Dilema Cinta Diantara Sahabat
By Sayaka Dini-chan
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Pairing: NaruHinaSasuSakuNaru (tentang cinta segi empat) & GaaraShionNaru
Warning: AU, OOC, GAJE!
Summary:
"Kyaaa! Lepaskan aku Sasuke-kun!" seru Sakura."Kembalikan dulu
kacamataku Sakura." Pinta Sasuke. "A-aku juga menyayangimu Naruto-kun"
Hinata tersenyum. "Terimakasih Hinata-chan"
AKU MENYAYANGIMU PART 1
Chapter 17
"Arigatou…"
"Setelah ini kita mau mencoba wahana apa yah?" Naruto menjilati es krim rasa jeruknya seraya mengedarkan pandangan di sekitarnya.
"Jangan yang menakutkan Naruto-kun" pinta Hinata setelah menjilati es krimnya.
"Yang penting kan seru! Hehehe…"
"Naruto-kun!"
Tawa Naruto berhenti ketika mata birunya menangkap sosok familiar dari kejauhan. Pemuda berambut merah bata membelakanginya seraya menarik gadis berambut kuning.
'Jangan-jangan itu…'
Keramaian orang menutupi sosok dua orang tersebut, tapi Naruto masih bisa melihat kepala pemuda berambut merah itu karena postur tubuh pemuda itu lebih tinggi. Mendadak pemuda itu berhenti dan berbalik sehingga wajahnya terlihat oleh Naruto. 'Gaara!'
Naruto tidak bisa melihat perempuan yang tadi digandeng oleh Gaara karena tertutup oleh keramaian orang. Tapi Naruto dengan jelas melihat gerakan bibir Gaara dan mendengar samar-samar teriakan. 'Shion!'
"Naruto-kun, gimana kalau kita naik it–"
"Hinata-chan!" Naruto mendadak memegang tangan kiri Hinata.
"A-ada apa Naruto-kun?"
"Lari!"
"A-apa?"
*#~o0o~#*
Pemuda berambut merah itu malah mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dia tak menyangka, saat Shion sudah tiba di kedai es krim ini, Naruto dan gadis berambut indigo itu sudah tidak ada di sana. Tapi yang jelas, Gaara maupun Naruto bisa bernafas lega karena tidak bertemu dengan 'si pengganggu'.
"Rambut bata! Ayolah, ambil ini!" pinta Shion lagi. Gaara menoleh ke arah Shion, lalu melirik es krim coklat yang dia sodorkan.
"Shion. Sudah kubilang aku tidak suka es krim" tolak Gaara, tanpa ada niat mengambil es krim di tangan Shion.
Shion mendengus setelah menjilati es krim vanilla yang berada di tangan kirinya. "Ambil saja. Masa' kau menyuruhku menghabiskan dua es krim ini sekaligus"
"Salahmu sendiri beli dua"
"Gaara! Aku kan berniat membelikanmu satu"
"Dari awal aku kan sudah bilang tidak su– hmmh" Gaara tak bisa melanjutkan kata-katanya begitu merasakan kedinginan menjalar di sekitar mulutnya. Mata jadenya melihat Shion tertawa geli di hadapannya.
Rupanya Shion langsung menabrakkan dinginnya puncuk es krim coklat pada mulut Gaara, akibatnya, wajah Gaara yang awalnya bersih dan tampan, jadi terkotori oleh lumuran es krim coklat dari hidungnya hingga tumpah ke dagunya, jadi terlihat seperti…
"Hehehe… Rambut Bata, kau terlihat seperti badut" ledek Shion di sela tawanya, membuat Gaara geram.
"Kauuu! Beraninya…"
"Kabur!"
"Shion! Jangan lari!"
*#~o0o~#*
"Hey! Kalau jalan hati-hati dong!" pinta Sakura yang berdiri di samping Sasuke seraya berkacak pinggang. Tapi Sakura tercengang ketika tau siapa gadis yang baru saja mencari masalah dengannya.
"Aku tidak sengaj– hah! Kalian!" gadis berambut kuning itu yang tak lain adalah Shion menunjuk Sasuke dan Sakura dengan wajah melongo.
"Kau yang waktu itu kan?" Sakura juga menunjuk Shion.
"Yang Di rumah sakit. Kau Temannya Naruto!" seru kedua gadis itu bersamaan seraya saling menunjuk satu sama lain.
