DILEMA CINTA DIANTARA SAHABAT PART 15

Senin, 24 Desember 2012
Dilema Cinta Diantara Sahabat
By Sayaka Dini-chan
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Pairing: NaruHinaSasuSakuNaru (tentang cinta segi empat) Slight KibaHina, ShikaTema, GaaraXxxxNaru

Warning: AU, OOC, GAJE!!

Summary: Sasuke mengajak Sakura jalan dengan dalih memberikan pelatihan khusus sebagai anbu baru. Naruto mengajak Hinata jalan dengan dalih menghibur Hinata dari kesedihan. Apa ini masih bisa disebut kencan?

 KENCAN KAH?

Chapter 15

Angin sore berhembus pelan. Menerpa rambut indigo panjang seorang gadis. Hinata, masih saja berjongkok di depan sebuah makam. Tangannya perlahan mengusap batu nisan di hadapannya. Seolah dia sangat menyayangi tanda kuburan itu. Batu nisan yang bertuliskan 'INUZUKA KIBA' yang baru beberapa jam lalu tertancap di sana.
Masih jelas teringat di kepala Hinata wajah pemuda itu tertidur pulas di dalam peti yang sekarang sudah tertanam di dalam tanah. Beberapa jam lalu pemakaman Kiba sudah berlangsung. Semua kerabat hadir di sana. Tak luput beberapa teman KHS dan teman sesama Anbu –meskipun tak ada yang tau rahasia mereka.
Semua penziarah sudah pulang beberapa menit yang lalu. Tapi Hinata masih saja betah di depan makam Kiba. Begitu pula tiga temannya yang berdiri di belakang Hinata. Naruto, Sakura dan Sasuke.
"Kiba-kun…" guman Hinata lirih. Hatinya seperti teriris begitu sadar kalau semua ini bukanlah mimpi. Dia tak pernah menyangka, Orang yang selama ini berada di sampingnya dan selalu mencoba menghiburnya kini pergi begitu saja. Dan tak kan pernah kembali. Satu hal yang sangat Hinata sesali adalah belum sempat membalas semua kebaikannya. Tak sempat.
Air yang sedari tadi di tahannya. Kini mengalir kembali. Membentuk sungai kecil di pipi putihnya. Naruto yang iba, langsung menepuk pundak Hinata. "Hinata-chan…"
Hinata menghapus air bening itu lagi. Lalu menghela nafas penjang. Dan menoleh ke arah Naruto. "Aku baik-baik saja Naruto-kun"
Naruto tersenyum tiga jari pada Hinata. Lalu ia menengadah dan melihat langit sore yang cerah.
"Hey KIBA!" teriak Naruto pada langit. Seolah yang diajak bicara ada di atas langit. "Kau Pasti mendengarkanku bukan? Ku beritahu satu hal padamu. Dan kau harus mendengarkannya baik-baik" pintanya.
'Dasar bodoh' umpat seseorang yang duduk di atas nisan. Yang pasti tidak akan ada yang sadar dengan kehadirannya.
"Kiba! Ku akui. Kau itu memang Bodoh dan sangat menyebalkan. Terlalu berisik dan suka mencampuri urusan orang lain" ujar Naruto lagi membuat orang yang duduk di atas nisan itu mendelik padanya.
"Tapi… Kau juga sangat baik. Aku tidak menyesal pernah bertemu denganmu. Lagipula… kalau bukan karena kebaikanmu saat itu. Hinata-chan maupun kami belum tentu hidup saat ini. Karena itu….. ARIGATOU GOZAIMASU KIBAAA!!" Seru Naruto bersemangat seraya terkekeh.
"Naruto-kun…" Hinata tersenyum melihat Naruto seraya berdiri.
"Gomen…" ujar Sasuke lirih. Sontak membuat semua temannya menoleh padanya. Sasuke menundukkan wajahnya melihat ujung sepatunya dari kacamatanya. "Gomen Kiba. Aku memang teman yang menyebalkan. Seperti ucapanmu terakhir padaku di hutan Oto (di chap 9). Meskipun begitu, ku harap kau mau memaafkanku" ujar Sasuke lirih.
Pemuda emo itu lalu tersenyum tipis dan menengadah melihat langit. "Tapi Bagiku. Kau teman yang sangat menyenangkan. Kiba…"
Sakura tersenyum. Ia menghela nafas panjang lalu ia juga menatap langit. "Kiba… Kami akan Selalu Mengenangmu. Dan kebaikanmu tak kan pernah kami lupakan. Selamanya… kau adalah pahlawan bagi kami."
Hinata kembali menatap batu nisan di hadapannya. Kedua tangan Hinata saling menggenggam dan menaruhnya di depan dadanya. Ia menutup matanya. 'Seandainya kau mendengarkan aku Kiba-kun. Ada satu hal yang ingin ku katakan padamu' gumannya lirih.
Sementara itu sosok tembus pandang yang duduk di atas batu nisannya sendiri. Tersenyum melihat tingkah teman-temannya itu. Mata coklatnya lalu melirik Hinata yang masih menutup matanya.
Perlahan Hinata membuka mata lalu menatap langit. Setetes air bening kembali menetes bersamaan dengan mulutnya yang mengucapkan. "Aku sangat menyayangimu Kiba-kun…."
Sosok tembus pandang yang tak lain adalah arwah Kiba. Tersentak mandengar pengakuan Hinata. Hatinya yang awalnya penasaran dan merasa ada yang tidak bisa ia tinggalkan. Sekarang terasa bebas. Tak ada lagi keperluannya di dunia ini. Dia bukan lagi arwah penasaran yang tinggal di bumi ini.
Secercah cahaya menyinari sosok Kiba. Menandakan ini saatnya untuk kembali ke rumah Tuhan. Sebelum ia ke sana. Perlahan Kiba berjalan mendekati Hinata meskipun kakinya sudah tidak menyentuh tanah. 'Seandainya juga kau dapat mendengarkanku Hinata-chan. Ada satu hal terakhir yang ingin ku sampaikan padamu'
Kiba menyondongkan kepalanya ke telinga kanan Hinata seraya berbisik.
"Aishiteru Hinata-chan…"
"Eh?!" Hinata menoleh ke kanan. Dia melihat Naruto yang menatapnya. Pualam bertemu spire.
"N-naruto-kun… kau mengatakan s-sesuatu?" Tanya Hinata memastikan
"Ah?" Naruto yang awalnya terpaku dengan pengakuan Hinata tadi. Langsung tersadar dari lamunannya.
"A-aku?! Memangnya aku mengatakan apa?" Naruto balik bertanya dengan heran sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Bukan ya? mungkin hanya perasaanku saja…." Ujar Hinata membuat ketiga temannya semakin heran.
'tapi… aku benar-benar mendengar suara itu. Apa mungkin…' batin Hinata mulai menerka-nerka.
Hinata langsung tersenyum lembut. Lalu kembali menatap langit.
"Selamat jalan…. Kiba-kun"

*#~o0o~#*

"Buku apa ini?" Tanya Naruto heran seraya memegang buku berukuran 10x18cm dengan tebal 7cm dan bersampul coklat tua.
"Itu buku panduan khusus untuk cadangan anbu yang baru. Bacalah agar kau tau cara menjadi anbu hebat" jawab Sasuke.
"Hah! Membaca buku ini? Itu membosankan Teme." protes Naruto.
"Oh… jadi menurutmu, sebagai Anbu itu membosankan ya. hmm… kurasa aku harus mencari patner baru…" guman Sasuke sambil memasang wajah berpikir.
"Wah! Aku baru tau. Sebagai anbu harus selalu pintar berakting untuk menyembunyikan identitasnya. Oo… begitu ya" ujar Naruto tiba-tiba seraya membaca buku coklat itu dengan sangat serius. Lalu beranjak meninggalkan Sasuke masih dengan gaya membaca buku sambil berjalan.
"Mana buku untukku?" tagih Sakura yang sejak tadi berdiri di samping Sasuke. Sedangkan Hinata, dia sudah berada di dalam mobil Naruto untuk segera pulang dari pemakaman itu. Yah, mereka belum pulang dari pemakaman Kiba.
"Aku hanya punya satu buku," jawab Sasuke datar.
"Hah! Lalu bagaimana dengan diriku? Aku kan juga mau menjadi Anbu yang hebat,"
"Itu urusanmu"
"Uchiha!! Aku ini kan juga Patnermu! Kau harus membantuku!" tuntut Sakura seraya berkacak pinggang di hadapan Sasuke.
Sasuke mendengus kesal. "Baiklah. Karena kau memaksa. Aku akan memberikan pelatihan khusus untukmu. Bersiaplah, besok aku akan menjemputmu" ujar Sasuke lalu berbalik hendak berjalan menuju mobilnya.
"Tunggu. Apa maksudmu pelatihan khusus?" Tanya Sakura.
"Besok kau akan tau sendiri" jawab Sasuke seraya berjalan mendekati mobilnya.
"Sasuke-Teme! Saku-chan! Aku dan Hinata-chan duluan ya!" seru Naruto dari dalam mobilnya seraya melambaikan tangannya keluar jendela mobil sopir. Beberapa detik kemudian. Mobil orange yang awalnya berparkir di depan mobil Sasuke. Sekarang melesat pergi meninggalkan pemakaman.
"Ayo Uchiha! Kita juga pulang," ajak Sakura yang sudah mendahului Sasuke dan berdiri di samping mobil Sasuke.
Sasuke mengerutkan keningnya. "Hey topi merah. Kau tidak bermasuk untuk-"
"Kau tau sendiri kan. Aku ke sini numpang mobilnya Naruto. Sekarang dia sudah pulang. Memangnya kau tega meninggalkanku sendiri di pemakaman ini. Kau harus mengantarku pulang. Lagipula aku ini kan pat-"
"Cukup!" pinta Sasuke seraya mengacungkan muka tanganya di hadapan Sakura.
Pemuda berkacamata itu lalu berjalan dan masuk ke dalam mobil lalu duduk di bagian sopir. Sementara Sakura masih berdiri di samping mobil.
Mesin mobil pun menyala. Tinggal menancap gas, mobil itu akan melesat pergi. Tapi sebelum Sasuke melakukannya. "Ayo cepat masuk. Sebelum aku berubah pikiran" seru Sasuke dari dalam mobil.
Sakura langsung tersenyum. Yang awalnya mengira Sasuke akan tega meninggalkannya di pemakaman. Gadis itu pun langsung masuk ke dalam mobil si bungsu Uchiha.

*#~o0o~#*

"Aaaaa!!! Kenapa Hp Naruto-kun tidak aktif sih" gerutu Shion kesal yang duduk di sofa dengan menggenggam ponselnya. Gadis berambut kuning itu sekarang berada di sebuah apartemen yang disewa kedua saudara Sabaku untuk satu bulan. Dalam apertemen itu lah mereka bertiga tinggal. Temari, Gaara, dan Shion. Temari bersi keras menolak hotel untuk tempat tinggal mereka sementara. karena alasan tertentu (soalnya gak ada hotel yang dekat dengan kediaman Naara Xp).
'Cklek' suara pintu apartemen terbuka. Pemuda berambut merah bata itu pun masuk sambil menenteng sebuah keresek tanpa mengatakan salam apapun seperti 'aku pulang'. Karena Gaara tau. Orang yang di dalam tak kan menanggapi kepulangannya.
Gaara berjalan melewati ruang tengah dimana Shion duduk dengan wajah cemberut. Tanpa menoleh atau pun melirik gadis itu, Gaara berjalan dengan santainya memasuki dapur.
Gaara lalu mengeluarkan isi kantong plastik yang ia bawa dan menaruhnya di atas meja. Beberapa minuman kesukaannya dan cemilan snack beraneka ragam. Tidak Cuma itu, dia juga mengeluarkan 3 buah telur, sayuran, sebungkus daging.
"Memangnya kau bisa masak?" celetuk Shion yang mendadak sudah berada di dapur dan berdiri tidak jauh di belakang Gaara.
Tanpa menoleh ke belakang, Gaara hanya menggeleng sebagai jawabannya.
"Kalau begitu kenapa kau membeli makanan mentah? Dasar Rambut Bata Baka!" gerutu Shion.
Gaara lalu berbalik dan melemparkan death glare pada Shion. Tapi itu tak mempan karena gadis itu sudah biasa menerimanya.
"Apa?!" Shion berkacak pinggang menantang Gaara. Gadis itu seperti ingin melampiaskan kemarahannya pada Gaara karena ia sejak kemarin (pulang dari rumah sakit) tak bisa bertemu dengan pujaan hatinya lagi.
"Aku membeli ini agar nanti dimasak oleh Temari-neechan" ujar Gaara datar.
Shion melirik jam dinding. Ternyata jam makan siang sudah lewat. Tapi semenjak tadi dia dan Gaara belum makan siang juga. Shion tak menyadarinya karena dia hanya memikirkan tentang Naruto.
"Kenapa Temari belum pulang juga? Memangnya dia kemana sih?" Tanya Shion masih dengan nada marah.
"Pergi ke acara pemakaman temannya Shikamaru" jawab Gaara.
"Hah?! Shikamaru lagi? Dasar Temari. Rupanya dia ke Konoha karena ingin berkencan," Shion melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kau juga sama saja kan? Ke Konoha karena ingin berkencan," sindir Gaara tapi dengan nada datar.
Shion menggembungkan pipinya mencoba menyembunyikan semburat merah di kedua pipinya. Tapi justru hal itu membuat wajahnya terlihat lebih manis di mata Gaara. Tunggu. Manis? Hey sejak kapan Gaara berpikir seperti itu.
Gaara langsung menoleh ke samping. Dan mengambil sebuah snack. Lalu melemparnya ke arah Shion yang dengan tanggap menangkap bungkusan snack itu.
"Makanlah. Cukup untuk menjanggal perut yang kosong" pinta Gaara seraya mengambil minuman kaleng yang ia beli tadi lalu membukanya. Gaara pun meminum coca-cola tersebut.
"Darimana kau tau perutku kosong? Lagipula aku tidak akan kenyang hanya dengan makanan ringan begini. Rambut Bata!" gerutu Shion mendelik pada Gaara yang asik meminum coca-cola.
Dengan kesal Shion berjalan mendekati Gaara. "Minggir!!" hardik Shion. Gaara tersentak, hampir saja ia menyemburkan minumannya keluar dari mulutnya. Untung hal itu tak terjadi. Karena Gaara masih bisa mengontrol emosinya.
Gaara hendak menarik rambut kuning gadis itu karena marah. Tapi dia batalkan niatnya ketika melihat Shion sudah menggenggam sebuah pisau dapur.
"Kau mau apa?" Tanya Gaara sedikit takut. Memang sih mereka berdua sering berkelahi 'kecil' sejak kecil. Tapi kalau tiba-tiba Shion sudah memegang pisau, apa dia benar-benar berniat membunuh Gaara karena marah dan kesal? Apa hanya karena dia tidak bisa bertemu dengan Naruto?
Shion mendelik tajam pada Gaara. Lalu mengacungkan pisaunya di depan wajah Gaara seraya berkata "Kau!!"
Gaara meneguk ludahnya sendiri. 'Dia benar-benar sudah gila' batinnya.
"Minggir! Karena Aku mau masak! Daripada menunggu Temari!" pinta Shion kemudian. Membuat Gaara membatalkan niatnya untuk memelintir tangan Shion layaknya seorang Anbu yang mencoba mempertahankan diri.
"Kau bisa masak?" sindir Gaara seraya menyipitkan matanya.
"Gaara! Aku ini perempuan. Tentu saja bisa masak! Berbeda denganmu!" seru Shion masih dengan nada marah. Gadis itu benar-benar ingin melampiaskan kemarahannya dengan memotong daging. Mungkin jika dia memasak, akan bisa melupakan Naruto barang sejenak. Daripada dia duduk di sofa sambil menatap layar hp seperti orang stress.(=,=)
Gaara masih berdiri di tempatnya. Ia ragu untuk membiarkan Shion di dalam dapur. Karena menduga Shion nantinya memasak 'aneh-aneh' yang akan menghilangkan selera makan Gaara.
Melihat Gaara tidak beranjak dari tempatnya. Shion melempar death glare pada Gaara. "Hey Rambut Bata! Kau dengar aku atau tidak sih! Ku bilang minggir!"
"Kau tidak bisa masak" ujar Gaara datar.
Merasa ditantang. Shion menyeringai. Tangan kirinya memegang pinggulnya sendiri sedangkan Tangan kanannya memainkan pisau dengan memutar-mutarnya di samping kanannya. "Kita lihat saja nanti" ujar Shion penuh percaya diri.
Entah setan apa yang merasuki Shion. Sehingga pisau yang awalnya dimainkan di tangan kanan Shion. Mendadak terlempar ke atas. Shion dan Gaara sama-sama terkejut melihat Pisau itu berayun di udara. Mata ungu Shion melebar ketika pisau itu mulai jatuh dengan mata pisau menuju ke arahnya.
Detik kemudian… terdengar dua benda terjatuh di lantai.
Pertama, pisau itu terjatuh di lantai tanpa melukai siapa-pun. Dan yang kedua, kaleng coca-cola berisi setengah terjatuh dari pemiliknya yang sudah meminumnya tadi.
Apa yang terjadi? Rupanya, sebelum pisau itu berhasil melukai Shion. Dengan tanggap dan reflex seorang Anbu yang dimiliki Gaara. Pemuda itu langsung menarik Shion ke dalam pelukannya. Sehingga kaleng coca-cola yang awalnya dipegang, juga ikut terjatuh bersamaan dengan pisau yang terbentur lantai.
Keduanya terpaku. Masih tetap dalam posisi Gaara memeluk Shion. Mencoba menormalkan detak jantung yang terkejut karena hampir ada yang terluka. Namun detak jantung keduanya semakin berdetak kencang. Hey. Kenapa bisa begini? Gaara masih saja betah memeluk Shion. Sedangkan gadis itu tidak berontak sama sekali.
"Kau… baik-baik saja kan?" akhirnya Gaara mulai angkat bicara. Meskipun dia enggan melepas pelukannya.
Shion mengangguk. "I…i-ya" ujarnya yang mendadak menjadi gugup.
Gaara pun melepaskan pelukannya. Sesaat mata jade itu bertemu dengan mata ungu sang gadis. Mendadak keduanya merasakan kehangatan menjalar di wajah mereka bersamaan dengan gejala salah tingkah yang mereka tampakkan.
Gaara langsung melirik meja dan mengambil sekaleng minuman coca-cola yang baru. Lalu membukanya.
Sementara Shion beralih kedepan kompor gas sambil mencari sesuatu. "A-aku akan m-mulai memasak," ujarnya yang masih gugup.
"Hn," balas Gaara dan mulai berjalan meninggalkan dapur seraya menenteng minuman kalengnya.
Bagus. Sekarang Shion tidak stress lagi karena tak memikirkan Naruto. Tapi sebagai gantinya, otaknya tak bisa melupakan teman sejak kecil yang tak ia sadari sudah sangat dekat dengannya. 'Dasar Rambut Bata!' runtuknya dalam hati. Yang entah kenapa wajahnya kembali merona bila mengingat kejadian barusan.
Gaara menghentikan langkahnya saat hampir meninggalkan dapur. Ia menoleh untuk melirik Shion dari belakang. Menatap punggung yang tertutup dengan rambut panjang kuning milik sang gadis. Gaara lalu meneguk minumannya sekali. Kemudian dia tersenyum tipis yang pasti tidak diketahui Shion. Dan dalam hati Gaara berkeinginan untuk memakan masakan Shion. Tak peduli rasanya akan se'enak' apa jadinya?
*#~o0o~#*
Shikamaru duduk di sofa biru tua sambil menyederkan kepalanya di atas punggung sofa dan menutup matanya. Dia tertidur. Tanpa sadar kepalanya terjatuh ke samping kiri dan mendarat di pundak seorang gadis yang tak lain adalah Temari.
Gadis berkuncir empat yang duduk di samping Shikamaru itu. mau tak mau merona melihat tingkah pemuda beranting tersebut. Tapi tak lama Temari merasakan kebahagian itu. ia mendengar suara mobil yang masuk kediaman tersebut dari luar. Dengan enggan, Temari membangunkan Shikamaru.
"Ugh…" erang Shikamaru tidak rela dibangunkan dengan tidur 'nyaman'nya.
"Shikamaru. Bangunlah. Dia sudah pulang," ujar Temari.
Shikamaru langsung mengangkat wajahnya dari atas pundak Temari. Ia mengucek matanya sebentar lalu kembali menguap.
Tak lama. Seseorang masuk rumah itu seraya berseru "Aku Pulang". Dan pemuda raven itu hendak melewati ruang tamu dimana Shikamaru dan Temari berada.
"Sasuke!" panggil Temari saat pemuda berkacamata itu lewat di hadapannya.
Sasuke menoleh. Keningnya lalu berkerut. "Mau apa kalian ke rumahku?" tanyanya heran.
"Ada yang ingin kubicarakan denganmu" jawab Temari seraya berdiri.
Sasuke seperti bepikir sejenak. "Jika itu tentang adikmu. Aku tak tertarik" ujarnya lalu berbalik hendak meninggalkan ruang tamu.
"Ini tentang kasus yang kau tangani," tambah Shikamaru cepat sebelum Sasuke menghilang dari pandangannya. Tentu saja Sasuke langsung berhenti melangkahkan kakinya.
Si bungsu Uchiha itu kembali menoleh. Raut wajahnya menunjukkan ketertarikan dengan ucapan yang dikeluarkan Shikamaru.
"Apa maksudmu?" Sasuke menaikkan sebelah alisnya.
Shikamaru menghela nafas. "Kasus yang kau selidiki itu ada hubungannya dengan kasus yang ditangani Temari dan Gaara"
Sasuke tersenyum meledek. "Jangan bercanda. Bukannya kau sendiri yang mengatakan, kasus mereka yaitu mengejar organisasi penjahat. Itu tak ada hubungannya sama sekali denganku"
"Ada! Ada hubungannya," celetuk Temari. "Aku mendengarnya dari Shikamaru tentang peledakan penjara Konoha berapa hari yang lalu. Aku yakin pelakunya salah satu anggota Akatsuki. Karena itu Besar kemungkinan kasus menghilangnya gadis tiap tahun itu didalangi oleh Akatsuki." jelas Temari.
"Akatsuki? Darimana kau bisa menyimpulkan hal itu?" Tanya Sasuke.
"Dari hasil ledakannya yang begitu sempurna. Hanya ada satu orang yang memiliki kemampuan itu…. DEIDARA. Seorang ahli perakit bom handal dan juga penjahat buronan tingkat tinggi dari Iwa City. Dua tahun lalu dia resmi dinyatakan bergabung dengan Organisasi Penjahat Tertinggi. Akatsuki!" jelas Temari dengan tegas.
Sasuke terdiam sejenak. Sementara Shikamaru sedikit menyeringai. "Bagaimana Sasuke? Kau tidak akan rugi bekerja sama dengan Anbu Suna. Mereka memiliki banyak informasi tentang Akatsuki."
"Kerja sama katamu?" Sasuke menyipitkan matanya.
"Ya. Kerja sama." Temari mengangguk. "Dengan begitu, kita dengan mudah memecahkan kasusmu sekaligus menangkap Akatsuki," tambah Temari dengan semangat.
Sasuke sedikit tertawa kecil dengan kesan meledek. Membuat Temari keheranan.
"Mana Gaara?" Tanya Sasuke mendadak dengan nada sinis.
"eh? I-i..itu.." Temari mulai gugup.
"Jangan bilang Gaara tidak tau niatmu untuk bekerja sama denganku. Karena itu kau tidak mengajaknya ke sini," tuduh Sasuke dengan nada tajam.
Temari diam. Ia tak mampu menjawab karena Sasuke memberikan death glare ala Uchiha ketika menyebutkan nama Gaara.
Shikamaru memutar bola matanya bosan. "Mulai lagi deh" gumannya malas.
Sasuke kembali berbalik membelakangi Temari dan Shikamaru. "Sudah kubilang. Aku tidak tertarik dengan apapun yang menyangkup Gaara. Jadi Jawabanku… Tidak Akan! Aku tidak akan bekerja sama dengan siapapun" ujar Sasuke tanpa menoleh kebelakang lalu segera meninggalkan ruang tamu.
Temari berkacak pinggang lalu menoleh ke arah Shikamaru yang masih santai duduk di sofa. "Shikamaru. Bagaimana ini? Kenapa Sasuke sama keras kepalanya dengan Gaara sih?" keluh Temari.
Shikamaru hanya melirik Temari lalu menyeringai. "Tenang saja. Kita masih bisa membujuk patnernya"
Wajah cemberut Temari langsung tergantikan dengan wajah tersenyum bahagia penuh kemenangan. Yah, masih ada kesempatan.

*#~o0o~#*

"Aaarrrghhh!!" Naruto mengacak kepalanya sendiri frustasi.
"Apaan nih!" serunya kesal seraya menunjuk isi bacaan dalam buku bersampul coklat.
Ia memicingkan mata biru samudranya dan mencoba membaca kembali isinya. "Harus mempunyai Analisis yang kuat dan tidak diragukan, ber-Hipotesis yang bisa ditangungjawabkan, memecahkan Alibi kuat dari tersangka, jangan tertipu dengan musuh yang mengunakan sifat Komutatif dan Asosiatif dalam kejahatannya. Tunggu! Bahasa apaan nih! Benar-benar membuat Aku bingung! Akh Sialan!" gerutu Naruto untuk kesekian kalinya.
"Bagaimana bisa aku menjadi anbu hebat hanya dengan membaca buku aneh ini! Apa Teme hanya ingin membohongiku saja!" tuduh Naruto berbicara sendiri.
Dan pada akhirnya. Naruto melempar buku itu ke arah sembarang di belakangnya. Lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur king size dengan motif rubah orange itu. Matanya melirik ke arah jam dinding di kamarnya. Pukul 08.17 am.
"Ah… aku sampai melewati waktu sarapanku," gumannya sendiri.
Hari ini hari Minggu, Orang tuanya membiarkan Naruto di dalam kamarnya sendiri tanpa niat membangunkannya. Padahal sejak jam 6 pagi Naruto sudah bangun dan berkutat dengan buku 'pendamping anbu baru' yang membuat kepalanya semakin pusing. Padahal Naruto terpaksa membaca buku itu agar bisa menjadi anbu hebat –seperti kata Sasuke– dan bisa memecahkan misteri sekaligus melindungi Hinata.
Hinata-chan…
Kira-kira apa yang dilakukan gadis itu di hari mingu ini yah? Apa dia hanya di rumah saja berdiam diri? dan mengenang Kiba yang baru saja dimakamkan kemarin. Pasti akan membosankan jika hanya di rumah saja tanpa melakukan apapun seperti dirinya.
Tiba-tiba sebuah ide muncul di benak Naruto. Membuat wajah yang awalnya kusut, sekarang terhiasi oleh senyum lebar ala Namikaze.
"Hehehe… pasti asyik," gumannya sendiri.
*#~o0o~#*
Sakura segera berlari menuju pintu rumah begitu mendengar ketukan pintu yang dia sudah tau siapa pelakunya. Dan saat pintu dibuka oleh Sakura terlihat sosok pemuda Uchiha berdiri di depan rumahnya.
"Hai Uchiha!"
"Hn"
"Ayo pergi sekarang!"
"Tunggu!"
"Eh?! Kenapa?" Tanya Sakura heran.
Sasuke memicingkin matanya seraya melihat penampilan Sakura dari bawa ke atas, lalu ke bawah lagi dan ke atas lagi. Hingga Pemuda itu mendengus kesal.
"Kau mau pergi dengan penampilan seperti itu?" Tanya Sasuke seraya menunjuk Sakura. gadis yang menggenakan celana jeans abu-abu kehitaman dan jaket merah dengan ukuran cukup besar menutupi tubuhnya. Tak lupa topi merah menghiasi kepalanya.
"Tentu saja. Aku kan selalu berpenampilan seperti ini!"
Sasuke menghela nafas panjang. "Coba kau lihat penampilanku" pinta Sasuke.
Sakura lalu melihat penampilan Sasuke dengan seksama. Pemuda itu menggenakan celana jeans biru dongker dengan kaos hitam lengan pendek yang dilapisi kemeja biru lengan tiga perempat. Juga kacamata yang selalu melekat di wajahnya.
"Apa kesanmu?" Tanya Sasuke mendadak.
"Em… terlihat biasa..." jawab Sakura.
"Hn. Tak ada yang menyangka kalau aku seorang cadangan anbu bukan?"
Sakura tersentak. 'Dia benar. Siapa yang sangka seorang pemuda berpenampilan kutu buku seperti Sasuke. Adalah orang yang patut diwasapadai. Siapa yang menyangka dia bisa menghajar empat penjahat sekaligus di hutan Oto. Dia harus diacungkan jempol untuk menutupi identitasnya. Apa mungkin dia juga punya otot-otot kekar yang di sembunyikan di balik baju itu?' pikir Sakura yang mendadak blushing membayangkan Sasuke tanpa baju. Hey! Apa yang baru saja dipirkannya? (b^o^d)
"Pelajaran pertama untukmu. Usahakan berpenampilan seperti orang biasa untuk menutupi identitas rahasiamu" ujar Sasuke.
"…"
"Hey. Kau dengar aku atau tidak sih? Kenapa wajahmu mendadak merah begitu?" Tanya Sasuke heran.
"Ah!" Sakura langsung menutupi kedua pipinya. "Ti-tidak kok! Aku hanya… hanya…" Sakura berpikir keras untuk mencari jawaban yang tepat.
"hn?" Sasuke semakin mengerutkan dahinya melihat Sakura bertingkah aneh. Atau bisa dibilang 'salah tingkah?'
"Lupakan saja!" ujar Sakura seraya mengacungkan muka tangannya ke wajah Sasuke agar pemuda itu tidak melihatnya terus dengan tatapan menyelidiki.
"Jadi… Apa maksudmu dengan berpenampilan biasa? Bukannya penampilanku biasa saja?" protes Sakura.
Sasuke langsung meraih tangan Sakura yang menghalangi tatapannya untuk menatap mata emerald itu dan menyingkirkannya.
"Biasa katamu? Heh? Penampilanmu seperti body guard tahu? Bukan gadis biasanya!" ujar Sasuke mulai kesal.
"Lalu?"
"Ubah penampilanmu sekarang seperti gadis biasanya. Jika tidak, kita batalkan saja rencanaku untuk memberimu pelatihan khusus"
Sakura mendengus kesal. "Baiklah. Aku menyerah. Tunggu di sini," pinta Sakura.
Gadis itu lalu berbalik masuk ke rumah seraya berseru. "Ino-neechan!! Aku butuh bantuanmu!"

*#~o0o~#*

Suara bel rumah berbunyi di kediaman Hyuuga. Membuat Hinata yang sedang asik menyiram bunga lavendernya di taman belakang rumah sedikit terkejut. 'Tamu? Di minggu pagi begini, jarang sekali' pikir Hinata.
Dengan rasa penasaran, Hinata menuju ruang depan untuk menyambut tamu tak diundang itu. Sura bel rumah kembali terdengar menandakan tamu tersebut tidak sabaran.
Setelah mencapai ganggang pintu. Hinata langsung menariknya menimbulkan bunyi cklik menandakan pintu akan segera terbuka. Mata pualam Hinata langsung menangkap sosok di balik pintu tersebut.
Pemuda yang lumayan tampan berambut blonde spike sedang tersenyum tiga jari kepada Hinata.
"Ohayou Hinata-chan!"
"N-Naruto-kun…?"
"Hehehe…"
"A-ada perlu apa kau datang ke rumahku mendadak begini?"
"Aku ingin membuatkan kejutan untukmu" jawab Naruto tanpa menghilangkan senyum lebar ala Namikaze.
Hinata memiringkan kepalnya ke samping tanda tak mengerti. "Kenapa?"
"Hmm… Setidaknya aku ingin menghiburmu dari kesedihan Hinata-chan" jawab Naruto bersemangat.
Hinata tersenyum lembut. "Arigatou Naruto-kun…"
"Oh ya Hinata-chan. Gimana kalau Sekarang kita keluar? Jalan yuk!" ajak Naruto.
"Eh?! J-Jalan? B-be-berdua...?" Tanya Hinata gugup.
"He em!" Naruto mengangguk semangat seraya tersenyum. Membuat Hinata semakin merona melihatnya.
"Memangnya setelah ini kita mau kemana?" Tanya Sakura sebelum meninggalkan Sasuke di ruang tamu dan menuju kamar kakaknya.
"Sudahlah. Ganti baju dulu sana"
Sakura menggembungkan pipinya kesal. "Hey Uchiha! Setidaknya kau memberitahukan aku dulu kita mau kemana?" tuntut Sakura.
"N-Naruto-kun.. Mm… K-kau mau mengajakku jalan kemana?" Tanya Hinata sambil menunduk seraya memainkan kedua jarinya.
Naruto kembali tersenyum tiga jari sebelum menjawab…
Sasuke menyeringai kecil sebelum menjawab….
"Kita akan ke Disneyland Konoha" jawab Naruto dan Sasuke bebarengan tapi di tempat berbeda dan pada objek bicara yang berbeda. Yang tentu saja mereka tidak sadari.

~~TBC~~

0 komentar:

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut