur Hinata," desis Ino. Ia kembali menatap Itachi penuh amarah. Gadis itu hendak melayangkan 'pukulan' lainnya pada Itachi yang masih saja diam terpaku, tanpa ada niatan membalas Ino.
Namun, Sai langsung menahan tangan Ino. "Sudah cukup Ino," mohon Sai.
"Lepaskan!" Ino mendelik pada Sai. Tapi pemuda itu tidak mengindahkannya.
Ino hendak kembali menyerang Itachi menggunakan tangan yang lainnya. Tapi, lagi-lagi tangannya ditahan oleh seseorang. Neji.
"Tahan emosimu Ino," pinta Neji.
"Jangan menggangguku!" Ino memberontak.
Sebelum Ino berinisiatif menggunakan kaki yang tidak ditahan oleh siapapun. Sai dan Neji dengan kompak langsung membopong paksa gadis itu keluar dari Restaurant. Sebelum para security restaurant datang mengamankan mereka, juga Fugaku, Mikoto dan Hiashi yang sedang menuju meja Itachi.
Itachi hanya diam, terpaku dan melihat tiga sahabatnya yang mulai menjauh dari pandangannya.
'Bodoh. Kalian salah orang, salah paham. Bukan aku penyebab hal itu bisa terjadi. Bukan aku…'
"I-itachi-san baik-baik saja?" tanya Hinata membuyarkan lamunan Itachi.
Pemuda itu berbalik, dan mencoba tersenyum pada Hinata.
"Yah. Aku tidak apa-apa"
'Tenang saja. Sebentar lagi, aku pasti akan membuktikan pada mereka. Kalau bukan aku pelakunya…' pikir Itachi.
*#~DCDS~#*
Pria berambut spike biru, sedang berbaring di kasurnya. Selang beberapa detik pria itu merintih kesakitan akibat ulah temannya yang bercadar –yang sedang duduk di samping kakinya.
"Selesai," ujar pria bercadar tersebut seraya menggunting benang hitam yang sudah menjahit luka belahan kaki temannya.
"hah, hah, Tak bisakah kau lembut sedikit saat menjahit Kakiku Kakuzu!"
"Seharusnya kau berterimakasih padaku karena aku mau membantumu, Kisame," ujar Kakuzu seraya merapikan 'peralatannya'.
"Huh, tau begini lebih baik aku berobat di rumah sakit," keluh Kisame.
"Jangan cerewet. Beruntung aku yang menanganimu langsung. Kalau kau berobat di rumah sakit. Itu akan memakan waktu yang lama. Ditambah lagi, belum tentu hasilnya sebagus dengan hasil pekerajaan tanganku," kata Kakuzu.
Kisame mengerucutkan bibirnya. 'Dasar! Bilang saja kalau kau tidak ingin memberikan uang organisasi untuk membayar rumah sakit,' batin Kisame kesal.
'Kriet!' Pintu kamar Kisame terbuka. Leader mereka datang.
"Bagaimana hasilnya? Kisame?" tanya Pein langsung to the point.
"Kau lihat sendiri kan? Kakiku ini hampir saja terputus oleh pedangku sendiri. Aku sendiri tidak tahu bagaimana caranya Itachi membuat pandanganku tersamarkan. Mungkin dia menggunakan semacam sulap atau sih–"
"Bukan itu maksudku," potong Pein sinis.
Kisame menyeringai. "Hehehe… maaf, tapi tak apa kan kalau aku menceritakan tentang keadaanku,"
Pein menatap Kisame tajam. Begitu pula dengan Kakuzu.
"Ok Ok. Akan kusampaikan," Kisame menghela nafas, "Aku kalah dari Itachi. Puas?"
"Sudah kuduga," guman Kakuzu.
Pein berbalik, hendak meninggalkan kamar Kisame tapi berhenti seketika saat Kisame melanjutkan kata-katanya.
"Tapi anehnya. Aku tidak mengerti jalan pikiran Itachi," ujar Kisame.
"Maksudmu?" tanya Kakuzu.
"Yah, meskipun aku yang kalah dalam pertarungan tadi pagi. Tapi dia malah berubah pikiran dengan tawaran kita…"
Pein kembali berbalik menghadap Kisame. Melihat Pria begigi tajam itu menyeringai lagi.
"Dia menerimanya. Dan mulai besok, Itachi Uchiha adalah patnerku. Hehehehehe….."
~~TBC~~
Bagi yang tidak tahu,
Sukiyaki: masakan yang direbus dan terdiri dari daging sapi, tahu, bawang, bok-choy, jamur, dll. (yang dipesan Sasuke)
Sashimi: irisan ikan laut mentah yang masih segar dan dimakan cukup dengan saus dan wasabi. (yang dipesan Sakura)
Sushi: potongan nasi yang dilapisi dengan ikan mentah dan sayuran bersama saus. (yang dipesan Hinata)
Gyoza: campuran sayuran dan daging cincang yang dibungkus seperti pangsit dan dikukus. (yang dipesan Shion)
Ramen: mi ala jepang. (kurasa yang ini tidak usah diberi tahu, Readers juga udah pada hafal)
Sake: minuman khas yang mengandung alcohol.
.
Aaakh! Tidaaaak! Kenapa Dini merasa chap kali ini hancur banget! coz ceritanya malah tambah membingungkan & seperti di sinetron2 Indonesia malah. Ugh! Menyebalkan! *plak*(membenturkan kepala ke kardos Tv), Alurnya juga kayak maksa banget en kecepetan deh. Dasar Dini ngaco, *Dhuar!* (membom jam weker sendiri) –sweatdrop.
Kalau menurut Readers juga begitu, tolong diberitahukan bagian mananya yang jelek, biar Dini akan edit kembali chap ini. Ok! ^^
Next Chap:
Mata pemuda itu membulat seketika, saat ia merasakan suatu benda lembab menyentuh bibirnya. Butuh waktu tiga detik untuk sadar apa yang sedang dilakukan gadis di hadapannya itu.
'Dia menciumku…'

0 komentar:

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut