DILEMA CINTA DIANTARA SAHABAT PART 19

Senin, 24 Desember 2012
Dilema Cinta Diantara Sahabat
By Sayaka Dini-chan
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Pairing: NaruHinaSasuSakuNaru & GaaraShionNaru
Warning: AU, OOC, GAJE!

Summary: 'Jika ada masalah ceritakan saja padaku. Anggap saja aku buku diary berjalan bagimu' saran Sasuke "Kau tahu? Sayang, Suka, dan Cinta. Tiga perasaan yang beda tipis." Terang Sakura

 SAYANG, SUKA & CINTA

Chapter 19

"Naruto-kun" suara panggilan dari seorang perempuan itu menghentikan langkah pemuda berambut spike pirang yang menggenakan seragam KHS dengan tas ransel hitam tergantung di balik punggungnya.
Naruto berbalik ke arah suara yang memanggilnya. Melihat gadis berambut kuning panjang tersenyum padanya. "Shion-chan?"
Pemilik mata samudra itu terkejut begitu Shion menghambur dan memeluk tubuh tegapnya.
"Eh? Shion-chan!" semburat merah muncul di wajah Naruto menahan malu karena beberapa siswa siswi melihatnya dipeluk Shion. Bagaimana tidak? mereka berdua ada di depan gerbang KHS. Naruto mencoba melepaskan pelukan Shion. Setelah berhasil, Shion malah mengembungkan pipinya kesal. Memasang wajah cemberut dihadapan Naruto.
"Kau jahat Naruto-kun!" tuduh Shion menunjuk dada Naruto.
Naruto yang bingung hanya menggaruk belakang kepalanya. "Memangnya apa yang aku lakukan?"
"Bukan karena apa yang kau lakukan, tapi apa yang tidak kau lakukan! Kau tahu? Kau sudah mengacuhkanku selama ini. Apa itu artinya seorang teman!"
"Aku tidak bermak–"
"Kau bilang Aku bisa menghubungimu via Hp. Tapi nyatanya ponselmu sama sekali tidak aktif Naruto-kun!"
"Apa? Ponselku aktif terus kok. Atau… ah! Maaf Shion-chan, aku lupa memberimu nomor Hpku yang baru. Hehehe" Naruto cenge-ngesan seolah itu adalah hal biasa.
"Ganti nomor? Dan kau bilang lupa memberitahuku? Hh! Tega sekali kau pada teman yang sudah jauh-jauh datang dari Suna dan kau melupakannya begitu saja!" Shion melipat tangan di depan dadanya seraya membuang muka ke arah lain. Mencoba agar Naruto merasa bersalah, dan itu berhasil.
"M-maafkan aku Shion-chan. Aku tidak bermaksud seperti itu. Sungguh. Aku minata maaf" Naruto memasang wajah memelas seraya menepuk kedua tangannya di depan wajah.
Shion meliriknya sebentar sebelum ia tersenyum. "Aku akan memaafkanmu dengan satu syarat". Shion mengacungkan jari telunjuknya.
"Apa itu?"
"Temani aku jalan-jalan keliling Konoha,"
"Hmm. Tak masalah. Akan kutemani setelah pulang sekolah nanti yah" Naruto kembali tersenyum tiga jari seraya melipat kedua tangannya di belakang kepala.

*#~o0o~#*

Hinata berdiri di depan jendela kelas. Dari lantai dua ini ia dapat melihat keluar sekolah, termasuk gerbang KHS. Mata lavendernya dapat menangkap sosok sahabatnya bersama gadis berambut kuning. Naruto berpelukan dengan Shion.
Raut wajah tak senang sangat tampak di wajah Hinata. Segala emosi pun bercampur di benaknya. Sedih, marah, cemburu, dan menyesal. 'Terlalu cepat' pikirnya. Baru saja hari minggu kemarin mereka jalan berdua, dan hampir saja berciuman. Kenapa secepat itu Naruto terlihat santai dan senang? Apa lagi dengan gadis itu? Seolah kejadian kemarin tak pernah terjadi. Tapi toh, ini semua terjadi juga karena salah Hinata, yang secara tidak langsung menolak Naruto dengan alasan sahabat. Satu pertanyaan sejak pulang dari Disneyland Konoha kemarin, menghantui pikiran Hinata. Apa keputusan yang dia pilih ini sudah tepat? demi persahabatan….
"Hinata? Kenapa kau datang pagi sekali?" suara gadis itu membuyarkan lamunan Hinata.
Hinata menoleh melihat salah satu teman kelasnya masuk menemani dirinya yang sejak tadi hanya sendiri di dalam kelas. "Pagi Tayuya. H-hari ini aku yang tugas piket kelas" Hinata tersenyum pada Tayuya.
"Ah! Iyaya, aku lupa kalau kau juga piket hari ini. Kalau begitu, bantu aku mengambil buku pelajaran dari ruang guru yuk" ajak Tayuya yang dibalas dengan anggukan dari Hinata.
*#~o0o~#*
"Wah. Sepertinya ada yang lagi senang nih" nada sindiran itu terdengar oleh Naruto.
Naruto segera menutup loker-nya dan mendapati Sakura berdiri bersandar pada lemari loker samping loker Naruto. "Apa maksudmu bicara seperti itu Saku-chan?" Tanya Naruto seraya mengunci lokernya.
"Aku melihatnya. Kau… dan gadis centil itu. Di depan gerbang sekolah" Sakura memutar bola matanya bosan.
Naruto tampak berpikir sebentar sebelum berujar. "Oh. Maksudmu Shion-chan?"
"Siapa lagi perempuan yang sudah memelukmu pagi-pagi begini?" Ujar Sakura dengan nada kesal.
Naruto hanya tertawa malu seraya menggaruk belakang kepalanya.
"Jadi apa yang kalian bicarakan?" Tanya Sakura penasaran.
"Kami berencana jalan-jalan keliling Konoha setelah pulang sekolah nanti. Yah itung-itung menyambut teman dari luar kota. Kau mau ikut?"
Sakura mendengus kesal. "Tidak dengan gadis itu" jawabnya ketus. "Apa hanya itu yang kalian bicarakan?" Tanya Sakura was-was. Dia sungguh khawatir jika Shion menceritakan pertengkarannya di Disneyland Konoha kemarin. Sakura akan malu sekali jika Naruto mengetahuinya.
"Iya, hanya itu."
"Sungguh? Tak ada yang lain?"
"Tentu saja hanya itu yang kami bicarakan. Memangnya kenapa kau bertanya seperti itu?" Naruto heran.
"Tidak apa-apa. A-aku hanya ingin tahu saja" Sakura gugup ditatap dengan pandangan menyelidik Naruto.
Pemuda pirang itu mendadak tersenyum jahil. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Sakura. "Apa kau cemburu Saku-chan?" tebak Naruto dengan senyum jahilnya. Yang sukses mendapatkan jitakan keras dari Sakura. walupun gadis itu sempat merona.
"Itu tidak mungkin terjadi Baka!" seru Sakura lalu meninggalkan Naruto yang mengeluh kesakitan.
"Aku kan hanya bercanda. Kenapa dianggap serius?" keluh Naruto seraya mengusap kepalanya.
Sakura berjalan menaiki tangga sekolah dengan menggerutu tak jelas. Setelah kakinya menginjak lantai dua dan kembali berjalan di koridor sekolah, mata emeraldnya menangkap sosok gadis berambut Indigo membelakanginya sekitar 9 meter darinya.
Hinata berjalan sambil membawa beberapa tumpukan buku dengan gontai. Hal ini membuat Sakura khawatir. "Siapa sih yang menyuruh Hinata membawa buku seberat itu sendirian?" gerutunya.
Sosok Hinata mulai menghilang di tikungan koridor di ujung. Yang tanpa disadari Hinata, Sakura mulai mempercepat langkahnya untuk menyusul Hinata. "Gimana kalau sampai tertabrak orang? Bisa repot kan nanti" guman Sakura sendiri. Dan akhirnya perkiraannya terbukti begitu mendengar buku terjatuh dari kejauhan di belokan tersebut, meskipun dia belum melihat apa yang terjadi.
*#~o0o~#*
Hinata membawa tumpukan buku hingga hampir menutupi wajahnya, hanya mata lavendernya yang terlihat dari depan. Berat. Tapi dia menerima 'tugas' ini. Hitung-hitung untuk menyibukkan dirinya agar dia tidak terdiam saja dikelas seraya melamun. Dan berhenti mengingat kejadian masa lalu, kemarin, dan tadi pagi. Berhenti untuk memikirkan tentang dirinya, Naruto, dan Sakura. dan seandainya bisa, Hinata juga ingin berhenti dari hidup yang mulai 'menyesatkan' ini. Ah itu tidak mungkin! Karena ia sudah terlanjur dilahirkan untuk menjalani hidup ini.
Lari dari suatu masalah adalah tindakan pengecut. Dan mencoba melupakan perasaan suci terhadap seseorang adalah suatu tindakan yang tidak bisa dilakukan Hinata.
Hinata mencoba berjalan meskipun dengan gontai. 'setelah tinkungan ini, dan melewati tiga kelas akan sampai. Bertahanlah sedikit lagi' Hinata mencoba menyemangati dirinya sendiri. Ia pun berbelok.
"Hinata?" suara berat itu membuat Hinata hampir terlonjak, mengingat sekolah masih sepi karena masih pagi. Hinata memiringkan kepalanya agar dapat melihat sosok yang berdiri di hadapannya. Pemuda berambut raven berkacamata.
"Sasuke?"
"Hn. Perlu bantuan?" tawar Sasuke.
Mendengar suara dengan nada datar tapi menyiratkan suatu kekhawatiran kini sangat akrab di telinga Hinata. Pikiran gadis itu melayang, mengingat kejadian kemarin sore saat Sasuke bertamu di rumahnya. Kata-kata Sasuke yang mampu menenangkannya kini tergiang kembali di telinganya.
'Jika ada masalah, ceritakan saja padaku. Anggap saja aku buku diary berjalan bagimu.'
Mendadak mata lavendernya merasa panas. Hati yang perih, menyiratkan kesedihan, marah, dan penyesalan mendalam muncul kembali di benak Hinata. Keinginan untuk menangis yang selama ini ia tahan sejak kemarin, tak bisa dibendung lagi.
Kakinya mulai gemetar, tangannya tidak bisa menahan berat buku, membuat buku-buku itu terjatuh di lantai menimbulkan suara lumayan gaduh. Bersamaan dengan mata Lavender yang berkaca-kaca dengan air asin yang mulai menetes di ujung matanya. "Sa…suke… hikz…"
Hinata berjalan pelan sebelum menghabur dan memeluk Sasuke. Menangis sejadi-jadinya di dada bidang pemuda itu, berusaha mencari obat penenang di sana.
Sasuke mencoba tenang, meskipun hatinya tersirat tanda Tanya besar dengan sikap Hinata yang mendadak menangis. Tapi Sasuke membiarkan Hinata hingga puas menangis, karena dia tahu, menangis termasuk manjur untuk meluapkan dan melegakan hati yang gelisah. Tentang hal apa yang membuatnya menangis, itu urusan belakang.
"Tenanglah Hinata" guman Sasuke pelan seraya mengelus punggung Hinata yang gemetar karena terisak.
Tanpa keduanya sadari, sepasang mata emerald menatap mereka dengan lirih dibalik dinding. 'Kenapa?' Sakura menggenggam erat baju seragamnya tepat di dadanya. 'Kenapa aku jadi begini? Sial!'
Sakura mendengus kesal. 'Kurasa aku harus berbicara denganmu nanti. Hinata' pikirnya.

*#~o0o~#*

Sasuke memasuki kelas XI-A dengan membawa beberapa tumpukan buku lalu meletakannya di meja guru. Tak peduli dengan tatapan heran Tayuya yang lebih dulu tiba dan juga membawa beberapa buku. 'seharusnya kan Hinata, kenapa dia?' batin Tayuya.
Sasuke pun menuju bangkunya. Selang beberapa detik, seruan terdengar dari manusia yang baru saja masuk kelas.
"Ohayou TEMEE!" Naruto berjalan dengan semangat lalu melempar ranselnya di atas mejanya.
"Hn. Ohayou dobe,"
Naruto melirik bangku belakangnya tempat Sakura. "Oi Teme! Kau lihat Saku-chan tidak?"
Sasuke hanya mengedikkan kedua bahunya tanda tak tahu.
"Aneh, padahal tadi dia duluan" guman Naruto.
"Hey Uchiha!" panggil Tayuya "Dimana Hinata?" Tanya gadis itu penasaran karena Hinata tak kunjung kembali.
"Dia ke kamar kecil" jawab Sasuke datar. Malah membuat Naruto heran. 'Kenapa dia malah tahu keberadaan Hinata-chan?' pikirnya.
Naruto sedikit terkejut begitu melihat gadis bertopi merah, mendadak sudah berdiri di ambang pintu kelas. Sebelum Naruto sempat menyapanya, Sakura kembali melesat pergi meninggalkan kelas. Membuat pikiran Naruto diseliputi tanda Tanya besar. Apa lagi Sasuke yang sadar, gadis itu pergi begitu mendengar jawaban Sasuke tentang keberadaan Hinata.
Karena penasaran, Naruto pun pergi menyusul Sakura.

*#~o0o~#*

Hinata membasuh wajahnya di depan wastafel toilet siswi. Dia bersyukur karena Sasuke tadi menolongnya, membawakan buku-buku dan menyuruh Hinata untuk memperbaiki penampilannya yang mulai acak-acakan. Tanpa menuntut penjelasan kenapa Hinata mendadak menangis? Dengan begini. Hinata tak perlu repot menceritakan masalahnya pada Sasuke. Toh, Sasuke sepertinya tidak mau ikut campur.
"Kau habis menangis?"
Hinata terkejut. Ia menoleh melihat Sakura yang baru saja memasuki toilet siswi. "Saku-chan?"
"Kenapa kau menangis?" Sakura kembali bertanya.
"A-aku… tidak menangis kok" bantah Hinata seraya melirik ke arah lain.
Hening…
Entah kenapa, kedua sahabat itu seperti saling terasingkan dengan sosok di hadapannya. Sampai akhirnya mata emerald Sakura melihat benda bergelantungan dari leher jenjang Hinata. Kalung berliontin hati, persis dengan kalung yang Sasuke beli kemarin. Sesak, lagi-lagi Sakura merasakan hal yang sama ketika ia melihat Hinata memeluk Sasuke. 'Kenapa?' batinnya kembali bertanya.
"A-aku harus kembali ke kelas, T-Tayuya pasti sudah menungguku" guman Hinata canggung, lalu berlalu melewati Sakura. dia hendak pergi meninggalkan toilet jika saja tangan Sakura tidak menggenggam lengannya.
"Tunggu Hinata. Kita perlu bicara,"

*#~o0o~#*

Naruto mengedarkan pandangannya sepanjang koridor sekolah. Berusaha mencari sosok bertopi merah. Tapi nyatanya sulit karena sekolah mulai ramai dengan siswa siswi KHS. Beruntung mata samudra Naruto melihat dari jendela ke luar, gadis topi merah sedang berjalan menuju taman belakang sekolah yang sepi seraya menggandeng seorang gadis berambut Indigo. Dengan senyum mengembang, Naruto pun berniat menyusul kedua sahabatnya itu.
Sakura duduk di salah satu bangku taman. Ia menepuk tempat di sampingnya, mengisyaratkan agar Hinata duduk.
"K-kenapa kau mengajakku ke sini Saku-chan?"
"Masih ada waktu sebelum bel masuk berbunyi. Tak ada salahnya kan kalau kita saling berbagai cerita berdua. Seperti biasa"
"K-kau benar. J-jadi kau mau curhat apa?"
Sakura menoleh, menatap mata lavender sahabatnya dengan alis berkerut. "Bukan aku yang mau curhat. Tapi kamu Hinata" Sakura menunjuk Hinata.
"A-aku?"
"He em. Kau ada masalah?"
Hinata menunduk. "A-aku tid–"
"Jangan mencoba membohongiku. Aku sudah lama mengenalmu Hinata" kata Sakura seperti menghakimi.
Hinata terdiam, masih menunduk, menatap ujung sepatunya.
Sakura menghela nafas. "Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk bercerita" Sakura melirik sahabatnya itu yang masih setia untuk diam tanpa kata. Membuat Sakura harus mencari arah pembicaraan yang lain. "Mmm… jadi… Apa saja yang kau lakukan dengan Naruto kemarin?"
Bagus, tema pembicaraan ini cukup menarik. Buktinya Hinata langsung menoleh pada Sakura. "Bagaimana bisa kau tah–"
"Kalian ke Disneyland Konoha ya? pergi kencan?" tebak Sakura dengan nada menggoda yang sukses membuat Hinata merona seraya menggeleng dengan cepat.
"B-bukan! Bukan kok! K-kami hanya jalan-jalan biasa" Hinata gelagapan.
Sakura pun terkekeh membuat Hinata mengerutkan keningnya. "Tingkahmu itu sama persis dengan Naruto saat aku tanya hal yang sama padanya kemarin"
"N-naruto-kun?"
"Ya. kemarin dia memintaku untuk menghiburnya, katanya sih dia lagi bad mood. Tapi Naruto tidak mau cerita karena apa. Kau tahu tidak alasannya kenapa?"
"T-tidak tahu…"
Sakura memasang wajah berpikir. "Aneh, kupikir Hinata tahu akibatnya Naruto yang jadi down begitu…" Hinata hanya menunduk, menyimbunyikan raut wajahnya yang dipenuhi rasa bersalah.
"Saku-chan…"
"Ya?"
"Kau tidak marah?"
"Untuk apa?"
"I-itu… a-ano… A-aku… dan N-naruto-kun pergi berdua kemarin tanpa mengajakmu"
"Oo.. itu. Tidak kok. Lagian aku ada urusan lain"
"T-tapi… apa kau tidak c-cemburu?"
"Cemburu?" Sakura memiringkan kepalanya heran. Untuk apa dia cemburu?
Hinata semakin heran melihat reaksi Sakura yang seperti biasa saja. "Loh? B-bukannya kau menyukai Naruto-kun? K-kau kan pernah mengatakannya padaku satu tahun yang lalu" Hinata mencoba mengingatkan.
Mata emerald Sakura melirik ke atas, mencoba mengingatnya. "Oo… yang itu ya. hehehe… maaf. aku lupa" Sakura menggaruk pipinya malu.
Hinata hampir saja jatuh dari bangku mendengar peryataan Sakura yang begitu santai, padahal perkataan sahabatnya itu selalu tergiang di telinganya. "J-jadi Saku-chan.. a-apa kau–"
"Tidak"
"Eh?"
"Kurasa saat itu aku terlalu cepat menyimpulkan perasaanku" Sakura menengadah seraya menatap langit biru. "Kau tahu? Sayang, Suka, dan Cinta. Tiga perasaan yang beda tipis. Perlu waktu lama dan pemikiran yang dalam tentang perasaan kita untuk membedakannya."
Hinata menatap lekat sahabatnya itu.
"Dan sekarang. Baru kusadari akan satu hal. Perasaanku pada Naruto tak lebih dari sekedar Sahabat yang menyayanginya. Karena ternyata… aku memiliki perasaan lebih nyaman, senang, dan kadang malu jika berada di sisi seseorang selain Naruto." Pikiran Sakura menerawang pada pemuda yang akhir-akhir kini dekat dengannya sontak membuatnya merona sendiri.
"Lalu?" Hinata mulai tertarik.
"Yah… tapi aku belum bisa mengatakankan kalau aku suka ataupun mencintainya. Karena aku tidak mau cepat menyimpulkannya seperti dulu. Nanti kesannya malah aku gampang jatuh cinta lagi. Iya kan? Hehehe… kok aku jadi aneh gini yah?" Sakura tertawa malu. Ia lalu melirik Hinata yang ternyata matanya sudah berbinar-binar bagai anak kecil yang akan mendapatkan permen kesukaannya.
"Jadi Siapa? Siapa orang yang beruntung itu?" tanya Hinata semangat dan sangat penasaran, seperti bukan dia saja…
Sakura melempar wajahnya ke arah lain. Menyembunyikan rona merah malu. "I-itu Rahasia!"
"yah…" Hinata melemas bagai kehilangan hadiah yang sangat diharapkannya.
Kedua sahabat itu saling memandang sesaat sebelum tertawa bersama. Tanpa sadar pemuda berambut pirang di balik pohon di belakang mereka, sedang tersenyum yang sejak tadi mendengar perbincangan mereka.
"Hinata"
"Hm?"
"Aku baru lihat kalung yang kau pakai itu? Dapat dari sia– eh, maksudku beli dimana?" giliran Sakura bertanya tentang sesuatu yang sangat menjanggal di dadanya.
"I-ini?" Hinata memegang liontin kalung yang bertengger dari lehernya. Sakura mengangguk. "Ini hadiah dari seseorang"
"Dari Sasuke-kun?"
"Eh? dari mana kau tahu?"
"Ah.. i-itu, aku hanya menebaknya kok"
"Oh.."
"Jadi dalam rangka apa dia memberikan hadiah kalung itu untukmu?" tanya Sakura lagi.
Hinata menghela nafas, kemudian tersenyum. "Kemarin… dia bertamu ke rumahku…
~~Flashback~~
"Kenapa kau memberikan kalung ini padaku?" tanya Hinata seraya memegang kalung berliontin hati setelah membuka kado persegi berwarna lavender itu.
"Coba kau buka dulu liontinnya" pinta Sasuke yang duduk di sofa seberang Hinata.
Hinata langsung menurutinya. Ketika ia membuka liontin berbentuk hati terbelah dua sisi, Hinata terperangah begitu melihat foto yang tertempel di sisi kiri hati. "K-kiba-kun…"
"hn"
Hinata kembali menatap Sasuke. "Apa maksudmu?"
"Anggap saja itu hadiah dari Kiba melalui aku" Sasuke menghela nafas. "Yah, setidaknya aku ingin berbuat baik demi si berisik itu"
"Sasuke…"
"Dengan menggunakan kalung itu, aku harap kau selalu mengenang Kiba" Sasuke kembali menatap Hinata "Di Sisi lain liontin hatinya sengaja aku kosongkan, terserah kau menaruh foto siapa disitu, mungkin seseorang special untukmu" saran Sasuke.
"A-arigatou Sasuke"
"Hn. Sama-sama"
Hinata menatap foto Kiba di dalamnya lekat-lekat.
"Hei" panggil Sasuke lagi.
Hinata menoleh.
"Akhir-akhir ini kau terlihat … aneh?"
"?" Hinata memiringkan kepalanya tak mengerti.
Sasuke menghela nafas. "Jika ada masalah ceritakan saja padaku. Anggap saja aku buku diary berjalan bagimu" sarannya. 'Moga yang kulakukan ini, bisa menebus dosaku padamu Kiba' batin Sasuke.
"Ah! I-iya…"
~~End Flashback~~
Hinata tersenyum mengakhiri ceritanya. "Sasuke-san, teman yang perhatian juga yah…"
Sakura juga ikut tersenyum. "Ya, Kau benar" tetapi mendadak senyumnya hilang tergantikan dengan wajah cemberut. "Tapi dia menyebalkan!"
"Eh? K-kau kenapa Saku-chan?" tanya Hinata heran begitu Sakura mendadak berdiri dari duduknya.
"Aku ada urusan sebentar, nanti kita ketemu di kelas yah Hinata" ujar Sakura lalu berlari meninggalkan Hinata yang terbengong.
*#~NaruHina~#*
Hinata masih betah duduk di bangku taman itu, sendiri. Perlahan ia meraih liontin hati kalungnya, lalu dibuka. Memperlihatkan dua foto tertempel di kedua sisi dalamnya.
Sisi kiri liontin hati, terpampang foto Kiba yang tersenyum. Sedangkan di sisi kanan liontin hati, terpampang sebuah foto yang baru saja ia pasang semalam, Pemuda berambut pirang, bermata spire dengan senyum sejuk yang mengembang. 'Naruto-kun…'
Sampai kapan pun, pemuda itu selalu punya ruang di hatinya. Dari awal berjumpa dan berkenalan, anak Namikaze itu sudah menarik perhatian Hinata. Dan sekarang, dia benar-benar mencuri hati gadis itu.
Hinata menutup kembali liontinnya, kemudian menciumnya. Menutup mata, mencoba menikmati hembusan angin yang tertiup pelan. Sunyi, mm… kemana suara gaduh siswa siswi KHS. Kenapa tidak terdengar lagi? Apa bel masuknya sudah berbunyi?
"Hinata-chan!"
Panggilan itu menyadarkan Hinata. Dia segera membuka matanya. Dan yang pertama dia lihat adalah Naruto yang berdiri di depannya dengan senyum yang mengembang.
"N-naruto-kun?" Hinata sempat merona sedikit, karena ia baru saja memikirkan pemuda itu.
"Kenapa kau masih di sini? Bel-nya sudah berbunyi loh Hinata-chan. Ayo kita ke kelas!" ajak Naruto seraya mengulurkan tangannya.
"I-iya" Hinata mengangguk, lalu meraih tangan Naruto.
*#~SasuSaku~#*
Sakura berjalan di koridor sekolah yang mulai sepi, bel sudah berbunyi, tentu saja semua siswa sudah duduk manis di kelasnya masing-masing. Yah kecuali dia dan beberapa siswa yang mempunyai urusan lain.
Suara derap langkahnya yang malas terdengar sepanjang perjalannanya di koridor. Sakura berjalan seraya menunduk, entah apa yang berada di pikirannya itu. Mendadak ia mendengar suara langkah lain di depannya, membuatnya mendongak dan melihat sosok pemuda berseragam KHS berjalan menujunya.
Seketika itu Sakura memasang wajah cemberut begitu sadar pemuda berkacamata itu adalah Sasuke. Sedangkan Sasuke masih berjalan santai dan memasang wajah datar tanpa memperdulikan tatapan kesal Sakura. hingga pemuda itu berhenti di depan Sakura.
Satu hal yang ingin ditanyakan Sasuke sebenarnya tentang keberadaan Naruto, tapi entah kenapa bibirnya berucap lain saat melihat wajah Sakura yang terlihat kusut.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?"
Sakura tidak menjawab, gadis itu malah membuang muka ke arah lain. "Huh!"
Alis Sasuke terangkat satu. 'Gadis aneh ini sedang kerasukan apa?' pikirnya. Tidak ingin menghabiskan waktu dengan keheningan yang mulai melanda mereka berdua, Sasuke hendak berjalan melewati Sakura. andai saja Sakura tidak mengatakan satu hal yang membuat Sasuke menghentikan langkahnya.
"Kenapa kau tidak memberitahukan aku?"
Sasuke menoleh, melihat Sakura menunduk. "Tentang apa?"
"Kenapa kau tidak bilang saja kalau kalung yang kau beli itu untuk Hinata?" kali ini suara Sakura naik satu oktaf seraya menatap mata onyx Sasuke dibalik kacamata.
Sasuke berbalik menghadap Sakura. "Bukannya sudah kubilang. Itu untuk teman perempuanku"
"Tapi kenapa tidak langsung kau sebut saja nama Hinata!"
"Menurutku itu tidak perlu" ujar Sasuke datar.
"Tidak perlu katamu!"
"Hn" Sasuke tetap saja berujar dengan nada datar. Jika ia tidak melihat kedua tangan Sakura yang mengepal menahan marah."Hey, kau tak perlu kesal begitu. Aku kan juga sudah menyuruhmu mengambil gelang. Tapi kau malah menolaknya"
Perkataan Sasuke yang santai dan tidak tersirat penyesalan, sama sekali tidak membantu Sakura. gadis bertopi merah itu semakin kesal. 'Seandainya aku tahu kalung itu untuk Hinata. Aku pasti akan memborong semua barang di toko itu!' batin Sakura kesal.
Seringai Sasuke muncul begitu sadar apa yang sudah membuat gadis di depannya itu mengeluarakan asap dari atas kepalanya saking kesalnya. Pemuda berambut raven itu mendekati wajah Sakura, hingga jarak hidung keduannya hanya beberapa inci saja, tanpa menghilangkan seringai kecil Sasuke.
"Kau tahu? Sikapmu ini seperti sedang cemburu dengan pacarmu sendiri"
'Blush!' wajah kesal Sakura seketika terganti dengan warna merah bagai kepiting rebus. Tidak terima digoda seperti itu, kebiasaan Sakura pun muncul kembali.
"Aw!" pekik Sasuke meringis, merasakan kakinya yang nyeri karena injakkan Sakura.
"Rasakan itu!" Sakura membuang mukanya ke arah lain, menyembunyikan rona merah yang enggan meninggalkan wajahnya.
Sasuke mendelik. 'Dasar monster!' batinnya.
"Kyaaa!"
'GUBRAAK!'
Sasuke dan Sakura saling memandang, memberikan tatapan heran ketika mendengar suara 'benda' jatuh yang berasal dari bawah tangga bersamaan dengan teriakan gadis yang begitu familiar bagi mereka.
*#~o0o~#*
Naruto terus menggandeng tangan Hinata tanpa memperdulikan wajah gadis Hyuuga itu yang sudah memerah seperti mobil pemadam kebakaran. Dan ketika mereka naik tangga sekolah menuju lantai dua tempat kelas mereka berada, kejadian yang tidak diduga akan terjadi.
Baru lima anak tangga yang mereka lewati, bunyi getaran ponsel Naruto menghentikan langkah keduanya. Naruto segera mengambil ponselnya di saku celana.
'Shikamaru calling'
"Ya Shika?"
"Oi Naruto. Kau dimana sekarang?"
"Aku di–"
"Bisa kita ketemu sebentar. Ada yang ingin kubicarakan denganmu"
"Apa itu penting?"
"Hoaem… Ya, penting sekali"
Naruto melirik Hinata di sampingnya sekilas. "Tapi ini kan jam pelajaran masuk. Ini aja aku mau pergi ke kelas"
"Oh Ayolah Naruto. Hanya sebentar, mungkin sepuluh menit sudah kelar" bujuk Shikamaru
"N-naruto-kun. Aku bisa ke kelas sendiri kok" ujar Hinata yang mendengar sedikit suara Shikamaru dari ponsel Naruto.
Naruto menatap Hinata. "Benar? Tak apa-apa?"
Hinata terkekeh kecil. "A-aku bukan anak kecil lagi N-naruto-kun."
Naruto menggaruk belakang kepalanya. "Hehehe, iyaya. Aku selalu melupakan hal itu"
Dan setelah Naruto mengiyakan ajakan Shikamaru, ia berbalik turun tangga. Sementara Hinata juga berbalik untuk melihat punggung dan kepala berambut pirang itu.
"T-tunggu!" seruan Hinata menghentikan langkah Naruto yang sudah berada di lantai dasar.
Naruto berbalik ke arah Hinata yang masih berdiri di anak tangga ke lima dari bawah. "Yah Hinata? Ada apa?"
Hinata menunduk malu seraya memainkan kedua jari telunjuknya. "Em… i-itu… a-ano…" kegugupan kembali melanda Hinata. Padahal dia hanya ingin sekedar mengucapkan terimakasih, meskipun gadis itu sendiri bingung, terimakasih untuk apa?
Naruto berdiri dan terus mendongak melihat Hinata. Menunggu dengan sabar apa yang selanjutnya dikatakan gadis itu. Hingga akhirnya Hinata menyerah untuk tidak mengatakan apa pun karena lidahnya yang kaku. Semakin menunduk dan menyesali kegugupannya, Hinata mencoba berjalan tanpa sadar dia masih berdiri di tangga, mungkin karena pikirannya melayang. Sehingga gadis itu melakukan tindakan ceroboh, yang mengakibatkan keseimbangannya goyah dan akhirnya ia terjatuh…
"Kyaaa!"
Naruto yang berada di bawah, dengan reflex mencoba untuk menangkap tubuh Hinata. Tapi yah, namanya juga hanya usaha yang belum tentu akan mendapatkan hasil yang diinginkan.
'Gubraak!'
Naruto merasakan kesakitan di sepanjang punggungnya yang berbenturan dengan lantai keramik sekolah, ditambah lagi dengan berat yang menimpanya di atasnya. Tapi ada satu hal yang membuatnya menjanggal. Gelap. Ada sesuatu benda yang…. 'empuk' dan menghalangi wajahnya.
Sasuke dan Sakura segera turun tangga mencari tahu sumber suara yang lumayan gaduh sesaat. Mendadak keduanya terpaku begitu melihat dua siswa KHS tertidur di atas lantai dengan posisi yang err– tidak pantas dilihat oleh anak kecil. Gimana tidak? pemuda berambut pirang itu terlentang di atas lantai, sementara gadis berambut indigo itu menindihnya dengan kedua dadanya mendarat di err– wajah si pemuda.
Sakura merona, sementara Sasuke mulai berkomentar. "Hm. Aku tidak pernah seberuntung itu"
Hentakan kaki Sakura yang ditujukan pada kaki Sasuke mendarat di lantai tangga karena Sasuke dengan sigap mengangkat satu kakinya untuk menghindar. Mana mungkin dia menerima serangan sama untuk beberapa kali lagi bukan?
Hinata yang mendengar suara hentakan kaki Sakura di atas tangga, mulai tersadar dengan apa yang baru saja terjadi, ia segera duduk lalu menatap Naruto yang berada di bawahnya. Hinata langsung merona seraya menyilangkan kedua tangannya di dadanya dan segera berdiri.
Perlu loading lama bagi Naruto untuk menyadarinya. 'Jatuh…. Empuk…. Hinata-chan…. Jangan-jangan….'
'Blush!' warna merah yang menjalar di wajah Naruto tidak kalah dengan wajah Hinata. Butuh sekuat tenaga yang dikeluarkan pemuda itu agar cairan merah tidak keluar dari hidungnya.
Sementara Hinata, mengumpulkan semua tenaganya untuk segera lari ke kamar kecil terdekat, sebelum ia pingsan di tempat. Meninggalkan Naruto yang melongo dengan wajah merah bagai tomat.
Naruto mencoba berdiri, dan Sasuke pun segera menghampirinya diikuti oleh Sakura.
"Hey, Gimana rasanya?" tanya Sasuke iseng berbisik di telinga Naruto.
"TEMEE!" wajah Naruto semakin memerah akibat malu sekaligus kesal.
Sakura hanya memutar bola matanya bosan. "Dasar anak laki-laki!"
Naruto merapikan pakaiannya yang mulai berantakan karena insiden tadi. Sementara Sakura mulai sibuk mengomeli Naruto.
"Naruto! Kau itu apa-apaan sih!"
"Aku kan sudah bilang Saku-chan. Kalau itu tadi Tidak disengaja! Ti-dak-se-nga-ja!"
"Tapi kan tetap saja kamu yang salah!" Sakura tetap ngotot
"Sudahlah. Tadi itu hanya kecelakaan saja" Sasuke menimpali.
Naruto melirik Sasuke "Tumben kau belain aku".
Sakura mendengus kesal. "Ternyata semua anak laki-laki itu Mesum yah"
"HEI!" Naruto dan Sasuke yang tidak terima mendelik pada Sakura. Gadis itu malah tertawa ringan melihat reaksi kedua temannya.
Sasuke menghela nafas, lalu berbalik. "Ayo, kita pergi!" ajaknya.
"Oi Teme! kelasnya di atas!" Naruto menunjuk arah tangga karena melihat Sasuke berjalan ke arah berlawanan.
Sasuke menoleh. "Siapa bilang kita akan ke kelas?"
"Lalu? Kau mau mengajak kami ke mana?" Sakura memiringkan kepalanya kesamping.
"Sudah saatnya kan, kita memulai penyelidikannya."

~~TBC~~

0 komentar:

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut