DILEMA CINTA DIANTARA SAHABAT PART 14

Minggu, 23 Desember 2012
Dilema Cinta Diantara Sahabat
By Sakura Dini
Disclaimer: Naruto-Masashi Kishimoto
Pairing: NaruHinaSasuSakuNaru (tentang cinta segi empat)
Warning: AU & OOC 

Summary: "Aku yakin. Dia menangis dan berusaha memelukmu. Tenten-senpai memanggil namamu… nii-san" ujar Hinata. Dua cadangan anbu yang baru pun diangkat, sebagai patner Uchiha Sasuke.

 DUA PARTNER BARU!

Chapter 14

Neji berdiri dari duduknya. Badannya menghadap pada Hinata yang masih duduk di atas ranjang pasien.
Mata Lavender itu saling beradu tatap. Hinata menatap Neji dengan tatapan menanti. Apa yang akan dikatakan kakaknya itu setelah mendengar semua ceritanya?
Yeah. Hinata sudah menceritakan semuanya pada Neji. Semuanya. Dari Pertama kali Hinata mendengar suara aneh yang memanggil nama 'Hyuuga…' hingga Hinata dapat melihat jelas siapa perempuan misterius itu. Yang tak lain adalah Tenten. Sahabat Neji yang hilang satu tahun lalu.
Neji memegang ubun-ubun Hinata. Lalu mengusap rambut indigo itu perlahan seraya mengatakan. "Hinata-hime. Tidurlah. Sepertinya kau butuh banyak istirahat." Ujarnya lembut.
"T-tapi… N-neji-niisan… Aku men~"
"Tenanglah. Kau hanya berhanusinasi saja. Itu karena kau kelelahan. Sekarang tidurlah" pinta Neji.
Hinata menunduk. Hatinya sedih. Bukan karena Neji tidak percaya dengan ceritanya. Tapi karena ia tau. Neji masih belum terima jika Tenten sudah tak hidup di dunia ini sebagai manusia, melainkan sebagai makhluk lain. Dan Neji percaya, Tenten masih hidup selama mayatnya belum ditemukan.
Perlahan Neji menuntun tubuh Hinata untuk berbaring di atas ranjang, lalu menyelimuti tubuh gadis itu dengan selimut.
Pemuda berambut hitam panjang itu tersenyum tipis pada Hinata. Senyuman tanpa arti. Dimana Hinata tau, senyuman itu hanya sebuah topeng untuk menutupi kegelisahan hatinya. Yah. Hinata tau itu.
Hinata menutup matanya. Tapi dia belum sepenuhnya tertidur.
"Neji-niisan" panggil Hinata masih dengan menutup mata.
"hn?"
"Aku melihatnya sendiri. Aku tidak berbohong. Aku tidak berhanusinasi. Aku yakin. Dia menangis dan berusaha memelukmu. Tenten-senpai memanggil namamu… nii-san" ujar Hinata setengah berbisik tanpa mau membuka matanya.
Neji terdiam. Ia tidak mengatakan apa-apa. Kedua tangannya mengepal. Ia berusaha mengontrol emosinya yang selama ini dipendam. Tapi kali ini Neji tak bisa menutupinya. Tubuhnya gemetar, ia menunduk. Dan air bening itu pun keluar dari ujung mata lavender itu. Sebagai bukti bahwa hatinya terluka. Sangat terluka.
Dalam hati Neji berteriak. Dia berjanji. Akan melakukan apapun demi seseorang.
'Pasti…. Aku akan membalas –si breksek itu–. Demi kau. Tenten…. Itu PASTI!' batin Neji.
-
*#~o0o~#*
-
Sasuke berdiri seraya memasukkan kedua tangannya di saku celana. Mata onyx dibalik kacamata melihat beberapa orang berlalu di hadapannya. Orang-orang itu baru tiba di Konoha dengan menggunakan pesawat dari Iwa City.
Di samping kanan dan kiri Sasuke juga terdapat beberapa orang berjejer yang juga menanti kerabat mereka. Tak sedikit yang membawa papan atau kertas besar yang bertuliskan nama seseorang yang ingin dijemput olehnya. Tapi hal itu tidak perlu dilakukan Sasuke. Karena dia sudah mengenal siapa orang yang ditunggunya. Dan orang itu juga mengenal Sasuke.
"Cih!" umpat Sasuke kesal. Ia sudah bosan menunggu. Tapi orang menyebalkan (menurut Sasuke) belum juga terlihat.
Sasuke pun memutuskan untuk pergi. Ia terlalu lelah menunggu. Kepalanya juga sudah penat. Ia baru ingat sejak kemarin malam ia belum istirahat juga karena kesibukannya. Terakhir dia mau tidur, Sakura mendadak menelponnya ingin bertemu di taman. Dan sekarang. Tak ada yang boleh mengganggunya tidur. pikirnya.
Sasuke berbalik dan berjalan menuju pintu bandara. Tapi langkahnya kembali terhenti saat dia merasakan ada sesuatu di atas kepalanya.
Sebuah tangan kekar mengacak rambut hitam Sasuke dari belakang. Sasuke hanya mendengus. Ia tau siapa yang sering melakukan hal itu padanya. Tanpa berbalik Sasuke mengatakan.
"Kenapa lama sekali? Aniki?" Tanya Sasuke dengan nada kesal.
Orang yang berdiri di belakang Sasuke itu melepaskan tangannya dari atas kepala Sasuke. Ia berjalan ke hadapan Sasuke agar dapat melihat dengan jelas wajah adiknya itu.
"Hey Otouto! Jangan cemberut begitu. Seharusnya kau bahagia bisa bertemu dengan kakakmu ini. Sudah empat tahun kita tidak bertemu. Iya kan?" ujar pemuda berambut hitam dan dikuncir satu dibelakang. Ia memiliki mata onyx yang sama dengan Sasuke. Dialah Uchiha Itachi. Kakak Sasuke.
"Huh! Kalau bukan Mama yang memaksaku tuk menjemputmu. Aku tidak akan berada di sini" kata Sasuke tajam lalu berjalan mendahului Itachi.
Itachi tersenyum simpul melihat tingkah adiknya. "ia tak pernah berubah" gumannya lalu menyusul Sasuke dan berjalan mengiringi adiknya itu seraya menyeret kopernya.
Sasuke langsung melempar benda kecil ke arah Itachi yang ada di sampingnya. Itachi menyerngitkan keningnya begitu menangkap kunci yang dilempar Sasuke.
"Kau yang menyetir" pinta Sasuke.
"Hey. Aku kan baru datang. Seharusnya kau yang menyetir" tolak Itachi.
Sasuke mendengus. "Kalau kau memaksaku menyetir. Aku pastikan kita akan pulang ke rumah sakit" Sasuke menguap lalu menunjukkan wajah lelahnya pada Itachi. Berusaha meyakinkan kakaknya itu kalau dia benar-benar tak sanggup untuk berjalan. Apalagi menyetir.
"Hn. Terserah" Itachi pun mengalah. Dan Sasuke menyeringai senang. Karena kali ini, dia memutuskan untuk tidur di mobilnya.
-
*#~o0o~#*
-
~~Sakura's POV~~
Kenapa tak ada orang di rumah? Semenjak aku pulang dari rumah sakit. Aku mendapati rumahku kosong. Pasti Ino-neechan masih di sekolah. Tapi kalau Tsunade-baachan, masa sejak pagi dia belum pulang juga dari kantor polisi? Kenapa lama sekali?
Kulirik jam dinding yang menempel di sisi kamarku. Pukul 01.07 pm.
Angin sepoi berhembus masuk melalui jendela kamar yang sengaja aku buka. Segera ku beranjak dari ranjang lalu berjalan mendekati jendela. Melihat halaman rumah yang kecil dari lantai dua. Kamarku memang berada di lantai dua, dan jendela kamarku langsung menghadap keluar rumah. Sehingga aku dapat melihat beberapa orang dan kendaraan yang berlalu lalang di depan rumahku.
~~End Sakura's POV~~
Sakura menyerngitkan keningnya begitu melihat ada sebuah mobil berhenti di depan rumahnya. Apalagi mobil itu tidak asing baginya. Mobil sedan berwarna perak itu milik…
'Kakashi-sensei?'
Ada apa gerangan sehingga gurunya datang ke rumahnya? Apa beliau ingin memberi peringatan padanya karena sudah memasuki hutan terlarang?
Seseorang keluar dari mobil itu. Wanita paruh baya berambut pirang berkuncir dua.
Sakura semakin terkejut melihat itu adalah neneknya sendiri yang keluar dari pintu penumpang mobil. Tsunade.
Dua orang pria juga turun dari mobil itu. Kedua pria itu berambut putih. Yang membedakannya, satu berambut putih spike menggunakan masker di wajahnya, dan satunya lagi berambut putih berduri dan panjang hingga pinggul.
'itu Kakashi-sensei. Lalu yang satunya lagi, kalau tak salah itu kan pamannya Naruto… Jiraiya?' pikir Sakura bertanya pada dirinya sendiri.
Ketiga orang itu memasuki rumah Yamanaka. Sakura langsung keluar kamar dan turun ke lantai dasar. Ia ingin menghampiri neneknya dan kedua tamu itu. Tapi langkah kaki Sakura terhenti sebelum memasuki ruang tamu, begitu mendengar seruan neneknya itu.
"Sampai kapan kalian mendesakku hah?!" seru Tsunade dengan nada naik satu okta*?* seraya berdiri berkacak pinggang.
Sakura yang terkejut langsung bersembunyi di balik dinding.
"Tsunade. Tenanglah sedikit" pinta Jiraiya yang berdiri di hadapan Tsunade.
"Kami hanya ingin meminta izin darimu untuk me~"
"TIDAK! Aku tidak akan mengizinkan satu anggota keluargaku untuk bergabung dengan kalian. Tidak untuk kesekian kalinya!" seru Tsunade memotong pembicaraan Kakashi.
"Tsunade. Sebaiknya kau pikirkan dulu. Ini semua demi kebaikan Ko~"
"Cukup!" seru Tsunade yang kali ini memotong pembicaraan Jiraiya.
Kakashi memutar bola matanya. "Dia keras kepala" bisiknya pada Jiraiya.
Jiraiya menghela nafas. "Mungkin selama ini aku selalu mengalah padamu, Tsunade. Bahkan kau yang lebih memilih menikah dengan pria lain pun aku mengalah. Tapi kali ini tidak. Aku tidak akan mengalah. Aku akan terus memaksamu. Karena ini adalah hal yang sangat Serius" jelas Jiraiya.
"Kau pikir Aku Tidak serius apa?! Aku juga serius Baka!" Tsunade kesal diceramahi Jiraiya.
"Hey. Sampai kapan kau mau menjadi wanita kasar begini" ledek Jiraiya seraya cenge-ngesan. Tsunade pun memberikan death glare padanya.
"Tsunade-sama. Kami tidak bermaksud unt~" lagi-lagi omongan Kakashi terpotong. Tapi kali ini oleh Jiraiya
"Kenapa kau membeci kami?" Tanya Jiraiya yang sudah tidak tersenyum lagi. Menampakkan dia serius.
Tsunade mendengus. "Untuk apa kau menanyakan hal yang sudah kau ketahui jawabannya" sindir Tsunade.
"Karena Dan kah?" Tanya Jiraiya memastikan. Tsunade memalingkan wajahnya. Enggan menatap mata hitam Jiraiya.
'Dan-sama? Kalau tak salah. Beliau almarhum suami Tsunade-sama' pikir Kakashi menerawang.
"Kau masih tak bisa melupakan kejadian itu ya?" Tanya Jiraiya.
"Melupakannya katamu? Huh! Kau pikir aku bisa melupakan kejadian tragis itu! BAKA!" seru Tsunade seraya melayangkan pukulan ke wajah Jiraiya karena emosinya. Dengan tanggap Jiraiya menahan pukulan Tsunade dengan tangan kanannya.
"Susah ya?" ujar Jiraiya lirih. Dia baru sadar, wanita ini susah untuk melupakan kejadian di masa lalunya.
Tsunade melihat wajah Jiraiya yang penuh arti. Seperti ada penyesalan, kekecewaan, kesedihan, semua tersirat di dalamnya. Kenapa? Bukankah yang seharusnya bersedih adalah Tsunade. Karena dia yang mengalami kesakitan itu. Bukan Jiraiya. seharusnya Pria yang ada di hadapannya ini tersenyum tiga jari. Seperti yang biasa dilakukannya. Tapi kenapa sekarang dia seolah berubah menjadi sosok orang lain? Bukan menjadi 'Si Periang Menyebalkan'?
"K…Kenapa?..." Tanya Tsunade pelan menatap mata Jiraiya di hadapannya yang masih menggenggam kepalan tangan Tsunade.
Seakan tau apa yang dipikirkan Tsunade. Jiraiya berusaha tersenyum. "Karena aku mengerti dirimu"
"Baka!" umpat Tsunade. Perlahan ia menunduk, diikuti tangannya yang turun dari genggaman Jiraiya.
"Aku menyesal pernah mengenal kalian. Aku menyesal pernah bergabung dengan Anbu bodoh seperti kalian. Aku juga sangat menyesal membiarkan Inoichi mengikuti jejakku. Dan sekarang… kau memaksaku untuk menyesal dikemudian hari karena mengizinkan cucuku bergabung dengan kalian. Baka!" gerutu Tsunade tetap menunduk.
"Apa yang membuat anda membenci Anbu. Tsunade-sama?" Tanya Kakashi heran. Ia benar-benar tak tau, apa yang sebenarnya terjadi?
"Karena kalian sudah mengambil orang-orang yang kusayangi!" Seru Tsunade. "Dan-kun… Inoichi dan istrinya… apa mereka masih belum cukup?" suara Tsunade gemetar. Sama seperti tubuhnya yang mulai gemetar. Air bening itu pun tumpah dan mengalir di pipinya.
"Tsunade. Maafkan kami. Mereka bukan saja menjadi korban. Tapi juga pahlawan bagi Konoha" ujar Jiraiya mencoba menghibur.
"Lalu… kenapa kau tidak dapat menemukannya? Menemukan pelaku yang membunuh Inoichi dan istrinya? Jiraiya…?" Tanya Tsunade lirih masih menundukkan wajahnya.
Sakura kembali terkejut menguping pembicaraan mereka. 'Ayah dan Ibu dibunuh? Bukannya mereka kecelakaan mobil? Apa selama ini aku dan Ino-neechan dibohongi?' pikir Sakura.
"Itu… sulit…" jawab Jiraiya.
Tsunade semakin terisak. Ia tak tau kenapa dirinya kembali menjadi wanita cengeng. Padahal selama ini dia selalu berusaha tegar di depan orang lain. Tapi kali ini tak bisa. Tak bisa.
Perlahan Jiraiya melangkahkan kakinya maju. Lalu merangkul Tsunade. (ehm ehm. Prikitew! *dirasengan*)
"Maafkan Aku… maafkan Kami…" bisik Jiraiya. Tsunade masih terisak.
"Tenanglah Tsunade. Kali ini kau tidak akan kehilangan siapa pun. Karena itu, biarkan 'dia' bergabung dengan Anbu" pinta Jiraiya masih merangkul Tsunade.
"Kenapa? Kenapa harus Sakura? kenapa bukan orang lain saja?" Tanya Tsunade di sela tangisnya.
Sakura semakin heran mengupingnya. 'Aku?'
"Karena hanya Sakura yang bisa. Dia mempunyai kemampuan yang kami butuhkan. Kau tak perlu khawatir. Ada keponakanku juga yang akan menjaganya. Naruto kan kuat seperti diriku" jawab Jiraiya.
"Dasar! Percaya diri sekali kau" ujar Tsunade sedikit kesal.
"Yah kalau tidak begitu. Bukan keluarga Namikaze lagi namanya. Hahaha…" tawa Jiraiya lepas. Dia senang karena Tsunade tak menangis lagi, ditambah lagi, kali ini Tsunade masih betah dalam pelukan Jiraiya.
Kakashi yang terabaikan, sweatdrop melihatnya. 'lebih baik menonton flim Spongebob seribu kali dari pada menonton drama kakek-nenek begini' batinnya kesal.
"Apa itu… Anbu??" terdengar suara gadis. Semua menoleh, melihat Sakura keluar dari tempat persembunyian dia untuk menguping tadi.
-
*#~o0o~#*
-
"Hoaem…" Sasuke kembali menguap. Wajahnya yang lelah menunjukkan kekesalan yang amat sangat banyak (lebay!). ia berdiri dan bersandar pada tembok rumah orang dibelakangnya. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya. Mata onyx itu memandang jalanan yang sepi di hadapannya. Tak ada satu pun kendaraan atau orang yang berlalu lalang di jalanan. Sasuke memang sengaja berada di sini karena menunggu seseorang (atau dua orang) lagi, meskipun dirinya sangat keberatan.
Dalam hati Sasuke berapa kali mengutuk orang-orang yang sudah mengganggu tidurnya. Terutama Shikamaru dan Itachi. Bagaimana tidak? Sasuke baru saja menikmati tidurnya di mobil selama lima menit. Mendadak Shikamaru menelponnya dan menyuruhnya segera ke perempatan jalan Kaza untuk menemui anggota cadangan anbu yang baru. Itachi pun langsung menurunkan Sasuke dan meninggalkannya di sini. 'Ini demi kebaikanmu' itu kata-kata terakhir yang diucapkan Itachi sebelum menancapkan gas, meninggalkan Sasuke yang masih cengo.
Awalnya Sasuke menolak. Toh dia sudah tau siapa itu? Naruto bukan? Tapi Shikamaru mengatakan bukan hanya Naruto, ada satu lagi yang akan menjadi patnernya. Sasuke semakin kesal, begitu tau Naruto sendiri yang mengusulkan 'orang' itu. Untuk apa? Bukankah mereka berdua sudah cukup untuk menangani kasus ini. Untuk apa lagi Naruto meminta bantuan orang lain lagi? (yah. Meskipun Sasuke belum tau siapa dia?) Padahal kasus ini sangat mudah bagi Sasuke. Hanya memecahkan kasus seperti memecahkan TTS, dan menjaga Hyuuga Hinata.
'Hm… Hinata ya?' pikiran Sasuke kembali mengingat kejadian tadi pagi. Saat dia berada di ruangan Hinata. Entah apa yang membuat tubuhnya terdorong untuk memeluk Hinata saat itu. Mungkin karena saat itu Sasuke membayangkan Hinata seperti gadis lain. Karena mereka hampir mirip. Hinata dan mantan Sasuke di Ame. Rambutnya yang lurus panjang sepinggul dan berponi. Hanya warna rambutnya yang membedakan. Matanya juga beda. Tapi pancarannya sama, pancaran Kelembutan. Wajahnya yang terlihat lugu. Dan saat gadis itu tersenyum, mampu membuat hati kita damai hanya dengan melihatnya. 'hn… Mereka memang mirip' batin Sasuke seraya tersenyum tipis.
"Oi TEME!!" seru suara pemuda dari kejauhan. Membuat Sasuke buyar dari lamunanya.
Sasuke menoleh. Melihat Naruto berlari ke arahnya dengan senyuman mengembang. Wajahnya tampak gembira seperti habis memenangkan lotre XD *dirasengan*.
Naruto yang masih berlari semakin mendekat pada Sasuke. Pemuda berkacamata itu merasakan hal buruk akan terjadi.
Lari…
.
Mendekati…
.
Sasuke….
.
Dan…
.
'Gawat!' batin Sasuke. Mungkin karena kelelahan dan sangat ngantuk. Sasuke tak sempat menghindarinya.
Naruto dengan bahagia langsung merangkul Sasuke. (WTH?!)
"TEME!! Arigatou Sasuke-teme! Arigatou!" seru Naruto yang merangkul leher Sasuke.
"Hey! DOBE BAKA!! Apa yang kau Lakukan?!" Sasuke berusaha melepaskannya. Tapi mungkin karena sangat bahagia. Naruto tidak mengidahkan ucapan Sasuke.
"Wah Teme! Aku tak menyangka kau mengusulkanku menjadi cadangan Anbu seperti dirimu! Aku sangat senang Teme!" Naruto memukul-mukul punggung Sasuke.
"Ya ya. Aku tau. Tapi Lepaskan Aku Baka!" Sasuke benar-benar lelah. Ia tak bisa melepaskan diri dari tubuh Naruto yang sangat bahagia itu.
"Hahaha…. Kau Memang Temanku Yang paling Baik Sasuke! Aku Sangat Menyukaimu! Hahaha…" tawa Naruto menggelegar.
Sasuke pun pasrah. Rupanya Temannya ini benar-benar sudah gila karena bahagia. 'Sampai kapan si bodoh ini akan sadar?' batin Sasuke kesal.
Sementara itu… di bagian Sakura.
Gadis bertopi merah itu sudah berjalan mendekati perempatan jalan Kaza.
'tinggal berbelok di tikungan itu. Aku sudah berada di jalan Kaza. Hm… aku jadi penasaran. Siapa sih patnerku selain Naruto?' batin Sakura bertanya-tanya.
Yah. Gadis itu sudah mendengar penjelasan dari sensei-nya sekaligus seorang Anbu Konoha. Hatake Kakashi. Tentang semua perihal Anbu, dan tugas yang di berikan padanya. Hanya satu yang belum diketahui Sakura saat ini. Bahwa Sasuke adalah patnernya kelak.
Sakura pun berbelok di tikungan terakhir. Alahkah terkejutnya dia yang sudah disuguhkan adegan yang tak sedap dipandang. Seorang dua pemuda yang berpelukan.
Sakura semakin terkejut begitu mengenali pemuda itu. Apalagi dia datang pada waktu yang salah. Karena Sakura hanya mendengar seruan Naruto yang terakhir, yang mengatakan..
"Aku Sangat Menyukaimu! Hahaha…"
Dan Sasuke… hanya diam?
Satu detik…
.
Dua detik…
.
Tiga detik…
.
Lima detik…
.
Dan…
.
"Kyaaaaa!!!! Kalian Gila!!" seru Sakura seraya…
'BLETAK. PLETAK!'
"Aw!!" Naruto mengelus-ngelus kepalanya yang sakit bukan main. Mata samudranya terbuka sedikit untuk mengintip siapa yang sudah menjitak kepalanya dengan kasar.
Sakura berdiri di hadapannya dengan berkacak pinggang.
"Saku-chan? Kenapa kau tiba-tiba kasar padaku?" Tanya Naruto sedikit kesal.
"Hey. Kenapa aku juga kena?" protes Sasuke yang juga memegang ubun-ubunnya.
"Karena Kalian berdua sudah Gila! Memangnya tak ada wanita lain lagi apa?! Sampai-sampai kalian melakukannya berdua. Dasar Aneh!" gerutu Sakura.
Naruto dan Sasuke saling memandang. Mereka pun tertawa (kecil) setelah mengerti apa yang dipikirkan Sakura.
Sakura sweatdrop. "Apa?! Apanya yang lucu?"
"Hahaha… Saku-chan. Kau salah paham. Hahaha…"
"Salam paham bagaimana? Aku melihatnya sendiri kok" bela Sakura.
"hemph… kau tau kan. Dobe itu gila kalau sudah sangat bahagia. Dia akan loncat-loncat sendiri. Teriak-teriak tak jelas. Sampai memeluk seseorang yang ada di sampingnya. Itu kan sudah kebiasan orang aneh ini sejak kecil" jelas Sasuke.
"Hey!" Naruto berhenti tertawa dan memberikan death glare pada Sasuke karena tak terima dibilang orang aneh.
"hm… benar juga ya…" guman Sakura. ia baru ingat kebiasaan Naruto yang terlewat batas itu jika hatinya sangat bahagia. Sakura kembali mengingat kejadian Naruto yang memeluk tubuhnya kegirangan karena bertemu satu sekolah lagi, bahkan sekelas di KHS. Mendadak Sakura merona sendiri mengingatnya.
"Maaf ya… aku memang salah paham. Hehehe…" Sakura tertawa kecil menutupi tingkahnya yang memalukan karena sudah menjitak orang seenaknya.
"Tak apa Saku-chan. Aku kan sudah biasa…"
"Aku yang tak biasa" keluh Sasuke kesal
"Jadi Uchiha. Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Sakura heran.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu" protes Sasuke.
"Aku ke sini karena janjian dengan Naruto. Untuk bertemu dengan…." Sakura menggantungkan kata-katanya begitu sadar pada satu hal.
Sasuke melirik Naruto dengan tatapan heran. Seolah mengatakan. 'Apa dia orangnya?'
Pemuda berambut pirang itu tersenyum tiga jari seraya mengangguk. "Hehehe… ada apa dengan kalian? Kita kan sudah bertemu. Sebagai Sesama anggota Cadangan Anbu…"
Sakura dan Sasuke saling memandang dengan tatapan terkejut. Mereka berdua saling menunjuk dan dengan kompak berkata.
"Kau?.... Tidak mungkin!"
-
*#~o0o~#*
-
Seorang pemuda berambut pirang panjang berkucir satu memasuki sebuah rumah besar nan megah bergaya Eropa. Ia melangkahkan kakinya menuju ruang tengah yang biasa digunakan bersantai olehnya dan teman-temannya.
Mata birunya menangkap dua temannya yang sudah duduk di sofa dengan kesibukan masing-masing.
"Darimana saja? Deidara?" Tanya salah satu pemuda berambut spike merah. Di tangan pemuda itu memegang sebatang kayu yang sudah sebagian ia pahat membentuk sesuatu seni yang indah menurutnya.
"Habis membeli bahan peledak un" jawab pemuda berambut pirang. Deidara, seraya mengangkat kantong plastik yang dibawanya.
"Heh! Kau mau membuat karya seni tak bermutu lagi ya?" ledek pemuda berwajah 'baby face' itu.
"Huh! Kau pikir karya senimu lebih bagus dari pada aku un. Sasori-senpai?" balas Deidara kesal.
Sasori hanya tersenyum tipis. "Tentu saja. Bagaimana pun kau takkan bisa mengalahkan seniku"
"Kau INI Un!!"
"Hey. Kalian berdua. Sudahlah. Jangan bertengkar lagi" keluh pemuda lain yang duduk di sofa seraya membersihkan pedang besarnya.
"Kisame! Kau jangan ikut campur un!" gerutu Deidara kesal.
Mata Kisame beralih pada Deidara yang semula memandang pedang kesayangannya itu. Ia menatap Deidara tajam.
"Apa un?! Mau berkelahi?!" tantang Deidara.
Kisame langsung menyeringai. "Tidak. aku hanya ingin mengatakan. Sejak tadi Ketua menunggu laporan hasil kerjamu"
"Oo. Baiklah. Aku akan ke ruangan ketua un" ujar Deidara
"Tak perlu" tiba-tiba terdengar suara berat. Deidara dan Kisame menoleh ke asal suara. Kecuali Sasori yang masih asik dengan kayunya.
"Pein-sama?"
"hn. Aku sudah mendengar hasil kerjamu dari Konan. Kerja bagus Deidara" puji Pein tapi dengan nada datar.
Deidara tersenyum senang. "kau bisa mengandalkanku un" ujarnya sombong.
"Di mana Konan?" Tanya Pein.
Tak ada yang menjawab. Menandakan tak ada yang tau di mana satu-satunya wanita yang tinggal di rumah itu.
"Pein?" suara lembut itu terdengar dari belakang Deidara. Yaitu Konan yang baru saja pulang.
"Panjang umur" guman Kisame.
"hn"
"Aku baru menerima telpon dari si kembar Zetsu. Ada dua kabar baru dari mata-matanya" ujar Konan.
"hn?" Tanya Pein
"Pertama. Kabar buruk. Dua Anbu Suna sudah berada di Konoha. Gaara dan Temari" jawab Konan.
Pahatan yang dilakukan Sasori langsung berhenti. Semua melihat ke arahnya.
"Adikmu un!" ujar Deidara.
"ya"
"Biar aku yang memberesinya ya un?"
"Tidak perlu"
"Eh?!"
"Sasori" ujar Pein.
Sasori menengadah dan menoleh ke arah Pein. "Tak perlu khawatir. Serahkan saja Dia padaku"
"Kau yakin?" Tanya Pein.
Sasori mengangguk. "Ini masalah keluarga. Biarkan kami sendiri yang menyelesaikannya"
"Huh! Sok Cool un!" umpat Deidara.
"hn. Ku serahkan hal ini padamu Sasori" pinta Pein. Ia lalu melirik Konan.
"Yang kedua. Entah ini berita buruk atau tidak." ujar Konan ragu.
"Apa itu un?" Tanya Deidara penasaran.
"Itachi telah kembali ke Konoha" jawab Konan.
Semua tersentak.
"hm… begitu ya… Itu bagus." Komentar Pein.
Kisame menyeringai senang. "Hehehehe…… Teman lama ya…"

~~TBC~~

2 komentar:

cak oni mengatakan...

ceritanya seru kang , ,izin membaca

Ragil Danang Kusuma (Caesar) mengatakan...

Oke...asalkan gak capek yang baca cause yang ini partnya banyak banget

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut