DILEMA CINTA DIANTARA SAHABAT PART 20

Senin, 24 Desember 2012
Dilema Cinta Diantara Sahabat
By Sayaka Dini-chan
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Pairing: NaruHinaSasuSakuNaru
Warning: AU, OOC, GAJE!

Summary: Itachi mengangkat salah satu alisnya "Jawaban?"."Yah. Tawaran dua tahun yang lalu masih berlaku untukmu. Bergabunglah dengan organisasi kami. Akatsuki"."Sayang sekali. Jawabanku dua tahun yang lalu juga masih berlaku…

 PERPUSTAKAAN RAHASIA

Chapter 20

Aku sendiri masih belum bisa percaya dengan apa yang aku lihat. Ruangan dengan luas kira-kira 10x15 meter ini terdapat beberapa rak buku besar (dengan tinggi 4meter) yang disusun berbentuk maze. Tentu saja dalam setiap rak berisi puluhan buku yang berjejer rapi. Lampu besar nan antik yang tergantung di ruangan tengah sudah cukup untuk menyinari ruangan ini. Ruangan perpustakaan rahasia di bawah gedung KHS. Sungguh, aku tidak percaya kalau lantai yang selama ini aku injak dan jalani, terdapat ruangan besar di dalamnya yang bermanfaat ini.
Aku yakin, kedua temanku juga memikirkan hal yang sama. Oh tidak, aku salah. Karena saat aku melihat mereka, Naruto hanya menggerutu tak jelas di depan sebuah rak buku, sedangkan Sasuke-kun… ia sangat serius memilih beberapa buku di rak buku yang tidak jauh denganku. Dan kali ini, ia tidak menggunakan kacamatanya. Mungkin ia sedikit terganggu dengan kacamata biasa saat membaca buku dengan serius. Matanya kan normal. Memandang tajam pada beberapa buku di hadapannya seraya memegang dan kadang menggeser buku-buku tersebut. Entah kenapa, aku merasa senang melihatnya tanpa kacamata.
Ya Tuhan. Dia menoleh padaku. Mata onyx itu memandangku. Meskipun jarak kami sekitar tujuh meter, tapi aku merasa seperti ditelanjangi dengan tatapan tajam penuh selidiki darinya. Rasanya aku ingin segera berbalik dan menghindar dari tatapannya itu. Tapi sayang, otak sarafku seperti tidak mau mengikuti perintahku. Aku diam, terpaku dengan tatapan Uchiha itu pada mata emerald-ku.
"Ada apa?" tanyanya dengan nada datar.
Ada apa apanya? Kenapa pertanyaannya itu sepertinya sangat sulit diartikan? Apa Maksudnya Ada apa karena aku terus melihatnya? Atau Ada apa karena aku terus terdiam? Atau Ada apa karena aku terus terpaku dengan tatapan matanya? Atau Ada apa karena sekarang detak jantungku benar-benar terpacu dengan cepat? Hey, aku sendiri juga tidak tahu jawabannya!
Eh? A-ada apa? Kenapa dia berjalan mendekat padaku. B-berhenti! Jangan lebih dekat denganku! Akh Sial. Kenapa lidahku kaku begini?
"Sakura. kau baik-baik saja?" tanya Sasuke-kun lagi setelah ia sudah berdiri tepat di hadapanku.
Apa? Dia bertanya tentang keadaanku? Jadi, dia mengkhawatirkan aku? Akh jagan bodoh. Tentu saja dia mengkhawatirkan aku karena sejak tadi aku terdiam bagai patung. T-tapi… tapi… dia memang sangat tampan jika dilihat lebih dekat seperti ini (tanpa kacamata).
'Blush'
Oh Sigh! Aku tidak bisa menahan rasa panas yang menjalar ke seluruh wajahku.
"Hey, wajahmu memerah." Mendadak tangan kanannya memegang pipi kiriku. Apa? M-memegang? S-sasuke-kun memegan pipi kiriku! Dia memegangnya! Kyaaa! Rasanya aku ingin berteriak!
Sungguh. Sekarang inner-ku benar-benar lompat dan menari kegirangan. Tapi beda jauh dengan tubuh asliku yang masih terdiam terpaku, dan tidak bisa bergerak lagi. Aku hanya bisa menutup mataku karena malu, mencoba menahan wajahku agar tidak semakin memanas.
I..i-ni? Aku merasakannya. Perlahan tapi pasti, aku mencium bau parfumnya Sasuke-kun semakin mendekat padaku, begitu pula nafas beratnya yang tertiup di wajahku. Meskipun aku menutup mata, aku bisa membayangkan wajahnya semakin dekat padaku. Apa ini pertanda… kalau Sasuke-kun ingin… ingin…
"Oi Teme! Kau bisa membantuku di sini tidak?"
Apa?
"Hn. Bantu apa Dobe?"
Mendadak aku sudah tidak merasakan tangannya Sasuke-kun menempel di pipiku. Dan saat aku membuka mata. Aku melihat punggung Sasuke-kun menjauh dariku.
Tunggu. Tadi itu… apa? Apa? Tidak jadi kan? Yah. Kurasa tidak ada sesuatu yang menyentuh bibirku. Eh? Tunggu dulu. Apa tadi artinya… Sasuke-kun mau melakukannya? Dan.. tadi kami hampir saja berciuman? (Jika tidak ada suara Naruto yang memanggil Sasuke) Apa? Ber-cium-an! Kyaaa!
Akh! Sadar Sakura! tenangkan dirimu!
Aku segera menggelengkan kepalaku. Mencoba melupakan pikiran yang tidak-tidak.
Ok. Sekarang tarik nafas dalam-dalam. Hkkkkh. Lalu hembuskan. Fuuuuh… baiklah. Sekarang focus dengan apa yang menjadi tujuanku ke tempat ini.
Beberapa menit yang lalu, Sasuke-kun mengajak aku dan Naruto untuk memulai penyelidikan. Ternyata dia membawa kami bertemu dengan Kabuto-sensei, penjaga perpustakaan KHS. Entah apa yang mereka bicarakan berdua saat menjauh dari kami. Lalu Kabuto-sensei menyuruh kami mengikutinya, menunjukkan lorong tersembunyi di balik salah satu rak buku yang menyandar di dinding perpustakaan. Kami menuruni tangga yang berada di dalam lorong itu hingga di ujungnya kami memasuki ruangan besar ini. Perpustakaan Rahasia di ruang bawah tanah.
Saat itu Kabuto-sensei berpesan agar kami tidak merusak harta benda (Perpustakaan) peninggalan Orochimaru-sama. Dan ketika aku menanyakan siapa Orochimaru? Naruto bilang beliau adalah Profesor sekaligus ilmuwan yang sering meneliti benda-benda aneh (peninggalan zaman dulu, seperti seorang Arkeolog).
Aku masih ingat perkataan Kabuto pada Sasuke-kun saat meninggalkan kami dan kembali ke atas. "Kau tahu Sasuke? Kalau bukan kau yang meminta. Aku tidak akan pernah menunjukkan Perpustakaan ini pada siapa pun. Sekalipun kalian adalah Cadangan Anbu. Tapi pengecualian buatmu. Karena kau adalah anak kesayangan Orochimaru-sama."
Aku terkejut, Ketika Naruto memberitahukan padaku bahwa Orochimaru sudah meninggal dunia dua tahun lalu karena bunuh diri. Tapi Sasuke-kun membantahnya. Sasuke-kun yakin Orochimaru meninggal bukan karena bunuh diri, melainkan dibunuh. Karena tiga hari sebelum meninggal, Orochimaru sudah berjanji untuk menemui Sasuke di Ame satu minggu lagi, tepat di hari ultah Sasuke. Jadi tidak masuk akal jika beliau bunuh diri sebelum menepati janji atau sekedar meninggalkan surat minta maaf pada Sasuke.
Karena penasaran dengan kejanggalan kematian Orochimaru. Satu tahun kemudian, Sasuke-kun mencari informasi tentang semua yang berkaitan dengan Orochimaru sebelum kematiannya. Ternyata Orochimaru meninggal sebelum menyelesaikan penelitiannnya tentang Kasus Hutan Oto. Maka dugaan Sasuke semakin kuat ditambah dengan pengakuan Kabuto bahwa saat itu Orochimaru hampir rampung menyelesaikan tulisan hasil penelitiannya tentang Misteri Hutan Oto. Dan buku yang berisi informasi penting yang ditulis Orochimaru tersimpan di dalam Perpustakaan ini.
Maka dari itu. Kami berada di Perpustakaan Orochimaru ini untuk mencari satu buku tersebut diantara puluhan buku-buku di sini. Pasti sangat sulit, tapi kami mencoba mencarinya seraya berdoa agar keberuntungan memihak kami saat ini.
.
"Hahaha… kenapa tidak bilang dari tadi kalau di sini ada tangganya Teme?"
Kudengar suara Naruto tertawa senang di balik beberapa rak buku di hadapanku. Aku segera berjalan mendekati sumber suaranya untuk mengetahui lebih jelas apa yang dia lakukan?
Setelah melewati dua rak buku, aku melihat tangga kayu yang menjulang hingga bagian atas rak buku. Di atas ada Naruto yang tersenyum lebar seraya melihat beberapa buku yang berjejer di hadapannya.
"Baka. Yang di bawa saja belum kelar mencarinya, kau sudah langsung cari di bagian atas. Dasar Dobe"
Aku menoleh, melihat Sasuke berdiri tidak jauh di bawah tangga Naruto. Aku pun berjalan mendekati tangga Naruto.
"Huf! Biarin. Lagian aku bosan melihat buku yang semuanya hampir sama (buku tebal dengan sampul berwarna tua). Siapa tahu di atas ada buku yang lebih menarik" timpal Naruto.
"Naruto. Berhati-hatilah" aku memperingatinya. Yah, mengingat dia sedikit ceroboh, ada kemungkinan dia bisa jatuh kan?
"Ok. Saku-chan"
~End Sakura's POV~
.
~Normal POV~
"Urghh!Semuanya sama saja!" gerutu Naruto setelah melihat semua buku yang berjejer dihadapannya bersampul warna tua. Hijau tua, coklat tua, biru tua, dan warna-warna tua yang lainnya. Naruto hendak turun dari tangga, jika saja mata spire-nya tidak menangkap warna yang lebih berbeda diantara buku-buku tersebut. Merah darah. Yah, dia baru melihat satu-satunya buku yang bersampul merah darah.
Perasaan ingin tau pun mendorong Naruto agar mengambil buku tersebut. Tapi ternyata, buku itu lebih jauh dari perkiraannya. Ia sudah memanjangkan tangan kanannya ke samping, dan tangan kirinya memegang tangga agar dia tidak terjatuh ke samping. Tangan kanannya menggapai-gapai buku yang tinggal beberapa inci lagi dari ujung jarinya. Tidak menyerah sampai disitu saja, Naruto berusaha menggapainya dengan menyondongkan tubuhnya ke samping lebih jauh.
"Dapat!" seru Naruto girang setelah berhasil menyentuh buku berwana merah darah itu. Ia pun segera menariknya, tapi sayang setelah menariknya, keseimbangan Naruto mulai goyah. "Waaa!" Naruto hampir saja terjatuh bersamaan dengan tangga yang ia naiki, jika saja kedua temannya (yang berada di bawah) tidak segera menahan tangga ke posisi semula.
"Huf! Syukurlah. Ku pikir aku akan mati" Naruto menghela nafas lega. Tanpa sadar kalau salah satu temannya di bawah sudah berwajah memerah bagai tomat. Gimana tidak? saat Naruto hampir terjatuh, Sakura segera memegang kaki tangga dengan kedua tangannya –bermaksud untuk menahannya– begitu pula dengan Sasuke. Alhasil, kedua tangan Sakura yang memegang tangga juga digenggam oleh tangan kekar Sasuke. Bukan hanya disitu saja, dada bidang Sasuke juga menyentuh punggung Sakura, terkesan seperti memeluk Sakura dari belakang.
Padahal tangga sudah tidak oleng lagi, dan Naruto yang berada di atasnya bisa dipastikan tidak jatuh. Namun tangan Sasuke masih enggan melepas genggamannya, apalagi menjauh dari badan gadis yang berada di hadapannya. Sakura juga tetap terdiam, tapi lagi-lagi semua darah kembali mengalir di wajahnya, menghasilkan rasa panas yang menyenangkan. Gadis bertopi merah itu merona. Dan lagi-lagi lidahnya kaku untuk mengatakan sesuatu. Tapi toh dia juga tidak keberatan jika Sasuke masih tidak mau bergerak untuk melepaskannya.
"Oi Oi, Aku tidak akan bisa turun, Jika kalian berdua masih ada di situ." Omel Naruto polos dari atas. Pemuda pirang itu benar-benar tidak sadar telah merusak 'momen' kedua temannya untuk kedua kalinya.

*#~o0o~#*

Seorang pemuda berambut hitam sebahu yang dikuncir satu kebelakang, berjalan di sepanjang jalan pemukiman rumah yang tampak sepi, seraya menenteng tas plastik berisi belanjaannya dari supermarket. Sungguh aneh karena dia hanya berjalan kaki, padahal dia adalah salah satu dari anak keluarga Uchiha yang pasti mempunyai beberapa mobil mewah. Tapi yah begitulah Dia. Merasa lebih nyaman dengan kehidupan sederhana (berbeda sekali dengan adiknya). Uchiha Itachi.
"Lama tidak berjumpa. Itachi"
Suara berat itu sukses menghentikan langkah Itachi. Ia menoleh, melihat pemuda dengan tubuh yang lebih besar darinya, berkulit putih pucat, berambut spike biru. Bersandar pada dinding pagar sebuah rumah.
"Oh kau. Hai. Apa kabar?" sapa Itachi dengan senyum tipisnya.
Pemuda yang sepertinya menenteng benda besar di balik punggungnya, menyeringai pada Itachi, memperlihat deretan giginya yang tajam. "Cukup buruk, semenjak kau bukan patnerku lagi."
"Begitukah? Sayang sekali aku tadi tidak membelikan ikan untukmu. Yah, sekedar menghiburmu"
Pemuda itu terkekeh. "Hehehe… kau tak pernah berubah. Jadi, bagaimana dengan jawabanmu?"
Itachi mengangkat salah satu alisnya. "Jawaban?"
"Yah. Tawaran dua tahun yang lalu masih berlaku untukmu. Bergabunglah dengan organisasi kami. Akatsuki,"
"Ckckck… Sayang sekali Kisame. Jawabanku dua tahun yang lalu juga masih berlaku. Tidak"
"Ow" Kisame memasang wajah kecewa. "Tega sekali kau Itachi. Sudah membuat sahabatmu ini kecewa. Apa boleh buat, aku harus mengajakmu dengan kasar" Kisame berdiri dengan tegak menghadap Itachi.
"Dengan kasar? Caranya?" tanya Itachi tapi dari nadanya terdengar seperti menantang.
Kisame mengambil benda besar yang sejak tadi tergantung di balik punggungnya. Benda yang ternyata pedang dengan perban menyelimutinya itu dihentakkan ke atas aspal jalan. Kisame menyeringai. "Menantangmu duel. Jika aku menang, kau harus ikut denganku. Dan jika aku yang kalah–"
"Jangan ganggu aku lagi" timpal Itachi.
"Ok. Kau setuju?"
"Dengan senang hati"
Dan beberapa detik kemudian, terdengar benturan keras benda logam yang menghancurkan aspal jalanan. Membuat jalanan pemukiman rumah yang awalnya sepi, menjadi ramai dengan suara benturan dan sesekali terdengar tawa senang dari seseorang di antara mereka berdua.
*#~o0o~#*
~~Naruto's POV~~
Aku terdiam. Begitu pula dengan kedua temanku. Sasuke dan Sakura yang duduk di samping kanan dan kiriku. Di hadapan kami ada buku tebal bersampul merah darah –yang tadi kudapatkan– sudah terbuka di atas meja, karena memang kami telah membaca. Tapi justru karena sudah membacanya itulah, kami terdiam dan terpaku, tenggelam pada pikiran kami masing-masing.
Yah, Ini memang buku yang sedang kami cari-cari. Buku terakhir yang ditulis oleh Orochimaru tentang sejarah Hutan Oto yang juga berkaitan dengan Konoha. Wah Hebat! Ternyata akulah yang berhasil terlebih dahulu menemukan buku ini. Hahaha… insting-ku memang kuat. Tunggu, bukan saatnya untuk membanggakan diri.
Aku kembali membaca isi buku tersebut. Tentang sejarah kelam di masa lalu. Orochimaru mengetahui sejarah yang tertutup ini dari berbagai batu-batu dan arca yang terkubur di berbagai daerah Konoha. Dengan tulisan aneh yang hanya Orochimaru saja yang bisa membacanya –dari mana aku tahu? Ada gambar fotonya kok dibukunya.
~End Naruto's POV~

Beberapa ratus tahun yang lalu, terdapat beberapa kerajaan yang berada di seluruh penjuru jepang. Diantaranya, ada dua kerajaan besar yang menempati suatu wilayah (yang sekarang dinamakan Konoha). Dua kerajaan besar itu dipimpin oleh masing-masing marga terkuat di daerah tersebut. Dan ada juga satu kerajaan kecil yang berada tidak jauh dari tempat itu.
Awalnya, ketiga kerajaan itu berhubungan dengan baik. Karena masing-masing memiliki wilayah kekuasaan sendiri-sendiri, kecuali kerajaan kecil karena memang kerajaan itu tidak tertarik dengan wilayah kekuasaan. Tapi tetap saja, kerajaan kecil itu tetap di segani oleh warga sekitar.
Sampai akhirnya, pada generasi ke lima belas. Dua pangeran dari kerajaan besar dan satu putri dari kerajaan kecil menjalin hubungan dengan sangat baik, persahabatan. Tapi sayang, hubungan erat itu hanya sesaat.
Tepat setelah umur kedua pangeran berinjak enam belas tahun. Berdasarkan peraturan kerajaan, mereka diharuskan menikah sebelum mengambil alih tahtah ayahandanya. Dan ternyata, kedua pangeran itu menginginkan wanita yang sama. Yaitu sahabat mereka, putri dari kerajaan kecil.
Persahabatan mereka semakin retak. Karena kedua pangeran sama-sama tidak mau mengalah, ditambah lagi putri tidak mau memilih salah satu di antara dua pangeran dengan dalih tidak ingin menyakiti yang lainnya.
Pada Akhirnya, Kedua pangeran memutuskan bertarung. Siapa yang menang, dia yang berhak mendapatkan putri. Dan terjadilah pertarungan diantara dua pangeran dari dua kerajaan besar tersebut. Tetapi tidak ada yang pernah menang, maupun kalah, karena kekuatan mereka seimbang.
Bosan dengan hasil pertarungan yang selalu draw. Maka kedua pangeran memutuskan untuk mencari ilmu kekuatan yang lebih hebat untuk mengalahkan saingannya. Salah satu pangeran pergi bertapa di atas gunung, dan satunya lagi pergi bertapa di dalam gua. Diam-diam, putri juga pergi mencari kekuatan yang dahsyat, agar bisa mengehentikan pertarungan diantara sahabatnya. Putri itu pergi bertapa di tepi laut.
Mereka bertiga bertapa dan berlatih selama berbulan-bulan di tempat masing-masing. Dan juga mendapatkan bantuan berupa kekuatan dari Dewa yang berada di sekeliling mereka. Setelah merasa cukup dengan kekuatan yang mereka dapatkan, mereka kembali. Tepat setelah umur mereka mencapai tujuh belas tahun. Namun Putri belum kembali dari tepi laut, karena dia masih menginginkan kekuatan yang lebih besar untuk menghentikan kedua sahabatnya.
Mendengar kabar bahwa Putri menghilang dari kerajaan kecil. Kedua pangeran itu sama-sama murka. Entah siapa yang menghasut mereka sehingga saling menuduh, bahwa saingannya itu telah melanggar kesepakatan awal, karena telah menculik Putri. Permusuhan mereka pun semakin panas. Dengan diputuskannya kedua kerajaan itu saling berperang besar-besaran hanya karena seorang putri dari kerajaan kecil.
Putri kembali dari pertapanya. Tapi begitu terkejutnya dia ketika melihat desa yang selama ini damai, sekarang berubah menjadi lautan peperangan. Rumah-rumah penduduk sebagian hangus terbakar, beberapa jenazah yang memegang senjata tajam pun banyak berserakan di atas tanah. Sungguh tragis.
Tidak ingin kejadian ini berlanjut menjadi lebih menyedihkan lagi. Tanpa pikir panjang, Putri mengarahkan semua kekuatannya untuk menghentikan peperangan. Ternyata Putri mendapatkan kekuatan dari Dewi Laut, yaitu kekuatan memulihkan. Entah bagaimana caranya, Putri mendatangkan air laut dan menyirami seluruh desa, membuat senua api kembali padam, beberapa orang yang terluka parah pun kembali sembuh. Namun air laut itu berdampak negative pada kedua pangeran yang terkena siramannya, mereka berdua kehilangan separuh kekuatannya.
Tapi kedua pangeran itu tidak peduli dengan kekuatan mereka yang semakin menipis, mereka berdua sangat bahagia melihat putri kembali. Kedua pengaran itu pun berlari menuju tempat putri berada. Tetapi sungguh ironis, karena saat mereka berdua menemui sahabatnya, Putri telah menghembuskan nafas terakhirnya setelah mengeluarkan semua kekuatannya. Dia meninggal dunia dengan senyum mengembang, berharap agar kedua sahabatnya berhenti untuk bertarung. Tapi itu hanyalah sebuah harapan Putri.
Disaat seluruh emosi bercampur aduk di benak mereka, iblis kembali datang untuk menghasut mereka. Sehingga mereka berdua saling menyalahkan atas kematian putri. Dan di hadapan jenazah Putri, kedua pengeran itu kembali bertarung dengan sisa kekuatan masing-masing. Hingga kedua pangeran mencapai ajalnya di tangan sahabat sekaligus rival mereka sendiri.
Sudah sepatutnnya ketiga jenazah itu dikuburkan, akan tetapi ada seseorang, entah dia siapa. Yang sudah membakar ketiga jenazah tersebut dengan maksud lain. Karena menurut hukum alam, Jenazah yang tidak dikuburkan, melainkan dibakar. Maka arwahnya tidak akan hidup tenang di sana, melainkan ber-Reinkarnasi di kehidupan selanjutnya.
Sebagai tanda terimakasih, para penduduk membiarkan kerajaan kecil milik putri tetap ada dan tidak mengusiknya sama sekali. Bertahun-tahun pun berlalu, para warga membiarkan pepohonan mulai tumbuh di sekitar kerajaan kecil, sehingga terbentuklah sebuah Hutan yang mengelilingi kerajaan kecil tersebut. Para warga pun melarang anak, cucu, dan cicit mereka untuk memasuki Hutan tersebut agar tidak mengganggu kediaman 'seseorang' di dalamnya.
Dan, menurut Orochimaru yang sudah mencari informasi dari para ahli spritual. Kemungkinan besar orang yang ber-reinkarnasi akan membawa penggalan-penggalan kehidupannya di masa lalu. Seperti kedua pangeran dan putri yang akan membawa kembali kekuatan mereka di kehidupan baru, meskipun mereka sendiri tidak sadar dengan kekuatan yang mereka miliki. Ada kemungkinan kecil, Mereka bertiga akan mengalami hal yang sama pada kehidupan di masa lampau mereka. Yaitu mengalami Dilema Cinta Diantara Sahabat. –ini juga tertulis dalam bukunya.

*#~o0o~#*

"Apa ini artinya, Cerita 'mahkluk halus' yang katanya tinggal di Hutan Oto hanyalah sebuah kebohongan untuk menakuti kita agar kita tidak mendekati Kerajaan kecil yang berada di dalamnya?" Sakura mengutarakan pikirannya untuk memecahkan keheningan di antara mereka bertiga.
"Hn" Sasuke mengangguk.
"Jangan-jangan, Kastil yang kita datangi saat itu adalah kerajaan kecil sang putri!" seru Naruto.
"Hn" Sasuke kembali mengangguk.
"Oh ya. Lukisan wanita yang pernah kita lihat itu mungkin adalah gambar wajah sang Putri!" tambah Naruto semakin bersemangat.
Sasuke dan Sakura tersentak. Mereka berdua lalu menoleh pada Naruto dan menatapnya penuh arti.
"A-ada apa? Mengapa kalian menatapku seperti itu?" Naruto bergidik.
"Oi Dobe. Kau lupa? Wajah di lukisan itu kan mirip denganmu" ujar Sasuke.
"Lalu? Memangnya kenapa?" Naruto mengerutkan dahinya, tidak mengerti dengan ucapan Sasuke.
"Naruto. Kalau memang lukisan itu adalah gambar sang Putri. Mungkin saja kau adalah Reinkarnasi dari sang Putri itu sendiri" tambah Sakura yang langsung membuat Naruto terpaku sesaat. Hingga…
"APAA? Tidak mungkin! Aku ini Lelaki. Tidak mungkin reinkarnasi dari seorang putri!" bantah Naruto tidak terima.
"Bukannya itu bagus. Kau bisa mengeluarkan kekuatan yang Dahsyat. Ayo dobe, cobalah muntahkan Air laut" canda Sasuke seraya menyeringai.
"Teme!"
"Tunggu dulu. Lalu apa cerita ini ada hubungannya dengan kasus menghilangnya gadis setiap tahunnya di Konoha?" tanya Sakura.
"Ada" sahut Sasuke yang kontan membuat dua pasang mata tertuju padanya. "Aku sudah menyelidiki semua profil para gadis yang mehilang itu." Sasuke menutup matanya sejenak. "Dan hasilnya, mereka semua adalah gadis SMU yang berusia 16thn. Terlebih lagi, mereka menghilang sebelum merayakan ultah 17thn mereka yang terhitung beberapa hari kemudian." Sasuke kembali membuka matanya.
Sakura tersentak. "Sasuke-kun. Jangan-jangan… ada seseorang yang selama ini mengincar Reinkarnasi dari sang putri itu sendiri."
"Tepat, aku juga baru menyadari hal itu setelah membaca buku ini" ujar Sasuke seraya mengusap dagunya. "Orang itu sudah mencarinya semenjak tiga belas tahun yang lalu, karena tidak mendapatkan gadis yang tepat, maka orang itu terus mencarinya tiap tahun"
"Tapi, untuk apa orang itu mencari reankarnasi sang Putri?" tanya Naruto.
"Tentu saja untuk mengambil kekuatan besar yang dibawa Putri itu dari masa lalunya" jawab Sakura yang langsung ditanggapi ucapan 'Oh' dari Naruto.
"Lalu untuk apa orang itu menginginkan kekuatan besar tersebut ya? Bisa bahaya jadinya jika orang itu berniat jahat dengan kekuatan besar tersebut" guman Sakura.
Mendadak Naruto mengingat sesuatu. Pemuda itu segera mengambil buku bersampul merah darah yang berada di hadapannya, lalu membolak-balik kertasnya, seperti mencari sesuatu. "Ini dia!" seru Naruto seraya menunjuk sebuah barisan kata-kata di atas kertas tersebut. Kontan Sasuke dan Sakura segera melirik tulisan yang ditunjuk Naruto.
"akan tetapi ada seseorang, entah dia siapa. Yang sudah membakar ketiga jenazah tersebut dengan maksud lain." Naruto mengeja tulisan tersebut. "Ini dia orangnya, yang bermaksud mengambil kekuatan sang putri itu!" seru Naruto bersemangat.
"Baka! Itukan terjadi seratus tahun yang lalu. Mana mungkin ada orang yang bisa hidup seratus tahun lebih sampai sekarang" celetuk Sasuke.
"Oi Teme! Itu tidak mustahil tahu! Siapa tahu saja Orang itu punya kekuatan menambahkan umur, seperti putri dan kedua pangeran dari hasil bertapa. Bisa jadi orang itu sengaja membakar tiga jenazah tersebut agar bisa mengambil kekuatannya. Mungkin orang jahat itu tidak bisa mengambil kekuataan Putri karena jiwanya sudah mati, makanya dia tunggu sampai putri dkk hidup kembali!" ujar Naruto mengeluarkan dugaannya. Meskipun terdengar asal, tapi dugaan Naruto masuk akal juga. Buktinya Sasuke dan Sakura langsung terdiam, mencerna dugaan Naruto ke dalam otak mereka masing-masing.
"Tapi, aku mencurigai Akatsuki sebagai pelakunya" sahut Sasuke.
"Akatsuki? Organisasi penjahat yang sekarang bersembunyi di Konoha itu yah?" tanya Naruto.
"Hn. Dari mana kau tahu tentang itu?" Sasuke menaikkan sebelah alisnya.
"Dari Shikamaru" jawab Naruto.
"Oh.."
"Jadi, Kita juga harus mencari gadis reinkarnasi dari putri sebelum Akatsuki menemukannya terlebih dahulu. Agar tidak ada korban gadis menghilang lagi untuk tahun ini." Usul Sakura.
"Hn"
"Maksudmu, Kita harus bisa menemukan salah satu gadis yang tepat diantara puluhan gadis yang tinggal di Konoha ini!" tambah Naruto.
"Hn, tapi kurasa itu mustahil. Mengingat kita sama sekali tidak punya jejak ataupun ciri khusus dari reinkarnasi putri itu sendiri," ujar Sasuke. Membuat kedua temannya terdiam dan kembali berpikir untuk mencari jalan keluarnya.
"Hey, aku punya ide!" seru Naruto bersemangat.
"Apa?"
"Hn?"
"Kenapa tidak kita ringkus saja Organisasi Akatsuki itu? Dengan begitu, tidak ada korban gadis yang berjatuhan lagi" Naruto tersenyum mengembang.
"Hey, memangnya kau tahu siapa saja anggota Akatsuki?" tanya Sasuke sinis.
"Tidak"
"Kau tahu Berapa jumlah mereka?"
"Tidak"
"Kau tahu kekuatan mereka seperti apa?"
"Tidak"
"Kau tahu dimana mereka bera–"
"Sudahlah Teme! Aku sendiri juga tidak tahu!" potong Naruto dengan nada kesal.
"Kalau begitu jangan membuat ide yang bodoh. Dobe!"
"Aku kan hanya mengusulkan ideku sendiri. Kalau kau tidak diterima juga tidak apa-apa!"
"Tapi setidaknya kau gunakan dulu otakmu!"
"Aku memang selalu menggunakan otakku. Tahu!"
"Ow, berarti ada yang salah dengan Otakmu."
"Teme! Kau mencoba menghinaku ya!"
"Tidak dobe. Aku hanya berkata jujur"
"Kau ini! Dasar Tem–"
"DIAM!" potong Sakura dengan suara keras, membuat Naruto dan Sasuke harus menutup kedua telinga mereka. "Kalian berdua ini! Aku jadi tidak bisa berpikir jika kalian terus ribut begini!" Sakura berdiri seraya berkacak pinggang.
"G-gomen Saku-chan" Naruto tersenyum paksa. Sedangkan Sasuke mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Sakura pun kembali duduk. Lalu menopang dagunya dengan tangan kanan di atas meja.
Hening…
Ketiga anak muda itu kembali berpikir. Hingga salah satu diantara mereka mempunyai satu titik terang.
"Mungkin itu bisa digunakan" ujar Sakura tiba-tiba. Membuat kedua temannya menoleh padanya.
"Apanya Saku-chan?" tanya Naruto.
"Kau ingat Naruto. Buku kecil kusam yang kita temukan di dalam Kastil Hutan Oto, saat kita semua kesana satu minggu yang lalu." Sakura mencoba mengingatkan. (yang lupa, baca chap 9)
Naruto tampak berpikir sejenak. "Hmmm… oh, buku kecil yang saat diambil Hinata-chan dari laci terakhir, lalu ada kalajengkingnya. Buku yang itu yah?" tanya Naruto memastikan.
"Iya yang itu. Mungkin buku itu bisa dijadikan petunjuk" raut wajah Sakura tampak senang.
"Tapi Saku-chan. Buku itu kan masih ada di kastil dalam hutan Oto, masa' kita mau kembali ke sana lagi?"
"Siapa bilang buku itu masih ada di sana?" Sakura menyeringai.
"Maksudmu?"
"Aku tidak mau pulang tanpa membawa apapun. Jadi buku itu ku ambil saja." Jawab Sakura riang.
"Apa?" mata Naruto membulat.
"Hey, Kalian membicarakan buku apa sih?" Sasuke yang sejak tadi tak mengerti, akhirnya angkat bicara.
"Buku kecil kusam yang kami temukan di dalam laci, di kastil Hutan Oto. Saat kau mengajak kami ke sana Sasuke-kun." jawab Sakura.
"Lalu, Dimana buku itu sekarang?" tanya Sasuke.
"Di rumahku. Tapi Sasuke-kun, tulisannya itu sulit dibaca." Ujar Sakura. Sasuke menaikkan satu alisnya tanda tak mengerti.
"Katanya Hinata-chan sih, tulisannya itu huruf jepang zaman dulu. Memangnya kau bisa membacanya?" Timpal Naruto.
Sasuke berpikir sejenak. "Tidak" mendadak si bungsu Uchiha itu tersenyum tipis. "Tapi aku punya teman yang bisa membaca tulisan seperti itu"
*#~o0o~#*
Sasuke berdiri di depan perpustakaan KHS sendirian. Lalu kemana Naruto dan Sakura? kalau Naruto, dia sudah lari duluan menuju Kantin untuk menemui 'teman tercintanya', mi Ramen. Berhubung bel istirahat sebentar lagi akan berbunyi. Sedangkan Sakura, pergi ke toilet siswi.
Sasuke mengambil ponselnya dari saku celana. Mencari salah satu nama dari contacts ponselnya, setelah dapat, ia menekan tombol 'Call'. Lalu menempelkan ponsel ke daun telinganya. Setelah mendengar bunyi 'Tuut' tiga kali, terdengar suara gadis menyapa.
"Halo Sasuke. Ada apa kau menelponku?"
Hanya kembali mendengar suara gadis itu, membuat Sasuke tersenyum tipis. "Aku butuh bantuanmu. Ini berkaitan dengan kasusku. Kau mau kan?"
"Mana mungkin aku bisa menolaknya, Sasuke?"
"Ku anggap itu 'Ya'"
Terdengar suara tawa kecil dari ujung sana.
"Baiklah, Aku akan kesana besok" ujar Sasuke.
"Tunggu, Kau mau ke Ame lagi?"
"Hn. Kau kan masih di Ame, kalau aku tidak ke sana, bagaimana caranya kita bisa bertemu?"
"Tidak perlu repot Sasuke. Biar aku saja yang ke Konoha"
"Apa?" Sasuke menaikkan satu alisnya.
"Iya. Aku akan ambil cuti, yah itung-itung aku bisa berlibur ke luar kota" gadis di ujung sana kembali tertawa kecil.
Sasuke tersenyum tipis. "Hn. Aku akan menunggumu."
Setelah hubungan telepon terputus, Sasuke memasukkan ponselnya ke saku celana. Lalu berjalan menyusuri koridor sekolah yang sudah tampak ramai, karena bel istirahat sudah berbunyi.
Tapi baru lima meter Sasuke berjalan. Ia berhenti karena merasakan getaran ponselnya. Sasuke pun kembali mengambilnya.
'Daddy calling'
"Ya Ayah?" sapa Sasuke seraya kembali berjalan. Ia dengan patuh mendengar 'berita penting' dari ayahnya. Hingga Sasuke mendadak berhenti dengan raut wajah terkejut.
"Apa? Perjodohan?"
*#~o0o~#*
Naruto berlari di sepanjang koridor dengan raut wajah 'kelaparan'. Rasanya dia sudah menghabiskan seluruh tenaga hanya karena berpikir tentang kasus beberapa menit yang lalu. Dan sekarang pikirannya hanya diselimuti oleh 'Ramen'.
Tapi mendadak dia berhenti ketika melihat sosok yang ia kenal sedang bersandar di dinding koridor sekolah. Hinata.
Dengan senyum mengembang, Naruto menghampiri sahabatnya itu.
"Hinata-chan. Ternyata kau ada di sini. Kita ke kantin yuk" ajak Naruto riang. Namun yang diajak bicara hanya tertunduk dan tidak menanggapinya.
"Hinata-chan. kau baik-baik saja?" tanya Naruto mulai khawatir.
"A-aku… aku…" Hinata menunduk seraya menggenggam erat ponselnya di depan dadanya.
"Kau kenapa?"
"G-gomen Naruto-kun…" Hinata masih enggan menatap mata Naruto.
"Maaf untuk apa?" Naruto semakin heran, sekaligus khawatir melihat gelagat Hinata. Ia berfirasat buruk. Sementara itu, Sakura yang berada tidak jauh dari mereka. Tersenyum senang karena sudah menemukan kedua sahabatnya. Gadis bertopi merah itu pun menghampiri mereka.
"A-aku, baru saja menerima telpon dari Ayah.. d-dan, b-beliau bilang…" suara Hinata semakin gemetar.
"Bilang apa?"
Hinata mengambil keberaniannya untuk mendongak, lalu menatap mata spire di hadapannya.
Naruto sedikit tersentak melihat setetes air keluar dari mata Lavender itu.
"A-aku… A-aku akan bertunangan dengan U-Uchiha-san"
Mata Naruto membulat. Sedangkan Sakura yang sudah berdiri dua meter dari mereka, menjatuhkan buku merah yang ia bawa.
"Tidak mungkin"

~~TBC~~

0 komentar:

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut