Dilema Cinta Diantara Sahabat
By Sakura Dini
Disclaimer: Naruto-Masashi Kishimoto
Pairing: NaruHinaSasuSakuNaru (tentang cinta segi empat)
Warning: AU & OOC
Summary:
"Cih! Dia!" gerutu Sasuke kesal. Dia tidak bisa mengontrol emosinya.
Sehingga dalam hitungan detik kejadian panas pun terjadi. Sasuke hendak
menendang pemuda itu.
TEMAN LAMA
Chapter 13
"Ohayou" sapa Sakura dengan semangat seraya berjalan mendekati ranjang Hinata. Sedangkan Sasuke mengekor di belakangnya.
"Ohayou Saku-chan, Sasuke-san" balas Hinata lembut seraya tersenyum.
"Hai Saku-chan, Teme!" Naruto tidak kalah semangat sambil tersenyum tiga jari.
"hn" yah… setidaknya Sasuke membalas kan.
"Aku bawakan buah-buahan untukmu Hinata-chan. Agar kau lebih cepat keluar dari rumah sakit ini" ujar Sakura seraya mengangkat –menunjukkan satu kantong plastik berisihi beberapa jeruk, apel, dan buah lainnya.
"Tak perlu khawatir Saku-chan. Kata dokter, besok Hinata-chan sudah bisa pulang kok. Hehehe…." Naruto melipat kedua tangannya di belakang kepala.
"Wah. Itu bagus" ujar Sakura girang.
"hn. Dengan begitu pemakaman Kiba tak perlu ditunda lebih lama" ujar Sasuke datar. Tapi itu cukup membuat Hinata dan Sakura terkejut.
"P-pemakaman K-kiba-kun..?" Tanya Hinata heran.
Sasuke melirik Naruto, seolah meminta agar Naruto yang menjelaskannya.
"Itu… Aku dan Teme meminta keluarga Inuzuka untuk menunda pemakaman Kiba sampai kau pulih. Agar kau dapat melihat jenazahnya untuk terakhir kalinya" jelas Naruto seraya tersenyum kecut.
Hinata terpaku. Ia lalu menunduk seraya menyeka air matanya. "A-a…a-arigato…"
Sakura menghelas nafas. Ia berjalan mendekati Hinata dan duduk di sisi ranjangnya. Dengan lembut ia mengelus punggung sahabatnya itu. Berusaha membagi kesedihan yang dirasakan sahabatnya.
"Hinata…" Sakura perlahan memeluk Hinata. "Maafkan aku. Ini juga semua karena salahku" setetes air mata keluar di sudut mata emerald itu.
"Sudahlah… tak apa Saku-chan" Hinata berusaha mengelus punggung Sakura. membalas pelukan sahabatnya itu.
Naruto dan Sasuke tersenyum (tipis) melihat Sakura dan Hinata berpelukan. Entahlah itu senyum bahagia atau sebuah senyuman seringai yang sepertinya menginginkannya juga.
"Ehm, Aku tidak dipeluk juga nih Saku-chan" tuh kan, Naruto sudah mulai merayu sambil tersenyum jahil.
Sakura melepaskan pelukannya lalu menoleh. Melihat Naruto berdiri seraya tersenyum tiga jari sambil melipat kedua tangannya di belakang kepala..
"Untuk apa?" Sakura pun berdiri di hadapan Naruto.
"ya untuk minta maaf"
"Rasanya aku tak punya salah padamu" Sakura berkacak pinggang.
"Wah. Kau punya banyak salah padaku. Seperti kau sering menjitakku dengan kasar, dan kau seri~" perkataan Naruto terputus ketika mata samudranya melihat kejadian aneh di belakang Sakura.
Sakura menaikkan sebelah alisnya heran karena melihat Naruto mengap-mengap tak jelas seraya menunjuk belakang Sakura. ia pun menoleh kebelakang mengikuti arah telunjuk Naruto.
Mata emerald itu pun membulat melihat Hinata yang duduk di atas ranjang sedang dipeluk oleh Sasuke.
"S-s…S-sasuke…" wajah Hinata sudah memerah malu.
"Teme!!" seru Naruto yang kesadarannya sudah kembali. Ia lansung mendekati Sasuke dan melepaskan –menarik paksa kerah baju biru dongker yang digunakan Sasuke menjauh dari Hinata. "Apa Maksudmu melakukan hal itu?" Tanya Naruto kesal seraya menunjuk wajah Sasuke.
"Aku hanya meminta maaf pada Hinata. Sama seperti yang dilakukan si topi merah itu kan?" jawab Sasuke sambil menunjukkan wajah innocent-nya.
"Tapi kau tidak perlu memeluknya seperti itu. Lama lagi pelukannya!" protes Naruto yang tidak terima *?*
"Iya. Bilang saja kau mau mencarikan kesempatan untuk memeluk Hinata!' tuduh Sakura yang juga kesal.
"Memang iya" jawab Sasuke seraya menyeringai. Membuat Naruto dan Sakura semakin naik pitam. Mereka berdua berkacak pinggang seraya berseru…
"KAU INI!!!" seru Naruto dan Sakura berbarengan.
Hinata tertawa kecil melihat tingkah ketiga temannya yang menurutnya lucu*?*.
Melihat tawa bahagia di wajah Hinata itu, sontak membuat Naruto dan Sakura tersenyum melihatnya. Begitu pula Sasuke yang tersenyum tipis.
'tok tok' bunyi pintu kamar inap Hinata diketuk dari luar.
"Hey. Ini kamar pasien bukan kamar hotel. Kau tidak perlu mengetuknya. Hoaaam…" terdengar suara pemuda dari luar kamar yang sudah familiar bagi Naruto cs karena dia menguap di akhir kalimat.
"Tapi Shikamaru. Kita harus tetap menjaga sopan santun" terdengar suara wanita juga dari luar kamar.
"Huh. Merepotkan" gerutu suara pemuda tadi. Selanjutnya terdengar suara pintu terbuka bersamaan dengan masuknya Pemuda berambut hitam yang diikat ke atas ala samurai zaman edo.
"Shikamaru-senpai" sapa Sakura. Shikamaru hanya mengangguk malas.
"Ohayou Minna-san" seru gadis yang berdiri di samping Shikamaru. Ia berambut kuning berkuncir empat.
"loh. Temari-senpai?" Naruto terkejut melihat kehadiran gadis itu.
"Hai Naruto" Temari hanya tersenyum pada Naruto. Sedangkan Sakura dan Hinata heran melihat kehadiran gadis asing bagi mereka.
Sementara Sasuke, Aura disekitarnya mulai berbubah. Dia merasa gadis kuning itu membawa seseorang yang dia benci. Dan hal yang diduga Sasuke itu tepat.
Seseorang muncul dari balik punggung Temari. Pemuda berambut merah bata bermata jade dan bertato 'ai' di sudut dahinya.
"Wah. Gaara juga datang yah" ujar Naruto seraya tersenyum tiga jari.
"Cih! Dia!" gerutu Sasuke kesal. Dia tidak bisa mengontrol emosinya. Sehingga dalam hitungan detik kejadian panas pun terjadi.
Tiba-tiba Sasuke sudah berada di hadapan Gaara dengan kaki kanan di ayunkan ke samping kiri kepala Gaara (seperti hendak menendang kepala Gaara dari samping). Dengan tanggap Gaara menahan kaki kanan Sasuke dengan satu tangan kanannya. Ia menggenggam pergelangan kaki Sasuke tanpa mau melepaskannya.
Semua terkejut. Shikamaru mendengus. "Sudah kuduga akan begini jadinya" ujar Shikamaru seraya menggelengkan kepalanya.
"Cih. Sialan kau" umpat Sasuke kesal berusaha melepaskan kakinya dari genggaman Gaara.
"Kau yang memulai" ujar Gaara datar dengan tatapannya yang tajam.
"Gaara. Lepaskan dia" pinta Temari. Gaara pun melepaskan genggamannya.
Sasuke menarik kakinya. Sebenarnya ia masih hendak menyerang lagi. Tapi dia urungkan niatnya karena Shikamaru mengatakan "Sasuke. Jangan membuat ulah di sini. Ini rumah sakit"
Mata onyx itu menatap tajam mata jade tersebut. Begitu pun sebaliknya. Sasuke dan Gaara saling melempar death glare andalan mereka. Sehingga menimbulkan efek kilat dan petir diantara tatapan mereka.
Sakura menyikut Naruto "Kau mengenal mereka?" Tanya Sakura.
Naruto mengangguk. "iya. Mereka Temanku di Suna. Aku kenal mereka saat aku dan ayahku berkunjung ke Suna beberapa tahun yang lalu, karena ayahku menjalin bisnis dengan ayahnya" jelas Naruto.
"Oo.. lalu kenapa Uchiha sepertinya sangat membenci pemuda itu?" Tanya Sakura.
Naruto menaikkan kedua bahunya. "entahlah. Bahkan aku tak tau kalau mereka juga saling kenal"
'kreet' pintu kamar pasien itu kembali dibuka seseorang dari luar.
Masuklah gadis cantik berambut kuning panjang sepinggul. "Huf. Kau Jahat Gaara! Masa aku tadi ditinggal sih. Aku kan hanya pergi ke kamar mandi seben~" keluhan gadis itu terhadap Gaara terhenti saat mata ungunya melihat sosok pemuda beramput pirang yang berdiri di sisi ranjang pasien.
Senyuman mengembang di wajah gadis itu. Sedangkan Naruto terkejut melihat kedatangan gadis yang sangat ia kenal itu. "Shion-chan?"
"Naruto-kun!!" seru Shion seraya berlari kecil ke arah Naruto dan langsung merangkul tubuh tegap Naruto. Membuat pemuda bermata Samudra itu sedikit merona mendapatkan perilaku yang tiba-tiba itu.
"Akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi. Kau tau. Aku merindukanmu Naruto-kun" ujar Shion manja masih memeluk Naruto.
"oh ya… hehehehe….." Naruto menggaruk belakang kepalanya seraya tertawa canggung. Tapi tawanya terhenti ketika menyadari ada beberapa pandangan berarti menuju padanya.
Pertama, pandangan menggoda dari Shikamaru dan Temari. Kedua, pandangan sinis dari Sakura dan Hinata. Sedangkan Sasuke dan Gaara, mereka masih sibuk saling melempar death glare andalan mereka, tak peduli ada adegan langka yang terjadi (jarang-jarang ada cew cantik yang mau meluk Naruto kan. :p *dirasengan*)
-
*#~o0o~#*
-
Setelah cukup lama mereka saling memperkenalkan diri dan mengobrol, pengecualian Gaara. Shikamaru pun pamit pulang."Maaf ya Hinata. Aku tak bisa lama-lama di sini. Orang-orang Suna yang merepotkan ini harus aku antar dulu ke hotel mereka. hoaaaem… Menyusahkan saja" Ujar Shikamaru malas.
Temari berkacak pinggang. "Shikamaru. Jangan bicara seperti itu"
"Apa? Memang begitu kenyataannya kan. Aku kesini hanya ingin melihat keadaan Hinata sebagai perwakilan dari KHS. Tapi mendadak kau menelpon dan ingin dijemput di bandara, terlebih lagi kau juga ngotot mau ikut ke rumah sakit. Bukannya itu menyusahkan?" gerutu Shikamaru. Temari hanya menggembungkan pipinya kesal.
"Hoaaaem… kalau begitu aku pergi dulu yah" pamit Shikamaru lalu berbalik menuju pintu untuk keluar dari kamar pasien.
"Aku juga pulang dulu" pamit Temari seraya membungkukkan badanya separuh lalu mengekor di belakang Shikamaru. Begitu pula Gaara tapi tanpa mengucapkan satu kata pun. Namun langkahnya terhenti beberapa satu meter di belakang pintu, setelah sadar ada yang hampir ketinggalan.
Gaara menoleh ke belakang. Mata jade itu menatap ke arah Shion yang masih berdiri di samping Naruto seraya merangkul tangan kiri Naruto.
"Shion" ucap Gaara tajam. Seolah berkata 'ayo cepat pergi dari sini'
Namun Shion malah membuang muka ke arah lain agar mata ungu itu tidak menatap Gaara seraya berkata. "Aku mau di sini saja bersama Naruto-kun"
Naruto gelagapan ketika tatapan tajam Gaara beralih padanya. "Em… Shion-chan. Sebaiknya kau ikut Gaara dan yang lainnya dulu…" bujuk Naruto.
"Tidak mau. Aku masih mau bersamamu Naruto-kun" tolak Shion.
"Shion! Jika Kau tidak ikut. Kopermu akan kubuang di tengah jalan dan Bonekamu kurobek" ancam Gaara tajam lalu berjalan keluar kamar.
Shion terpaku sesaat sebelum ia mencak-mencak kesal seraya berseru "GAARAAA!!! Kenapa Kau Selalu Kejam Padaku?!!"
Dengan tak rela Shion melepaskan rangkulannya dari tangan Naruto "Maaf ya Naruto-kun. Aku harus pergi dulu. Tapi nanti kita bertemu lagi ya" pinta Shion.
"Tentu saja. Kau kan bisa menelponku nanti" Naruto mengangguk seraya tersenyum.
Shion membalas senyumannya. "Ja Naruto-kun!" pamitnya hanya pada Naruto tanpa memperdulikan Hinata, Sakura, maupun Sasuke.
Setelah Shion keluar dari kamar rawat Hinata. Aura di dalam kamar pun mulai berubah. Panas. Terutama dari Sakura.
Gadis bertopi merah itu berkacak pinggang di hadapan Naruto. "Jadi Naruto….. Siapa Gadis itu?!" tanyanya tajam.
"tadi kan dia sudah memperkenalkan diri. Namanya Shion dari Suna. Aku mengenalnya saat tak sengaja bertemu dan menyelamatkan dia dari preman Suna" jawab Naruto.
"Bukan itu Maksudku! Dia itu 'siapa'mu?!" Tanya Sakura kesal.
"Tentu saja hanya teman" jawab Naruto dengan penekanan kata pada 'hanya teman'.
"T-tapi Naruto-kun… k-kau dan S-shion tadi terlihat… err… m-mesra… a-pa mungkin kalian paca-ran?.." tanya Hinata gelagapan seraya menunduk dan memainkan kedua jarinya.
Naruto menoleh ke arah Hinata yang masih setia duduk di atas ranjangnya. "B-bukan kok! Dia bukan pacarku!" seru Naruto seraya mengayunkan kedua tangannya ke kanan dan ke kiri.
"Yang Benar?" Tanya Sakura memastikan dengan nada sinis.
"Iya Sungguh hanya teman. Suer deh!" Naruto mengacungkan dua jarinya berbentuk V di hadapan Sakura. berusaha meyakinkannya.
Sasuke mendengus. "Memangnya kenapa kalau Naruto pacaran dengan gadis itu? Kau cemburu?" Tanya Sasuke tajam melirik Sakura.
"Ah! T-tidak kok! A-aku hanya marah saja jika Naruto Pacaran tanpa sepengetahuanku dan Hinata. Masa dia mau main rahasia pada sahabatnya sendiri sih!" gerutu Sakura sedikit gugup*?*.
"Hahaha… tenang saja Saku-chan. Aku pasti akan beritau padamu dan Hinata jika aku sudah punya pacar baru. Sekalian aku traktir kalian" ujar Naruto semangat seraya tersenyum tiga jari.
'kuharap gadis yang beruntung itu aku.' batin salah satu di antara sahabat Naruto.
Sasuke lalu melirik arloji rolex yang terikat di pergelangan tangan kanannya. Pukul 11.47 am.
"Hinata. Aku juga pergi sekarang. Aku punya urusan yang harus ku kerjakan" ujar Sasuke. Pemuda berkacamata itu berjalan mendekati ranjang Hinata seraya menyeringai.
Seakan tau apa yang ingin dilakukan Sasuke. Naruto langsung menghadang Sasuke.
"Jangan harap kau bisa memeluk Hinata-chan lagi Teme!!" ujar Naruto kesal.
"Dobe. Aku kan hanya ingin memberi pelukan perpisahan" ujar Sasuke memasang wajah innocent.
"Tidak Perlu! Kalau mau pulang, ya pergi saja sana! Hus Hus!" usir Naruto kesal.
"Ah. Kau tidak asik dobe. Bilang saja kau cemburu karena tidak mendapatkan pelukanku" goda Sasuke bercanda seraya tersenyum tipis.
Naruto bergidik. "Kyaa! Kau gila Teme!" serunya kesal seraya menunjuk wajah Sasuke.
Hinata tersenyum geli. Sedangkan Sakura tersenyum kecut? Kenapa? Yah… dia tak bisa pungkiri kalau dirinya sedikit cemburu.
"Baiklah aku pulang sekarang" pamit Sasuke lalu melirik Sakura. "hey topi merah! Kau tidak ikut?" tawar Sasuke.
Sakura sedikit terkejut. "maksudmu aku?" Tanya Sakura memastikan seraya menunjuk dirinya sendiri.
"hn. Aku kan melewati rumahmu. Jadi tak masalah jika kau menumpang mobilku" jawab Sasuke.
"Ok. Aku ikut pulang denganmu. Lagipula jika aku terlalu lama di sini. Ino-neechan bisa marah padaku" ujar Sakura seraya tersenyum.
"Hati-hati di jalan yah Sasuke, Saku-chan" ujar Hinata tersenyum.
"Iya"
"hn"
"Teme. antar Saku-chan pulang dengan selamat. Awas kau kalau macam-macam dengannya" ancam Naruto sedikit bercanda.
"Cerewet." Umpat Sasuke.
-
*#~o0o~#*
-
"Telpon dari siapa?" Tanya Hinata penasaran karena Naruto terlihat gelisah setelah menerima telpon dari seseorang."Ah! I-itu.. dari ayahku. Dia menyuruhku pulang. Katanya ada hal penting yang ingin dibicarakannya" jawab Naruto.
"Kalau begitu. Kau pulang saja Naruto-kun" pinta Hinata yang masih setia duduk di atas ranjang.
"Tapi Hinata-chan. Mana bisa aku meninggalkanmu sendiri di sini" tolak Naruto keberatan
"Tak apa Naruto-kun. A-aku akan baik-baik saja. Mungkin hal yang ingin disampaikan Minato-sama sangat penting. Kau harus pulang" pinta Hinata lagi meskipun dirinya sedikit tak rela mengatakan hal itu.
"Tapi Hinata-chan. Bagiku, kau itu Lebih Penting" ujar Naruto dengan nada yang meyakinkan. Membuat Hinata kembali merona.
"Sudahlah. Kau pergi saja Naruto. Biar aku yang menemani Hinata-hime" tiba-tiba terdengar suara berat dari arah pintu. Naruto dan Hinata pun menoleh. Melihat seorang pemuda berambut hitam panjang dan bermata lavender yang baru saja masuk ke dalam kamar.
"N-neji-niisan"
"Neji-senpai"
-
*#~o0o~#*
-
Setelah Naruto pamit pulang. Tinggallah dua keluarga Hyuuga dalam kawar rawat Hinata.Neji duduk di kursi samping ranjang Hinata dan menghadap ke arah adik sepupunya itu.
"Paman Hiashi tak bisa menjengukmu karena urusan kerja lagi ya?" Tanya Neji memulai pembicaraan.
Hinata hanya mengangguk.
"Hanabi?"
"Hari ini dia ada ujian"
Neji mendengus. "Seandainya bibi Hana masih ada. Pasti beliau sudah setia menemanimu di sini"
"I-iya…" Hinata menunduk seraya tersenyum kecut. Ia kembali mengingat ibunya. Hyuuga Hana yang sudah lama meninggal karena kanker rahim yang dideritanya.
"Hinata-hime" panggil Neji.
Hinata pun mendongak dan menoleh ke arah Neji. Sepasang mata lavender itu saling bertemu.
"Kenapa kau pergi ke hutan Oto?" Tanya Neji.
Hinata sedikit tersentak. Dia terkejut dengan pertanyaan Neji, Padahal dia ingin menghindari pertanyaan ini.
"Hime? Jawab pertanyaanku" tuntut Neji karena Hinata hanya terdiam.
Hinata menatap mata lavender itu dengan tatapan sayu. Dia bimbang. Apa perlu dia menceritakan tujuannya ke Hutan Oto pada Neji? Apa dia harus mengingat kembali kejadian yang sangat ingin dilupakannya itu? Tidak!.... tapi, Hinata tidak bisa merahasiakan hal ini pada kakaknya. Neji juga harus tau masalah apa yang dia hadapi sekarang.
Di saat Hinata masih ragu untuk menceritakan pengalamannya. Wanita asing itu kembali datang.
Tiba-tiba perempuan yang memanggil nama Hyuuga itu sudah hadir dalam kamar Hinata.
Mata Lavender Hinata terbelalak melihat perempuan itu sudah berdiri di belakang Neji. Perempuan dengan wujud transparan, sehingga kita bisa melihat tembus pandang melewati tubuhnya. Perempuan itu masih menggunakan gaun putih panjang yang sudah kusam. Rambut hitamnya pun masih tergurai tak terawatt menutupi sebagian wajahnya. Kedua tangan perempuan itu diacungkan kebelakang Neji, tepat di samping kanan kiri leher Neji. Seperti hendak mencekik leher Neji?
Hinata terkejut dengan apa yang ingin dilakukan perempuan itu. Rasanya dia ingin berteriak. Tapi lagi-lagi dia tidak bisa. Tubuhnya kembali kaku untuk bergerak.
Alhasil perempuan itu melanjutkan aksinya. Tapi sayangnya, tangan perempuan itu menembus leher Neji. Ia tak bisa menyentuh Neji. Namun perempuan itu seperti tidak menyerah. Ia kembali mengayunkan tangannya. Tapi hasilnya tetap saja tangan itu menembus tubuh Neji.
Hinata memperhatikannya. Perempuan itu tidak seperti ingin mencekik Neji. Tapi malah tetlihat seolah perempuan itu berusaha merangkul Neji dari belakang. Tapi tak bisa.
Angin pun berhembus masuk melewati pintu kamar pasien Hinata. Entah kenapa, angin itu bisa meniup rambut hitam panjang perempuan itu. Sehingga wajah yang pucat itu terekspos di mata Hinata.
Gadis berambut indigo itu terkejut saat melihat wajah yang sangat familiar itu.
Di saat yang bersamaan mata coklat itu mengeluarkan setetes air mata menatap Neji dari belakang. Seraya berkata..
'Hyuuga….'
Hinata berusaha mencerna apa yang dilihatnya. Dan saat itu pula dia sadar. Selama ini, bukan dia yang dipanggil oleh suara wanita itu. Melainkan 'Hyuuga Neji'.
Tapi kenapa? Kenapa hanya Hinata yang bisa mendengar maupun melihat perempuan itu? Sedangkan Neji, sama sekali tidak sadar ada seseorang yang berdiri di belakangnya dan memanggil namanya. Perempuan itu menangis seraya berusaha merangkul Neji dari belakang. Tapi tak bisa karena tangannya menembus tubuh Neji. Hinata pun bertanya dalam hati. Sebenarnya ada apa yang terjadi diantara mereka?
"Hinata-Hime? Kau tak apa-apa?" Tanya Neji mulai khawatir melihat Hinata diam terpaku pada sesuatu yang dilihatnya.
Entah sadar atau tidak. Hinata menyebut nama perempuan itu dengan nada pelan. "Tenten-senpai"
Neji tersentak. Ia tak tau apa yang dilihat Hinata. Tapi ia menoleh ke belakang mengikuti arah tatapan Hinata.
Dan disaat yang bersamaan. Tenten telah menghilang.
-
*#~o0o~#*
-
Naruto
duduk di sofa dengan wajah cemberut. Tangannya dilipat di depan dada
seraya menatap orang di hadapannya dengan kesal. Wanita paruh baya
berambut merah sepinggul sedang berdiri di hadapan Naruto sembari
menceramahinya tanpa henti."Jadi. Lain kali jangan coba-coba pergi keluar rumah tanpa izin dari Orangtuamu Naruto-kun. Kau itu sudah dewasa. Berapa kali harus dibilangi sih!" gerutu Wanita itu yang tak lain adalah ibu Naruto.
"Sudahlah Kushina-chan. Kau sudah berbicara hampir satu jam pada Naruto. Itu sudah cukup tuk menasihatinya" celetuk pria paruh baya berambut pirang dan bermata biru samudra yang sedang duduk di Sofa berhadapan dengan Naruto sekaligus dibelakang Kushina.
Kushina mendengus seraya menoleh ke belakang. "Aku tak percaya ini sudah cukup. Dia itu susah dinasehati. Masuk ke telinga kanan, keluar ke telinga kiri. Sama sepertimu Minato-kun!" tujuk Kushina pada Minato.
"Tentu saja. Kalau gak mirip bukan ayah dan anak dong" celetuk Naruto membuat Khusina mendelik padanya.
Minato menghela nafas. "Kushina sayang. Apa sudah selesai? Aku juga perlu bicara pada putra kita kan?" pinta Minato dengan nada lembut sehingga Kushina sedikit merona dipanggil seperti itu.
"Baiklah. Aku sudah selesai. Sekarang giliranmu Minato-kun" ujar Kushina seraya duduk di samping Minato.
Naruto membelalakan matanya. "Hah! Masih ada Ceramah lagi!"
Minato terkekeh melihat reaksi anaknya itu. "Tenanglah Naruto. Kau tau kan. Ayah tidak pandai dalam hal menceramahi orang. Yah kecuali ibumu ini" ujar Minato seraya melirik wanita di sampingnya. Kushina langsung mencubit lengan Minato membuat pria itu meringis kecil.
"Kuharap kau membecirakan hal yang benar-benar penting ayah" harap Naruto.
"Tentu saja ini adalah penting. Karena kau akan memikul tugas yang berat" ujar Minato.
Naruto mengerutkan keningnya "Maksud ayah?"
"Sebenarnya Ayah dan Ibu sedikit keberatan dengan keputusan Ini. Tapi ya… apa boleh buat. Mereka sudah memilihmu" Kata Minato.
"Ayah. Aku benar-benar tidak mengerti apa maksudmu?" ujar Naruto frustasi seraya menggaruk kepalanya.
Minato kembali menghela nafas. "Baiklah. Langsung pada intinya saja"
"Yah Itu lebih baik. Cepat katakan" pinta Naruto tak sabaran.
"Naruto-kun. Sopanlah sedikit pada orangtuamu!" Kushina berkacak pinggang. Naruto hanya menggembungkan pipinya kesal.
Minato kembali terkekeh sebelum ia berhenti dan mengatakan kalimat yang begitu tegas ala Walikota Konoha.
"Namikaze Naruto. Mulai saat ini. Kau akan diangkat menjadi Anggota Cadangan Anbu yang baru"
-
*#~o0o~#*
-
Sasuke
menekan beberapa tombol di ponselnya. Hendak menelpon seseorang. Tangan
kirinya memegang kendali stir mobil, sedangkan yang kanan menempelkan
headset di telinga kananya agar dapat mendengar suara orang yang
ditelponya.Mata onyx dibalik kacamata itu terfokus pada jalanan yang dilewatinya. Mobilnya baru saja meninggalkan rumah Sakura setelah mengantarnya. Sekarang tujuan si bungsu Uchiha itu adalah bandara. Dia ingin menjemput seseorang yang baru saja tiba di Konoha. Yah. Hari ini banyak juga yang tiba di Konoha.
"Halo Sasuke. Ada apa? Hoaem.." terdengar suara berat dari headset Sasuke.
Sasuke sweatdrop mendengarnya. 'orang ini benar-benar tak berhenti untuk menguap' batinnya
"Shikamaru. Ada yang ingin kutanyakan padamu?"
"Pasti tentang Gaara kan?" tebak Shikamaru tepat pada sasarannya.
"hn. Apa yang diinginkan dua anggota Anbu Suna itu ke Konoha?" Tanya Sasuke tajam. Dia memang sangat tidak suka dengan kehadiran mereka.
"Tenang saja Sasuke. Rivalmu itu tidak akan mengganggu kasus yang kau tangani. Jadi santai saja" jawab Shikamaru dengan nada malas.
"Darimana kau tau?"
"Temari yang mengatakannya padaku. Dia bilang, dia dan adiknya ke Konoha karena mengejar organisasi penjahat yang bernama Akatsuki. Dan diduga sekarang bersembunyi di Konoha" jelas Shikamaru.
"Akatsuki?"
"yah. Katanya juga. Gaara sangat antusias mengejar seseorang yang bergabung dengan akatsuki itu"
"Siapa?" Tanya Sasuke sangat penasaran.
Terdengar Shikamaru menguap dari seberang sana. Dengan nada malas ia pun menjawab…
"Kakaknya yang bernama….
.
.
.
.
.
AKASUNA NO SASORI…."~~TBC~~
0 komentar:
Posting Komentar