"Shion!" suara berat terdengar dari belakang Shion dengan nada marah. Ketiga anak muda berinisial S menoleh, melihat Gaara menghampiri mereka. Selanjutnya yang terjadi, kalian pasti bisa menebaknya.
Sasuke yang melihat Gaara, langsung mendelik tajam memberikan death glare andalannya, begitu pun sebaliknya. Tapi itu hanya sesaat karena Sasuke tertawa kecil mengejek melihat wajah Gaara yang diliputi krim coklat (baca: tumpahan es krim).
"Mana Naruto-kun?" satu pertanyaan awal di keluarkan Shion pada Sakura, yang akan memulai sesuatu buruk diantara mereka.
"Kenapa kau menanyakan Naruto padaku?" suara Sakura sedikit naik satu okta. Entah kenapa pikiran Sakura sekarang teringat kembali saat gadis di depannya itu memeluk Naruto di rumah sakit.
"Kau kan temannya"
Sakura mendengus kesal. "Salah! Lebih tepatnya Aku itu 'Te-man-de-kat-nya'," ujar Sakura dengan penekaan pada dua kata terakhir.
Mendengar cara bicara Sakura, Shion merasa tersinggung. "Memangnya kenapa kalau kau teman dekatnya, Aku bahkan lebih dekat dengan Naruto-kun daripada dirimu!"
"Oh ya! kau tau? Aku lebih lama mengenal Naruto daripada dirimu!"
"Peduli amat! Yang penting Naruto-kun akan menjadi milikku!"
"Enak saja kau bicara seperti itu! Hal itu Tidak akan terjadi!"
"Benarkah? Memangnya kau berani melawanku?"
"Oh! Jadi kau menantangku yah!"
"Iya! Memangnya kenapa! Ayo sini maju kalau berani!" Seru Shion seraya maju satu langkah, sama dengan apa yang dilakukan Sakura.
Sasuke dan Gaara yang diabaikan merasa kecewa plus sweatdrop. Kau tau lah bagaimana perasaanmu, saat dua orang gadis di hadapanmu lagi bertengkar mulut hanya karena seorang pemuda yang tidak ada di antara Sasuke dan Gaara. Yah.. setidaknya Naruto ada di situ, agar kedua pemuda itu dapat 'memberi pelajaran' yang secara tidak langsung Naruto adalah penyebab pertengkaran Sakura dan Shion.
Dan kejadian beberapa detik kemudian, adalah satu hal yang tidak pernah terbayangkan oleh Sasuke dan Gaara…. Yaitu Sakura dan Shion saling menarik rambut lawan satu sama lain atau bisan dibilang saling menjambak rambut seraya melontarkan kata-kata meledek.
"Rasakan ini! Jidat Lebar! Aaakhhh!" seru Shion di sela kegiatan menarik rambut Sakura.
"Aaakhhh! Awas kau Perempuan Centil!" balas Sakura yang juga menarik rambut Shion.
Kejadian ini, sudah pasti menarik perhatian seluruh orang di sekitar mereka. Sasuke dan Gaara pun tidak bisa tinggal diam jika tidak ingin kejadiannya akan lebih parah terjadi.
"Sudah. Lepaskan Dia!" pinta Sasuke yang sekarang berusaha menarik Sakura, karena sepertinya gadis itu keras kepala, maka Sasuke merangkul pinggang Sakura dan menariknya. Begitu pula yang dilakukan Gaara pada Shion.
"Hentikan Shion!" pinta Gaara.
Kedua pemuda itu akhirnya berhasil menjauhkan dua gadis yang mulai keributan itu. Meskipun gadis dalam rangkulannya berusaha memberontak dan saling berseru "Lepaskan aku!"
Dengan gerakan cepat, dan entah bagaimana caranya kedua pemuda anbu itu melakukannya. Mendadak Sakura maupun Shion sudah digendong di bahu kanan Sasuke dan Gaara. Dengan posisi kedua kaki hingga pinggul gadis berada di depan tubuh si pemuda, dan sebagian tubuhnya lagi hingga kepala berada di punggung si pemuda. Anda bisa membayangkannya? Yah seperti membopong kayu, bedanya ini manusia.
Sasuke menggendong Sakura seraya berjalan menjauhi tempat itu, begitu pula Gaara yang menggendong Shion tuk mengambil jalan yang berlawanan dari Sasuke. Beberapa orang yang melihat kejadian tadi, ada yang kecewa karena tontonan gratis tidak dilanjutkan. Dan ada yang bersorak gembira dengan perlakuan dua pemuda tadi (yang tidak sengaja terlihat kompak).
Sakura dan Shion masih berusaha memberontak.
"Lepaskan Aku Uchiha!"
"Lepaskan Aku Rambut Bata!"
"Diam!" seru Sasuke dan Gaara. Mereka mendengus kesal seraya berbicara dalam hati 'perempuan ini, menyusahkan saja'
*#~o0o~#*
"Naruto-kun? Ada apa?"
"Hah? A-apa?"
"Hari ini kau terlihat aneh,"
"Ah! Masa' sih?"
"Iya. Kau seperti mencari sesuatu"
Naruto sempat sedikit terkejut, sebelum ia tertawa canggung. "Hehehe… iya. Sebenarnya aku mencari wahana apa lagi yang seru untuk kita naiki" jawab Naruto berbohong.
Hinata menghela nafas panjang. "Naruto-kun. Sekarang giliranku yang memilih"
"Apa?"
"Kau sudah mengajakku menaiki Roller Coaster yang tidak kusukai. Jadi sekarang biarkan aku yang memilih wahana apa selanjutnya yah?"
"Oh. Baiklah" Naruto langsung menyetujuinya karena berpikir wahana yang dipilih Hinata tidaklah membahayakan dirinya. Tapi sayangnya, dugaan Naruto kurang tepat.
Hinata tersenyum, seandainya kau dapat melihat lebih dekat, itu bukanlah senyuman, melainkan sebuah seringai kecil. Hinata yang lembut ini mulai berpikir untuk memberikan sedikit 'pelajaran' pada sahabatnya ini yang sering menjahilinya. Tak salah kan jika 'sekali' saja melakukan pembalasan itu.
"Naruto-kun. Ayo kita masuk ke Gua Hantu"
"APAA?"
*#~o0o~#*
Sesekali mata onyx Sasuke melirik Sakura yang sekarang berpenampilan 'beda' karena rambut merah mudanya yang panjang sangat berantakan akibat insiden tadi..
"Hey! Coba lihat dirimu. Menyedihkan sekali" ledek Sasuke memecahkan kesunyian. Tapi Sakura masih menunduk tanpa membalas ejekan Sasuke. gadis itu benar-benar BeTe.
Sasuke menjadi khawatir karena gadis itu sama sekali tidak menanggapinya.
"Hey Topi merah? Kau tidak sedang kerasukan kan?"
Sakura langsung menoleh. Dan menatap mata onyx Sasuke dengan tajam. Entah kenapa Sasuke tiba-tiba merasa merinding.
"Jangan sering memanggilku dengan sebutan itu! Aku itu punya nama tau! Yamanaka Sakura! lagipula topiku sekarang kau yang memakainya! Jadi jangan panggil aku 'Topi Merah'! tau!" omel Sakura meledak-ledak.
Sasuke tidak berniat membalasnya, karena dia tau Sakura meluapkan kemarahannya tadi pada Sasuke. Jadi tak ada gunanya berkelahi lagi. "hn. Terserah kau saja." ujar Sasuke malas.
Sakura menghela nafas panjang. Dia merasa lebih baik sekarang. Tangannya pun meraih tas selempang warna merah miliknya. Tanpa pikir panjang, Sakura membalikan tas ke bawah, berniat mengeluarkan semua isinya yang dia tidak tau apa saja. Karena tas itu diberikan oleh Ino sebelum dia berangkat dengan Sasuke.
Mata emeraldnya terbelalak begitu melihat beberapa perlengkapan kecantikan jatuh ke atas roknya. Bedak, lipstick, sisir, mascara, dan lainnya yang merupakan kebutuhan mempercantik diri.
"Hah! Apa-apaan Ino-neesan memasukkan semua ini di tasku?" Sakura cengo melihat semua benda yang hampir tidak pernah dia sentuh itu.
Sasuke tertawa kecil. Sehingga Sakura melirik ke arah Sasuke. "Tidak lucu!"
"Lucu. Hhhhh… lucu sekali" (tawa kecilnya Sasuke begitu. XD)
Mau tidak mau Sakura merona malu. "Ah sudahlah! Lupakan saja!" Sakura mengalihkan pemandangannya pada benda-benda di atas roknya. Satu persatu ia masukkan kembali dalam tasnya, kecuali sebuah sisir hitam. Sakura pun menggunakan sisir itu merapikan rambutnya yang panjang berantakan.
Mata onyx Sasuke melihat kegiatan Sakura, terutama rambut yang disisir itu. Satu hal yang dipirkan Sasuke saat melihat rambut merah muda yang panjang. 'Indah'. Tanpa sadar, tangan Sasuke membelai rambut Sakura bagian samping kiri.
Sakura yang sedikit terkejut menoleh. "A-apa yang kau lakukan?"
"Ah! I-ini. Yang sebelah sini belum rapi" jawab Sasuke 'ngeles' seraya meluruskan rambut Sakura yang terlihat sedikit melingkar.
"Oo…" Sakura menatap Sasuke heran, membuat Sasuke sedikit 'risih'.
"Kenapa? Tidak boleh yah?"
"B-bukannya begitu!" yah.. Sakura malah jadi salah tingkah. Membuat Sasuke makin geli melihatnya.
"Yang sebelah sini juga belum rapi" guman Sasuke lagi seraya menyisir rambut Sakura bagian belakang dengan tangannya.
"S-sudahlah. Biar aku saja yang melakukannya," bukannya tidak mau, tapi Sakura merasa grogi jika diperlakukan seperti ini.
Tapi tangan Sasuke masih saja tidak mau diam 'membelai' rambut Sakura yang harum itu.
Sakura pun harus memegang tangan Sasuke untuk menghentikannya. "Biarkan aku saja yang menyisirnya, Sasuke-kun!" panggilan itu keluar begitu saja dari mulut Sakura. membuat Sasuke terhenyak sehingga tangannya pun berhenti.
Sakura yang melihat raut wajah heran Sasuke, langsung sadar. Dia tanpa sengaja sudah memanggil nama Sasuke bukan dengan nama marganya, ditambahlagi menggunakan embel-embel 'kun'. Sakura segera menutup mulutnya.
"Kau panggil aku apa tadi?" Tanya Sasuke seraya menaikkan sebelah alisnya.
"Eh. i-i..i-tu.. A-a..no…" rupanya sifat gagap Hinata mulai tertular pada Sakura. gadis itu langsung menunduk, enggan melihat tatapan Sasuke. "Ah. Lupakan saja."
"Hey. Aku mau mendengarnya sekali lagi"
"Apa?" jantung Sakura hampir saja jatuh begitu mendengar perkataan Sasuke. Ia pun kembali menoleh, melihat mata Onyx di balik kacamata yang menatapnya tajam. "B-baiklah."
"…"
"Sasuke-kun…"
"hn"
"Eh? Kau tidak marah?"
"Untuk Apa?"
"T-tapi kan–" Sakura berhenti melanjutkan kata-katanya, karena ketika dia menoleh ke arah Sasuke saat itu. Pemuda bertopi sekaligus berkacamata itu menyunggingkan sebuah senyum, yah Uchiha Sasuke tersenyum tipis.
"Tidak buruk kok….. Sakura…"
Seketika wajah Sakura memanas dan menjadi salah tingkah. Dan hal itu malah membuat Sasuke terus menahan tawa melihatnya.
*#~NaruHina~#*
Pernah mendengar peribahasa. 'Senjata Makan Tuan'. Nah, itulah yang sekarang dirasakan oleh Hinata.
Gadis berambut indigo yang awalnya berniat untuk memberi sedikit 'pelajaran' pada Naruto. Malahan mendapatkan imbasnya. Karena ketika Hinata dan Naruto menaiki kereta kecil yang hanya menyediakan dua tempat duduk untuk menyusuri lorong 'Gua Hantu'. –Salah satu wahana yang mengerikan di Disneyland Konoha– Hinata terus mendapatkan 'hujan pelukan' dari Naruto.
Seharusnya hal ini bisa diprediksi oleh Hinata, mengingat Hinata tau kalau Naruto 'phobia' dengan hantu. Tapi 'pelukan' ini benar-benar tidak terpikirkan. Untung saja Guanya sedikit gelap, sehingga tidak ada yang bisa melihat wajah Hinata yang sudah semerah tomat karena pelukan sahabatnya itu.
"hihihihi"
"Uwaaa! Hinata-chan! Seram!"
"N-n-naruto-kun…" Hinata berusaha menahan penyakit 'pingsan'nya itu. Ingat! Bukan karena Hantu mainan yang seram itu, tapi karena Pelukan Naruto yang membuatnya menjadi 'panas'.
Setelah melewati perjalanan yang 'panjang'. Kereta mesin yang dinaiki Naruto dan Hinata akhirnya keluar dari wahana Gua Hantu. Tetapi, Naruto yang masih memenjamkan mata dengan erat, masih betah juga memeluk Hinata yang berada di sampingnya. Membuat seorang petugas wahana berdehem padanya.
"Ehm Ehm…"
"N-naruto-kun. K-kita sudah keluar." Ujar Hinata.
Naruto membuka matanya perlahan, lalu melihat sekeliling untuk mematiskan apa yang dikatakan Hinata benar. "eh, sudah selesai ya". seandainya kau dapat mendengar suara Naruto, kau pasti tau ada nada kecewa yang dikeluarkan pemuda itu.
Kecewa? Hmm.. taukah kalian kalau sebenarnya Naruto sejak tadi sedang berakting? Lihat! Wajah anak Namikaze itu tersenyum bahagia keluar dari wahana Gua hantu. Oh maaf, kalian tidak bisa melihatnya yah. (dihajar Readers).
Yup! Naruto sebenarnya tidak takut dengan wahana itu. meskipun dia phobia dengan hantu, tapi dia cukup pintar dan dewasa mengetahui semua hantu di dalam adalah palsu. Jadi buat apa takut? Lalu untuk apa Naruto memeluk Hinata dalam gua? Jika kalian cukup pintar, kalian pasti tau jawabannya! Kirimkan saja A atau B ke Sembilan kos– *ditimpuk tong sampah*
'Mengambil kesempatan dalam kesempitan' itulah pikiran Naruto saat memasuki wahana Gua Hantu bersama Hinata. Pura-pura takut, lalu memeluk Hinata sesuka hati. Ehm… tau tidak apa saja yang dirasakan pemuda pirang itu saat memeluk Hinata? Hmmm… jika kalian merasa yang dilakukan Naruto adalah tindakan tak sopan. Silahkan menghajar Naruto sesuka hati kalian *dirasengan*
"Jadi, kita mau coba wahana apa lagi Hinata-chan?" Tanya Naruto dengan kedua tangan dilipat di belakang kepala seraya menyunggingkan senyuman khasnya.
Hinata menghela nafas seraya menunduk, masih menyembunyikan rona merah yang enggan meninggalkan wajahnya. "mm… T-terserah Naruto-kun saja"
Salah. Lagi-lagi Hinata memutuskan sesuatu yang salah. Kali ini Naruto menyeringai lebar, hati pemuda itu pun berbisik 'ini saatnya'
"Kita naik kincir angin raksasa yuk!" usul Naruto yang langsung mendapatkan anggukan dari Hinata. Tanpa mengetahui niat Naruto untuk 'menyogok' petugas wahana tersebut agar kincirnya berhenti saat mereka berada paling atas. Dan apa yang akan terjadi selanjutnya? Kita lihat saja nanti…
*#~SasuSaku~#*
Sasuke membuka kemeja birunya karena kemeja itu sudah terkotori oleh es krim vanilla yang ditumpahkan Shion tadi.
"Tidak apa-apa kau hanya menggenakan kaos hitam begitu?" komentar Sakura melihat Sasuke hanya menggenakan kaos hitam polos, yang semula dilapisi kemeja biru dongkernya.
"Hn"
"Kau tau? Kau terlihat seperti…. Petugas wahana di sini" ledek Sakura.
"Memangnya tampangku seperti itu?" Sasuke tidak terima dikatakan seperti petugas wahana.
"Yah… penampilanmu itu cukup meyakinkannya. Kecuali kalau kau melepaskan kacama–" Sakura menghentikan kata-katanya begitu sebuah ide jahil muncul dipikirannya. Gadis itu menyeringai.
"Sakura? Kau tidak bermaksud untuk–" dugaan Sasuke benar. Tangan Sakura sudah menuju wajah Sasuke untuk melepaskan kacamata Sasuke, tapi sebelum hal itu terjadi, Sasuke dengan tanggap memegang kedua tangan Sakura untuk menghalanginya.
Sakura menggembungkan pipinya kesal. "Ayolah Sasuke-kun. Hanya sebentar."
"Tidak!"
"Huh! Baiklah. Aku akan memaksamu untuk melepaskannya"
"Heh. Coba saja kalau kau bisa"
"Oh.. kau menantangku melakukannya?"
"Hn. Kau suka tantangan rupanya"
"Yup! Aku suka tantangan. Suka sekali!" Sakura langsung menghentakkan kakinya di atas kaki Sasuke.
"Aw!"
"Dapat!" seru Sakura girang begitu berhasil mengambil kacamata Sasuke saat pemuda itu mengeluh kesakitan. Ia pun berlari menjauhi Sasuke.
'Tunggu. Kenapa aku malah lari? Bukannya aku mengambil ini, karena ingin melihat wajah Sasuke tanpa kacamatanya?' batin Sakura setelah menghentikan larinya. Ia pun memperhatikan kacamata milik Sasuke ditangannya. Mendadak rasa ingin lebih tau menjalar di dada Sakura. Gadis berambut merah muda itu langsung memakai kacamata itu, mencoba melihat berapa jarak rabun si bungsu Uchiha.
Mata emeraldnya terbelalak, begitu sadar dia melihat sangat jelas dan tidak berubah setelah menggunakan kacamata itu, sama sekali tidak rabun, seperti menggunakan kacamata biasa. Hal ini menjelaskan kalau mata onyx Sasuke itu tidak rabun minus maupun plus. Melainkan…
"Normal?"
"Hn. Normal"
Tidak sampai disitu Sakura terkejut karena mendengar suara berat Sasuke dari balik punggungnya. Dua tangan kekar sudah merangkul pinggangnya dari belakang.
"Dapat! Kau tidak bisa lari lagi Sakura." Guman Sasuke seraya memperat pelukannya dari belakang.
"Kyaaa! Lepaskan aku Sasuke-kun!"
"Kembalikan dulu kacamataku Sakura."
"Akh! Tidak Mau! Lepaskan aku dulu!"
"Kau ini keras kepala sekali sih!"
Mereka masih dalam posisi Sasuke memeluk Sakura dari belakang, tanpa sadar mereka masih berada di tempat ramai, Disneyland Konoha.
"Hey.. lihat mereka!" seseorang menunjuk Sasuke dan Sakura yang sedang 'asik' berdebat.
"Ckckck.. kalau pacaran lihat tempat dong"
"Dasar anak muda jaman sekarang"
"Wah… mereka romantis yah"
Kontan wajah keduanya memanas, merona malu mendengar beberapa komentar orang berlalu lalang melewati mereka. Sasuke pun langsung melepaskan Sakura, begitu pula Sakura yang sudah mengambil jarak dari Sasuke.
"Gara-gara kau!" keduanya saling menunjuk, sebelum terpaku. Atau lebih tepatnya, hanya Sakura yang terpaku.
Pemuda berambut topi merah tanpa kacamata itu benar-benar mengingatkan Sakura pada seseorang. Lima tahun lalu. Dan Sakura sadar bahwa Dia adalah 'Dia'. Wajah itu yang dulu bundar, sekarang terlihat lebih lonjong. Hidungnya semakin mancung. Matanya tetap berwarna sama, hanya sinar tatapan yang berbeda, dulu lembut sekarang tajam. Dan wajah itu sekarang lebih…. Tampan dari lima tahun lalu. Yah… Sasuke sangat tampan tanpa kacamatanya.
"Kembalikan kacamataku" pinta Sasuke membuyarkan lamunan Sakura. Pemuda itu sudah memegang ujung kacamata yang ujung lainnya masih dipegang oleh Sakura.
Dengan terpaksa, Sakura membiarkan Sasuke mengambilnya dan memakainya. Meskipun mata emerald masih ingin melihat wajah tampan itu.
"Kenapa?" sebuah kata keluar dari mulut Sakura membuat Sasuke menoleh.
"Hn?"
Ingin rasanya Sakura menanyakan 'kenapa kau tidak mengatakan kalau kau yang memberikanku topi merah itu lima tahun lalu?' tapi malah pertanyaan lain yang dikeluarkan oleh Sakura.
"Kenapa kau menggunakan kacamata normal? Bahkan matamu tidak rabun"
"Bukannya sudah kubilang. Penampilan menutupi identitas anbu itu sangat penting"
Sakura mendengus. "Heh. Sok pintar" ledek Sakura yang sukses membuat Sasuke mendelik.
Mendadak Sakura tertawa geli. Sasuke hanya bisa heran melihatnya.
"Hehehe… kau lucu Sasuke-kun"
"Hn. Kau sudah gila Sakura"
Sakura berpikir dan bertekad, untuk menunggu agar Sasuke mengakuinya sendiri tanpa menanyakannya terlebih dahulu. Kalau Sasuke adalah anak laki-laki yang memberikan topi merah itu padanya. Mungkin ada alasan lain, kenapa Sasuke tidak mengatakannya? Yah.. kita lihat saja nanti…
~~Bersambung ke Chapter 17 part b~~
0 komentar:
Posting Komentar