DILEMA CINTA DIANTARA SAHABAT PART 18

Senin, 24 Desember 2012
Dilema Cinta Diantara Sahabat
By Sayaka Dini-chan
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Pairing: NaruHinaSasuSakuNaru (tentang cinta segi empat) & GaaraShionNaru
Warning: AU, OOC, GAJE!

Summary: "Kyaaa! Lepaskan aku Sasuke-kun!" seru Sakura."Kembalikan dulu kacamataku Sakura." Pinta Sasuke. "A-aku juga menyayangimu Naruto-kun" Hinata tersenyum. "Terimakasih Hinata-chan"

AKU MENYAYANGIMU PART 2

Chapter 18

Naruto dan Hinata sekarang berada di salah satu kabin kincir angin yang hanya di isi oleh mereka berdua. Awalnya kincir bergerak pelan ke atas, seperti biasa, lambat laun mereka semakin melihat luasnya pemandangan indah, bermula dari luasnya Disneyland, hingga gedung-gedung menjulang di kota, gedung sekolah KHS pun terlihat. Sampai mata Hinata melihat wilayah yang akhir-akhir ini sangat menakutkan baginya, pepohonan yang meliputi hutan Oto.
"Jangan melihat yang itu" pinta Naruto membuat Hinata terhenyak.
Mata lavender itu mengalihkan pandangannya pada Naruto yang duduk di sampingnya.
"Aku mengajakmu kesini agar kau senang, bukan untuk mengingat 'kejadian itu',"
"I-iya, aku tau." Hinata menunduk.
"Hey hey Hinata-chan, jangan murung begitu. Bukan maksudku unt– Eh?" Naruto sedikit terhenyak begitu sadar kabin yang mereka naikki tidak 'melayang' lagi, melainkan…
"Berhenti?" Hinata memperhatikan pemandangan luar melalui kaca kabin yang tidak lagi bergerak.
"Wah… sepertinya ada kesalahan tekhnis tuh" simpul Naruto yang berusaha menyembunyikan tawanya melihat wajah bingung Hinata.
"T-tapi i-itu tidak mungkin Naruto-kun. Wahana disini kan tidak pernah rusak."
"Kau lupa Hinata-chan? Manusia itu tidak pernah sempurna. Mungkin petugasnya sedikit teledor" ujar Naruto berpura-pura memasang wajah berpikir. Pintar sekali dia berakting, padahal dia sendiri yang menyuruh petugas wahana kincir angin ini untuk berhenti sesaat ketika kabin yang dia naiki sudah mencapai puncak.
"J-jadi bagaimana nih Naruto-kun?" Hinata mulai panic.
"Tenang saja, petugasnya pasti akan memperbaiki kerusakaannya"
"Kira-kira beberapa lama?"
"Hmm…. Mungkin setengah jam atau lebih"
"Hah? I-itu kan lama sekali"
"Kau tak perlu khawatir begitu Hinata-chan. Aku kan ada di sini" Naruto tersenyum tiga jari.
Hinata merona. "I-iya. Kau benar Naruto-kun" dan gadis pemalu itu kembali menunduk.
Hening sesaat… Hinata canggung, sedangkan Naruto mendadak bingung, dari mana dia harus memulai pembicaraan. 'Aaarghh! Kenapa aku jadi grogi begini' batin Naruto. Ingin rasanya dia memukul dirinya sendiri.
Hinata kembali memandang keluar, mata lavendernya lagi-lagi melihat Hutan Oto dari kejauhan. Dan kejadian tragis beberapa hari lalu teringat kembali, membayangi pikiran Hinata. "Tempat itu…. Menakutkan.." guman Hinata lirih.
Naruto menoleh. Melihat wajah Hinata yang sedih, lalu mata samudranya mengikuti arah pandangan Hinata. Hutan Oto. Naruto pun tahu apa yang dipirkikan Hinata. Tangan kekarnya lalu menggenggam tangan Hinata. "Hinata-chan…"
Hinata tersadar dari ingatan menyedihkannya, ia pun menoleh ke arah Naruto. Lavender bertemu Samudra. Lembut bertemu Sejuk.
"Jangan takut. Bukannya Aku sudah berjanji akan selalu melindungimu. Jadi jangan memasang wajah seperti itu" pinta Naruto dengan nada memohon.
"N-Naruto-kun, A-aku hanya mem–"
"Aku mengkhawatirkanmu Hinata-chan. Sangat mengKhawatirkanmu" potong Naruto.
Hinata terdiam seketika. Ia melihat keseriusan di wajah Naruto. Mau tak mau Hinata kembali merona.
"Kau tau? Aku sangat menyesal karena tak bisa melindungimu saat itu. Aku sungguh bodoh. Seharusnya aku tidak menyerahkanmu begitu saja pada Kiba saat penjahat itu mengejar kita. Seharusnya aku selalu berada disampingmu, membantu Kiba untuk melindungimu. Dan seharusnya aku tidak mengusulkan untuk berpencar. Bodohnya diriku. Aku benar-benar tidak berguna saat itu."
"N-Naruto-kun jangan bicara seperti itu!"
"Aku takut Hinata-chan. Saat melihatmu terluka, kepalamu berdarah dihadapanku, kau tidak sadarkan diri saat itu. Kau benar-benar membuatku takut Hinata-chan."
"I-itu hanya kar–"
"Aku sangat takut kehilangan dirimu"
Hinata terpaku, kali ini dia tidak bisa berkata apapun. Naruto semakin mempererat genggaman tangan kanannya pada tangan kiri Hinata.
"Aku sama saja mati jika aku karus kehilangan sosokmu. Karena itu Hinata-chan… Aku…" mata samudra itu terus menatap mata Hinata, berusaha meyakinkannya.
"…" Hinata terdiam.
"Aku ingin kau selalu ada disampingku Hinata-chan"
~~Hinata's POV~~
Apa maksud ucapanmu itu Naruto-kun? Kenapa kau mengeluarkan kata-kata ambigu begitu? Apa mungkin kau ingin aku menjadi….
Tidak! itu tidak mungkin!
Lalu apa artinya ini semua? Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau membuat aku terpaku dengan tatapan matamu yang sesejuk samudra itu.
Eh? N-naruto-kun?
Kurasa wajahku sudah sangat memanas melihat wajah Naruto-kun semakin dekat denganku. Apa yang ingin kau lakukan? M-mau… M-me… menciumku?
Ah tidak!
Aku menutup mataku karena malu. Sungguh, kau benar-benar membuatku malu Naruto-kun.
Meskipun hal ini juga yang aku inginkan. Hubungan bersamamu melebihi dari sekedar teman, lebih erat dari sahabat. Yah… persahabatan kita.
Tunggu. Tapi jika aku melakukan hal ini dengan Naruto-kun, ini sama saja mengotori persahabatan kita bertiga selama lebih dari tiga tahun.
Tidak!
Aku tidak boleh egois!
Aku tidak ingin melukai perasaan orang lain!
Ini tidak boleh terjadi!

~~End Hinata's POV~~

Naruto mendekatkan wajahnya dengan wajah Hinata. Gadis itu merona, lalu menutup matanya.
Hingga beberapa inci lagi, Naruto juga menutup matanya dan memiringkan sedikit kepalanya ke samping agar 'akses'nya lebih mudah. Bibir keduanya pun hampir bersentuhan, jika saja Hinata tidak memalingkan wajahnya. Sehingga bibir Naruto hanya menyentuh pipi mulus Hinata.
Selang beberapa detik, Naruto membuka matanya karena merasa ada yang aneh. Dan dugaan pemuda itu benar, hanya sekedar mencium pipi. Naruto pun sadar, ia langsung menjauhkan wajahnya pada Hinata.
"Eh, H-hinata-chan. Maafkan aku. Kau marah ya?" Tanya Naruto hati-hati, karena dia hampir saja berbuat lancang.
"Tidak kok Naruto-kun" jawab Hinata pelan, wajahnya masih menunduk seperti menyimpan sebuah penyesalan. Dan itu sama sekali tidak membantu Naruto yang merasa sangat bersalah.
"Aku yang salah" guman Naruto lirih seraya menunduk. Membuat Hinata menoleh, dan kali ini Hinata lah yang merasa bersalah.
"B-bukan begitu Naruto-kun"
"Tidak Hinata-chan. Aku yang salah" Naruto kembali melihat mata lavender Hinata. "Aku salah karena terlalu menyayangimu"
Hinata hanya bisa diam, ketika mata samudra itu dengan serius menatap kearahnya.
"Hinata-chan. Aku…."
'Tidak!' teriak Hinata dalam hati. Melihat reaksi Naruto yang sangat serius itu, Hinata tahu apa yang ingin dikatakan pemuda itu. 'Aku mohon Naruto-kun. Jangan katakan hal itu! Meskipun dari dulu aku ingin sekali kau mengatakan hal itu. Tapi Kali ini, aku mohon jangan katakan itu.' Pinta Hinata dalam hati, berharap doanya terkabul, tapi sayangnya tidak.
"Aku mencin–"
"Naruto-kun!" potong Hinata cepat, sebelum Naruto menyelesaikan kata-katanya.
Naruto menatap Hinata heran karena reaksi Hinata yang memotong perkataannya. "Ada apa Hinata-chan?"
"A..a-aku…" Hinata mengantung kata-katanya, sebelum berkata. "A-aku juga menyayangimu Naruto-kun" Hinata tersenyum. Gadis itu segera melanjutkan perkataannya tanpa mempersilahkan Naruto yang ingin bertanya lagi. "Aku juga menyayangi Sakura, Kiba-kun, Sasuke, dan yang lainnya"
"Tapi Hinata-chan, maksudku bukan begitu"
"Aku sangat senang mempunyai teman seperti kalian, terutama dirimu yang sudah menjadi sahabat terbaikku selama ini. Itu semua sudah cukup membuat aku bahagia. K-karena itu Naruto-kun… Aku mohon… biarkan persahabatan ini berjalan dengan sempurna."
"Tapi Hinata-chan. Tak bisakah kita menjalani sebuah hubungan yang melebihi sekedar sahabat?"
"Naruto-kun. Hubungan Persahabatan itu sangat istimewa, melibihi hubungan lainnya. Kau tau maksudku kan?"
Naruto berpikir sejenak, sebelum ia kembali tersenyum. "Ya. kau benar Hinata-chan. Karena Persabatan itu seperti keluarga. Dan hubungan persahabatan tidak pernah putus. Benar kan?"
Hinata mengangguk seraya tersenyum.
"Terimakasih Hinata-chan"
"eh? untuk apa?"
"Karena kau sudah menjadi sahabat terbaikku"
Keduanya lalu tertawa, tawa bahagia karena keduanya masih menjalani hubungan dengan baik. Meskipun dalam lubuk hati keduanya menyimpan sebuah perasaan kecewa. Kecewa karena hubungan ini tidak bisa lebih jauh dan dalam lagi.

*#~o0o~#*

Sakura duduk sendirian di depan sebuah meja dalam café –masih di Disneyland- . Dia mengaduk-ngaduk lemon nya dengan bosan. Seperti menunggu seseorang. Tapi nyatanya tidak. gadis itu sengaja duduk sendirian karena mengintai tiga orang yang menurutnya mencurigakan. Yeah. Ini sudah lebih dari jam 12 siang, artinya Sakura harus mencari penjahat pengedar 'benda terlarang' sendirian tanpa bantuan Sasuke.
Dua pemuda dan satu pria paruh baya sedang duduk bersebrangan dengan meja Sakura. Sakura juga memasang headset di kedua telinganya, seperti sedang mendengarkan music. Nyatanya kupingnya secara baik mendengar semua pembicaraan 'targetnya'.
"Kenapa harganya naik Zabusa?" Tanya pemuda berambut hitam model mangkok pada pria paruh baya di depannya.
"Ini beda dari biasanya Lee. Bahannya dari tanaman segar di Negeri tropis. Jadi harganya lebih mahal." Jawab pria paruh baya a.k.a Zabusa
"Mmm… Negeri tropis yang mana?" Tanya Pemuda berambut hitam spike berkacamata hitam yang duduk di samping Lee.
"Indonesia. Dijamin, Ini lebih nikmat dan segar dari rasanya" jawab Zabusa seraya menyodorkan satu kantong hitam kecil pada dua pemuda di hadapannya. Sakura yang melihat kejadian ini pun semakin yakin dengan dugaannya.
Lee mengambil kantong itu seraya mengintip isinya, kemudian dia tersenyum lalu menyerahkannya pada teman di sampingnya. "Ok. Kami membeli ini. Shino, tolong berikan uangnya" pinta Lee pada temannya.
"hn" Shino memasukkan tangannya di balik jaket hitamnya yang tebal, tapi sebelum dia mengeluarkan sesuatu. Sakura sudah berdiri di samping meja mereka.
"Boleh aku gabung" ujar Sakura.
Zabusa, Lee, dan Shino sempat terkejut dengan kedatangan Sakura.
"Siapa kau?" Tanya Zabusa tajam.
"Namaku Nina. Sebenarnya sejak tadi aku ke sini mencari kalian" jawab Sakura.
"Ada keperluan apa?" Tanya Zabusa masih dengan nada sinis.
"Begini, aku mau membeli 'bendanya' dari kalian. Aku tau disini ada yang jual dari temanku. Jadi… bolehkah aku membelinya" Sakura berusaha bersikap sewajarnya, meskipun hatinya merasa takut ketahuan identitasnya.
"Oh begitu yah. Bagus, aku punya pelanggan baru. Fu fu fu" Zabusa tertawa licik.
"Maaf mengganggu kesenanganmu Zabusa, tapi kami ingin segera menyelesaikan ini semua" ujar Lee tajam. Dan tiba-tiba kejadian yang tidak di bayangkan Sakura pun terjadi.
Sakura hanya bisa berdiri mematung ketika sebuah benda keras nan dingin menempel di dahinya. Bersamaan dengan seruan Lee. "Jangan bergerak!"
Semua pengunjung Café terkejut tiga orang saling mengacungkan senjata api ke dahi seseorang. Shino mengacungkan pistol di dada Zabusa, Zabusa mengacungkan pisau kecil di leher Lee, Lee mengacungkan pistol di dahi Sakura. dan hanya Zabusa yang masih tersenyum licik.
"Jadi.. siapa sebenarnya kalian? Lee? Shino? Saingan ku? Atau detektif?" Tanya Zabusa masih mempertahankan posisinya.
"Dugaan yang kedua benar. Kami cadangan anbu konoha" jawab Shino.
"Hmm. Begitu yah. Menyamar menjadi pelanggan setiaku selama hampir satu bulan. Tak kusangka, kalian detektif muda" ujar Zabusa.
"Yosh! Kami memang hebat" Lee masih sempat bersemangat, tak peduli masih ada pisau dekat lehernya. "Tapi.. aku tak menyangka, hari ini kita mendapatkan si 'pembeli' yang ternyata gadis cantik" ujar Lee seraya melirik Sakura yang sudah berkeringat dingin.
"Em… sebenarnya aku juga cadangan anbu" ngaku Sakura seraya tersenyum canggung.
"Benarkah? Aku baru melihatmu" Shino meragukan.
"I-ya. aku baru. Itu loh, patner Sasuke-kun" jelas Sakura.
"Tak peduli kau pembeli atau anbu. Yang jelas kalian semua akan mati" ujar Zabusa tajam.
"Hey, lihat dirimu Zabusa. Kau sendirian" ujar Lee merehmekan.
"Heh. Kau tidak sadar kalau aku tak pernah bekerja sendirian" ucapan Zabusa kali ini tak perlu diragukan. Karena sedetik kemudian, delapan orang yang menjadi pembeli di dalam café itu langsung mengacungkan senjata pada Lee, Shino, Zabusa, dan Sakura yang masih saling mengacungkan senjata. "Lihat. Kami yang menang" senyum Zabusa licik.
Sakura meneguk ludahnya. 'sial. Kenapa bisa jadi begini? Mana Sasuke-kun di saat dibutuhkan seperti ini' batin Sakura. apaboleh buat, Sakura harus menyelamatkan diri. "A-aku kan hanya gadis biasa. Tolong biarkan aku bebas" Sakura memasang wajah memelas pada Lee yang masih menempelkan pistol di dahi Sakura.
"Hey. Kau tadi bilang kau adalah anbu, sekarang gadis biasa, kau mau menipu kami?" oceh Shino.
"Lagian, kalian tadi tidak percaya padaku"
"huh! Dasar perempuan. Mau cari selam- Akh!" belum sempat Zabusa melanjutkan bicaranya, ia dikagetkan dengan tendangan salto dari Sakura (juara karate siswi tingakat SMA) pada lengan Zabusa. Gerakan Sakura sama sekali tidak dihalangi Lee, rupanya pria itu sudah percaya semenjak Sakura menyebutkan nama Sasuke.
Pisau yang dipegang Zabusa terlempar ke atas, Sakura langsung memberikan pukulan pada perut Zabusa hingga terpental. Sementara Lee dan Shino tidak menyianyikan kesempatan tadi, mereka dengan handal menembak beberapa kaki penjahat sebelum delapan penjahat tadi menembaki mereka bertiga.
Zabusa masih sempat berdiri, pria itu meraih pisaunya yang terjatuh di lantai lalu berlari keluar café. Sakura melihatnya, langsung ingin mengejar, tapi dia dikagetkan dengan suara tembakan ke arahnya dari anak buah Zabusa, untung gadis itu segera menghindar. Lee langsung menembak tangan penjahat yang hampir menembak Sakura kembali.
"Kejar Dia! Kami yang urus di sini" seru Lee di balik meja yang sudah di balik separuh. Sakura mengangguk dan langsung mengambil langkah seribu. Suara perang tembakan terdengar dari dalam café, membuat pengunjung di luar café histeris.
Mata emerald Sakura dari jauh menangkap sosok Zabusa yang lari di tengah kerumunan orang. Sakura pun berlari mengikutinya. "Hey! Tunggu! Jangan Lari Kau!" seru Sakura yang dipastikan tidak akan menghambat larinya Zabusa.
Mungkin karena ramainya orang di Disneyland Konoha dan takutnya akan disusul oleh lari kencangnya Sakura. tak sengaja Zabusa menabrak sebesar.
"Akh!" pekik gadis yang ditabrak Zabusa hingga terjatuh.
'ini kesempatan' pikir Sakura yang melihat Zabusa dari kejauhan. Tapi langkahnya tertahan begitu melihat siapa yang ditabrak Zabusa. Gadis berambut Indigo. 'Hinata?'
Bukannya menyusul Zabusa, Sakura yang panic sendiri karean takut kelihatan Hinata, apa lagi saat ia melihat Naruto berdiri tak jauh dari sana. Sakura langsung sembunyi di balik semak-semak.
Zabusa karena ketakutan yang berpikir masih dikejar. Langsung menarik Hinata, dan merangkulnya dari belakang seraya mengacungkan pisaunya di leher Hinata. "Jangan mendekat! Atau lehernya akan putus!" ancam Zabusa seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari Sakura.
'Sial! Kenapa harus Hinata yang jadi sandranya?' gerutu Sakura dari semak-semak sekitar 10 meter dari Zabusa dan Hinata.
"Lepaskan Dia!" seru Naruto marah. Awalnya ia terkejut, karena Hinata yang berjalan di belakangnya, mendadak disandra Zabusa.
Zabusa menoleh. "Heh. Kau mau apa bocah?" nada Zabusa meremehkan, seraya memperdekat ujung mata pisau pada leher jenjang Hinata.
'Gawat! Apa aku harus kesana? Atau serahkan pada Naruto saja yah?' pikir Sakura masih di tempat persembunyian. Sebenarnya dia mau kesana, tapi mengingat penampilannya yang berbeda dari biasanya, ia malu.
Beberapa orang ketakutan melihat Hinata yang disandra Zabusa, para petugas keamanan pun belum datang. Mungkin mereka sibuk dengan café yang dipenuhi suara tembakan.
"Akh!" rintih Hinata.
Naruto semakin geram melihat setetes darah mengotori leher Hinata. "Kurang ajar Kau!"
Zabusa terkejut begitu melihat Naruto berlari ke arahnya. Zabusa pun mengarahakan mata pisau pada Naruto yang mendekat. Dengan amarah yang memuncak, Naruto menahan pisau Zabusa, tak peduli sela-sela tangan kiri antara jari telunjuk dan tengah berdarah karena goresan pisau. Sementara tangan kanan Naruto menarik Hinata dari Zabusa ke dalam pelukannya. Lalu tanpa ba-bi-bu lagi, Naruto menendang ulu hati Zabusa hingga terpental beberapa meter.
Sebelum Zabusa bangkit kembali, tiga petugas keamanan wahana yang datang telat sudah menahannya, tak peduli dengan Zabusa yang memberontak.
"Hinata-chan. Kau tak apa-apa?" Tanya Naruto khawatir seraya memegang kedua pundak Hinata.
"Bodoh! Hikz… T-tanganmu sendiri b-berdarah Naruto-kun?" Hinata tak kuat untuk menangis.
"Hehehe… tak apa, hanya luka biasa. Yang penting kan kau selamat" Naruto masih sempat tersenyum tiga jari pada Hinata.
"Dasar!"
"Huf. Syukurlah mereka selamat" guman Sakura dari kejauhan.
"Sakura? apa yang kau lakuakan disitu?" suara berat yang familiar terdengar dari belakang Sakura.
Sakura menoleh. "Sasuke-kun! Kau dari mana saj- hey! Kau beli itu dimana?" Tanya Sakura begitu melihat Sasuke.
"Aku beli jaket ini di toko terdekat" jawab Sasuke yang sudah menggenakan jaket putih yang menyelimuti kaos hitamnya.
"Bukan jaketmu. Tapi yang kau bawa itu!" tunjuk Sakura pada es krim kerucut berwarna merah yang dipegang Sasuke.
"oh ini" Sasuke menjilati es krimnya sesaat. "Kebetulan aku tadi lewat di depan kedai es krim, karena haus makanya aku beli"
"Itu rasa apa?"
"Maunya sih tomat. Tapi karena tak ada. Aku memilih yang warna merah, Strawberry"
"Wah. Kesukaanku!"
Sasuke hanya bisa melongo, ketika Sakura mengambil (baca: merampas) es krim Sasuke lalu menjilatinya. "Em.. enak. Terima kasih yah Sasuke-kun" ujarnya seraya menepuk pundak Sasuke.
"Dasar! Aku kan tidak membelikanmu" keluh Sasuke tidak diindahkan oleh Sakura yang asik menjilati 'sisa' es krim Sasuke.

*#~o0o~#*

"Kenapa kita singgah di sini?" Tanya Sakura heran saat melihat toko khusus perempuan di hadapannya.
"Sebelum kita pulang, ada sesuatu yang ingin kubeli" jawab Sasuke seraya masuk ke toko yang di dominasi berwarna merah muda. Sakura hanya mengekor dari belakang.
"Kau mau membeli benda-benda perempuan?" Sakura mengerutkan dahinya.
"hn. Tapi bukan untukku"
"Lalu untuk siapa?"
"Teman perempuan"
"Pacarmu?"
Sasuke menggeleng. Mendadak Sakura tersenyum geli.
"Untukku?"
"Bukan"
Sakura langsung menggembungkan pipinya. "Lalu untuk apa kau mengajakku?"
"Kau kan perempuan, aku ingin meminta pendapatmu"
"Oo…" Sakura terlihat berpikir sebentar. "Bagaimana kalau boneka? Perempuan kan identik dengan boneka" usul Sakura.
"Terlalu pasaran. Lagipula aku mau hadiah yang bisa dia pakai setiap hari" ujar Sasuke.
"Kalau begitu kasi dia cincin, gelang, atau kalung?" kali ini usul Sakura membuat Sasuke tersenyum tipis.
"Ide bagus"
Mereka berdua pergi ke rak yang berisi perhiasaan gadis. Beberapa model dan warna terlihat di sana. Setelah beberapa detik melihat, Sakura langsung tertarik dengan gelang berwarna merah muda berhiasan motif bunga Sakura yang masih dibungkus, ia pun mengambilnya.
"Sakura" panggil Sasuke.
"ya" Sakura menoleh melihat Sasuke mengacungkan kalung dengan liontin berbentuk hati.
"Bagaimana dengan ini?"
"sederhana" komentar Sakura.
"Hn, tapi didalam liontin ini bisa disimpan dua foto orang sekaligus" ujar Sasuke seraya membaca keterangan di bungkusannya.
"Maksudmu, liontin hatinya bisa dibuka, dan memperlihatkan foto di dua sisi di dalamnya?" Tanya Sakura memastikan.
"hn. Dengan begitu, orang yang memakainya selalu mengingat seseorang di dalam foto itu." Sasuke mengangguk.
"Wah. Itu bagus"
"Hn. Aku akan membungkusnya" ujar Sasuke seraya berbalik, tapi dia berhenti sejenak. "Oh ya Sakura, kalau kau suka dengan gelang itu, ambil saja" pesan Sasuke yang membuat Sakura merona malu.
'Aku ambil gelang ini gak yah? Akh! Rasanya tidak enak, aku kan sudah diajak jalan-jalan ke Disneyland Konoha, dibelikan es krim –meskipun tidak langsung–. Masa aku minta dibeliin gelang lagi, yah meskipun dia menawarkan, tapi tetap saja dimana harga diriku. Aku kan hanya temannya. lagipula, kalung tadi untuk siapa yah? Gimana kalau ternyata kalung itu untukku? Idih… kok aku jadi kege-eran gini sih' batin Sakura berteriak malu. Ia lalu mengembalikan gelang ke tempat asal. Tak ingin membenani Sasuke lebih jauh. "Moga keputusanku ini tepat"
Sasuke menyodorkan kalung bawaannya pada seorang kasir. "Bisa masukkan foto ini di dalam liontinnya" pinta Sasuke seraya menyerahkan foto –berukuran kecil– pemuda berambut coklat spike.
"Baik" gadis kasir mengangguk.
"hn, satu lagi. Setelah itu bungkus kan kado dengan warna lavender" tambah Sasuke.

*#~o0o~#*

Hinata memasuki rumahnya dengan perasaan tak enak. Ia bersandar pada pintu rumah setelah menutupnya. Pandangannya menatap langit-langit rumah, menerawang ke masa lalu. Satu tahun yang lalu, tepat saat ia kelas satu SMA.

~~Flashback~~

"Hinata, apa aku salah?" Tanya Sakura mendadak serius.
"Maksudmu Saku-chan?" Tanya Hinata balik tak mengerti dengan ucapan Hinata.
"Kurasa… aku sudah jatuh cinta" guman Sakura seraya menatap langit-langit kamarnya. yeah mereka berdua sedang berada di kamar Sakura.
"B-benarkah?"
"He em. Awalnya aku tidak tau apa itu cinta? Tapi, Ino-neesan memberitahuku. Kalau cinta adalah perasaan yang sangat menyenangkan"
"Lalu?" Hinata menopang dagunya dengan kedua tangannya.
"Kalau kau merasakan sangat bahagia dekat dengan seseorang, dan selalu merindukannya jika kau jauh dengannya, artinya kau sudah jatuh cinta dengannya"
"Begitu ya" Hinata pun ikut menerawang, entah kenapa ia teringat dengan senyuman Naruto yang sukses membuatnya merona. "J-Jadi… dengan siapa kau jatuh cinta?"
"Dengan orang yang sangat salah" guman Sakura lirih.
"K-kenapa kau bicara seperti itu? Memangnya siapa orangnya?"
Sakura menghela nafas, lalu menjawab. "Sama Naruto"
Bumi seakan runtuh dihadapan Hinata begitu mendengarnya. Yah, dia kaget dan sangat hancur.
"Hinata. Apa perlu aku mengungkapkan padanya? Atau dipendam saja?" Tanya Sakura.
"K-kenapa kau berpikiran begitu Sakura?" Hinata berusaha berbicara, meskipun hatinya sangat bergejolak.
"Aku takut, kalau aku mengungkapkannya. Persahabatan kita bertiga akan terganggu. Jadi, apa sebaiknya aku pendam saja yah?" Sakura meminta pendapat Hinata.
Hinata terdiam, ia berpikir sejenak. Sebuah perasaan, akan sangat buruk jika dipendam terus, apalagi perasaan Cinta. Sebuah perasaan suci yang sangat sulit didapatkan. Kita pasti akan menyesal jika tidak sempat mengutarakannya. Tapi jika Hinata menyarankan pada Sakura untuk mengutarakannya, dan ternyata Naruto menerimanya gimana? Pasti persahabatan mereka akan hancur karena Hinata juga menyukai pria itu. Jadi, Hinata memilih jawaban yang egois, dimana semuanya, Sakura maupun Hinata tak akan mengutarakan perasaan mereka. Memendam cinta dan membiarkan persahabatan membahagiakan mereka, walaupun ada lubang dalam hati karena memendam cinta lebih menyakitkan daripada di tolak.
"Hinata. Bagaimana pendapatmu?" Tanya Sakura lagi.
Hinata mencoba tersenyum. "A-aku tidak ingin persahabatan kita hancur"
Sakura diam sejenak, lalu tersenyum kecut. "Yah… Aku juga. Kalau begitu, aku akan memendam perasaanku"
~~End Flashback~~
'Saat itu aku memilih pilihan egois, sekarang aku tidak ingin egois lagi. Maafkan aku… Saku-chan… Naruto-kun…' pikir Hinata, yang tak terasa air matanya terjatuh.
*#~NaruSaku~#*
Naruto menatap tangan kanannya yang diperban oleh Hinata beberapa menit yang lalu. Dia masih merasakan sedikit perih karena obatnya. Tapi sakitnya tangan itu tak sebanding dengan hatinya. Kenapa? Hanya karena mereka bersahabat? Seandainya ia dilahirkan kembali dan tidak bersahabat dengan Hinata, apa dia bisa bersatu dengan Hinata?
'Aarrghh Sial!'
Baru kali ini ia merasa sangat frustasi. Mata samudranya melirik ponsel yang tergeletak di meja belajarnya. Hanya ada satu orang yang bisa menghiburnya saat ini. Ia pun meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang.
"Naruto?"
"Saku-chan, kau ada waktu sebentar?"
"Ada, kebetulan aku baru pula- eh, maksudku ada di rumah. Memangnya kenapa?"
"Aku lagi BeTe Saku-chan. Kau bisa menemaniku sebentar kan?"
"Tumben tuh lagi BeTe"
"Jangan meledekku Saku-chan. Aku kan juga manusia"
"Ok Ok. Jadi kita bertemu dimana?"
*#~SasuHina~#*
Hinata hendak beranjak ke kamarnya jika saja bel rumahnya tidak kembali berbunyi.
'Siapa yah?' batinnya bertanya seraya menuju pintu utama.
Begitu Hinata membuka pintu, ia agak terkejut melihat tamu untuknya.
"Sasuke?"
"Hai Hinata" sapa Sasuke tersenyum tipis.
"Ada perlu apa?"
"Ada yang ingin kubicarakan denganmu, sekaligus ada hadiah untukmu" jawab Sasuke seraya mengacungkan kantong plastik yang berisi sekotak kecil berwarna lavender.

~~TBC~~

0 komentar:

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut