DILEMA CINTA DIANTARA SAHABAT PART 11

Minggu, 23 Desember 2012
Dilema Cinta Diantara Sahabat
By Sakura Dini
Disclaimer: Naruto-Masashi Kishimoto
Pairing: NaruHinaSasuSakuNaru (tentang cinta segi empat)
Warning: OOC (mungkin) & AU

Summary: "Perintahkan Deidara untuk membom penjara mereka. Pastikan Mereka mati sebelum diperiksa oleh Anbu Konoha" katanya tajam."Segera dilaksanakan. Pain" Konan mengangguk.

PENYESALAN

Chapter 11

"Dia sudah melewati masa kritis" pernyataan dari dokter yang baru saja keluar dari ruangan ICU itu cukup membuat ketiga anak muda yang sejak tadi menunggu temannya bisa bernafas lega.
"Syukurlah" ucap Sakura sembari menyeka air matanya.
"Hinata-san akan dipindahkan ke ruangan pasien. Mungkin enam jam lagi dia akan sadar dari tidurnya. Selama itu kalian boleh menunggunya, berhubung tak ada satu pun kerabat yang bisa menjenguknya saat ini" jelas Dokter.
"Arigato dok." Ujar Naruto. Dokter itu hanya tersenyum sebelum ia pergi melanjutkan tugasnya. Bersamaan hilangnya dokter di balik tikungan koridor itu, datang sosok pemuda berambut mencuat seperti nanas menghampiri ketiga anak muda itu.
"Shikamaru-senpai?" Sakura heran melihat kedatangan ketua osis KHS itu.
"Hoaem… tak kusangka kalian bisa membuat semua orang menjadi panic. Bahkan rumah sakit ini pun harus dijaga ketat oleh polisi" komentar Shikamaru malas mengingat sebelum masuk ke rumah sakit ini dia harus melewati pemeriksaan polisi yang sangat ketat.
"Itu wajar saja bukan? Karena ini adalah tindakan criminal" tanggapan Sasuke datar.
"biar kutambahi. Tindakan criminal yang tragis karena sudah memakan satu nyawa siswa KHS. Bahkan hampir dua nyawa sekaligus" tambah Shikamaru dengan nada sinis.
Sasuke mendengus. "katakan saja apa maumu kemari?" Tanya pemuda berkacamata itu kesal.
"Aku hanya ingin menjemputmu. Ayahmu mau bertemu denganmu" jawab Shikamaru.
"Ayahku atau…… ketua Anbu?" Tanya Sasuke dengan nada penekanan pada akhir kata seraya berbisik agar tidak didengar Naruto dan Sakura.
"Yeah. Dua-duanya bukan?"
"Untuk apa?"
"Oh Ayolah Sasuke. Kita semua tau bukan. Kau adalah orang yang paling bertanggung jawab atas musibah ini. Karena kau yang mengajak mereka semua ke hutan Oto" jelas Shikamaru atau bisa dibilanng sebuah sindiran.
"hn. Baiklah. Aku ikut denganmu" ujar Sasuke seraya berpaling meninggalkan Naruto dan Sakura. tapi baru beberapa langkah…
"Tunggu!!" Naruto memanggilnya membuat Sasuke dan Shikamaru berhenti.
Sasuke pun berbalik seraya mengatakan "Ada apa lagi Dob~"
'Bruk!' satu bogeman dari Naruto mendarat mulus di pipi kiri Pemuda berkacamata itu. Membuat sudut bibir tipis Sasuke mengeluarkan sedikit darah. Sakura dan Shikamaru sama-sama terkejut dengan aksi Naruto yang mendadak itu.
"Naruto! Apa yang kau lakukan?" seru Sakura dengan ekpresi kaget
"Ini semua memang salahmu! Dari awal aku sudah katakan padamu. Pergi ke hutan Oto adalah IDE GILA!!" hardik Naruto penuh amarah tanpa memperdulikan Sakura.
Sasuke menghapus darah di sudut bibirnya. "Oh. Jadi sekarang kau menyalahkanku. Kenapa kau tidak intropeksi dirimu sendiri? Bukan kah ini semua berawal dari salahmu?" ujar Sasuke.
Naruto semakin geram. "Apa katamu?!"
"Seandainya dari awal kau lebih percaya pada Hinata tentang ceritanya. Mungkin dia tidak perlu susah-susah pergi ke Hutan Oto untuk membuktikan ceritanya pada kalian. Dan tidak akan menerima tawaran dariku untuk menyelidikinya bersama" jelas Sasuke.
Ekspresi Naruto yang awalnya marah mulai memudar. Ucapan Sasuke ada benarnya.
Sasuke menghela nafas kemudian berbalik membelakangi Naruto. "Ku akui. Ini salahku. Tapi kau yang memulainya Naruto. Melakukan kesalahan kecil yang menimbulkan masalah besar ini. Tidak percaya pada sahabat sendiri" jelas Sasuke lagi kemudian pergi meninggalkan mereka.
"Sasuke benar Naruto. Apa susahnya sih mempercayai seorang sahabat? Hm?" tambah Shikamaru lalu menyusul Sasuke pergi.
Naruto menunduk. Mata Samudranya mulai banjir lagi. Tangannya mengepal kembali. Dan tubuhnya gemetar. Penyesalan yang sangat dalam menyelebungi hatinya.
"Aku memang tidak berguna" ucapnya lirih.
Gadis bertopi merah dibelakangnya menatap punggung Naruto dengan iba."Naruto….."

*#~o0o~#*

Di sebuah ruangan besar. Seorang pria dengan rambut spike berwarna merah kekuning-kuningan, dan beberapa piercing menghiasi wajahnya. Pria itu menggunakan jubah berwana hitam dengan lambang awan merah putih pada motif jubahnya. Dia duduk di kursi besarnya seraya menengadah dan menutup matanya, menikmatai sinar bulan yang masuk melelui jendela kaca menerpa wajahnya.
"Pain" panggil seorang wanita berambut biru tua yang juga menggunakan jubah yang sama. Wanita itu berdiri di depan kursi pria yang bernama Pain.
"Kau bawa berita apa Konan?" Tanya Pain tanpa mengubah posisinya.
"sepuluh orang yang kita kirim gagal melakukan misinya. Mereka hanya berhasil membunuh satu orang cadangan anbu. Ditambah lagi salah satu diantara mereka tewas" jawab Konan.
"Lalu. Mana sisanya?"
"Tertangkap kepolisian Konoha. Mereka ditahan dan akan diintrogasi oleh Anbu. Bagaimana ini Pain? Bisa-bisa mereka akan membocorkan rahasia kita" ujar Konan.
Pain menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya. Perlahan ia membuka matanya. Memperlihatkan pupil mata yang sangat langkah dimiliki seorang manusia. Pain menoleh menatap Konan.
"Perintahkan Deidara untuk membom penjara mereka. Pastikan Mereka mati sebelum diperiksa oleh Anbu Konoha" katanya tajam.
"Segera dilaksanakan. Pain" Konan mengangguk.

*#~o0o~#*

Bandara Suna.
Seorang pemuda berambut spike merah bata dengan tato 'Ai' di dahinya. Berdiri memegang koper hitam yang lumayan besar. Mata emerald nya melihat sekumpulan orang berlalu-lalang di hadapannya yang juga rata-rata membawa koper.
"Dua puluh lima menit lagi pesawat akan lepas landas. Kau yakin akan pergi ke Konoha. Gaara?" Tanya pemuda berambut spike hitam pada Pemuda rambut merah itu.
"Sudahlah Kankuro. Kau tak perlu khawatir, kan ada aku yang menemani Gaara" ujar gadis berambut kuning berkuncir empat seraya menepuk bahu Kankuro.
Kankuro mendengus. "Kau mau menemani Gaara atau mau bertemu dengan si kepala nanas itu. Temari-neechan?" sindir Kankuro.
Temari hanya terkekeh. "Hehehehe… dua-duanya" ujarnya seraya mengacungkan dua jarinya.
Kankuro memutar bola matanya. "Hey Gaara! Kau dengar aku atau tidak sih?" Kankuro mulai kesal melihat adiknya itu yang selalu diam.
Gaara menoleh menatap Kankuro. "hn. Aku yakin dia sekarang ada di Konoha. Karena itu akan menyusulnya" ujar Gaara datar.
"Sampai kapan kau akan terus mengejarnya?" Tanya Kankuro.
"Entahlah…." Jawab Gaara datar dan tidak memuaskan bagi Kankuro.
"Huh! Kau itu seperti orang Gila. Sudah tau dia lebih memilih bergabung dengan organisasi… apa lagi namanya itu? Aka… Aka…" Kankuro menggaruk kepalanya.
"Akatsuki!" seru Temari.
"Yah. Itu maksudku! Akatsuki! Dia meninggalkan kita hanya karena itu. Kau tau. Nenek Chiyo saja sudah merelakannya" ujar Kankuro kesal.
"Kankuro. Kau itu cerewet sekali. Sudahlah. Kau tetap di Suna saja menjaga Nenek Chiyo" pinta Temari.
"Enak saja. Memangnya kau pikir aku penjaga panti jompo apa?" gerutu Kankuro yang sukses langsung mendapatkan death glare dari Temari dan Gaara.
"Ok ok. Aku akan tetap di sini menjaga Nenek Chiyo kita yang tersayang, tercinta, tercantik dan termuda" sindir Kankuro dengan nada yang dibuat-buat sehingga Temari dan Gaara sweatdrop berjamaah.
"Ayo pergi Gaara. Nanti kita ketinggalan pesawat lagi gara-gara berdebat dengan orang lebay ini" ajak Temari. Gantian Kankuro yang melempar death glare ke Temari.
"Tunggu!!" seruan gadis itu sukses membuat Gaara dan yang lainnya menoleh ke sumber suara.
Seorang Gadis berambut kuning pucat tergurai panjang hingga pinggul dan bermata ungu. Ia berlari kecil sembari menyeret koper biru tuanya, ia mendekati Gaara.
"Syukurlah aku tidak terlambat" ujar Gadis itu setengah ngos-ngosan karena sudah berlari.
"Kau? Mau apa kesini?" Tanya Kankuro menaikkan sebelah alisnya.
"Aku mau ikut ke Konoha!" jawab Gadis itu girang.
"Untuk Apa?" Tanya Gaara heran.
Gadis itu tersenyum lalu menjawab dengan semangat "Tentu saja Untuk Bertemu dengan Naruto-kun!"

*#~o0o~#*

"Apa?!" seru Shikamaru tiba-tiba. Ia langsung membanting stir mobil dan menepikan mobil sedannya di pinggir jalan.
Kepala Sasuke hampir saja terbentur kaca mobil jika saja dia tidak menahannya dengan kedua tangannya. Ia menoleh ke arah Shikamaru dengan tatapan kesal. "Apa yang kau lakukan?!" Tanya Sasuke kesal.
Shikamaru tidak menanggapi pertanyaan Sasuke. Ia masih saja serius mendengar suara dari hpnya. "Baiklah. Aku akan segera kesana setelah mengantar Temanku dulu" ujar pemuda berambut nanas itu seraya mengangguk dan memutuskan hubungan telepon.
Shikamaru langsung menoleh menatap Sasuke. Melihat ekspresi wajah Shikamaru, Sasuke tau, ada sesuatu hal buruk yang sudah terjadi.
"Apa yang terjadi?" Tanya Sasuke.
"Ledakan terjadi di penjara kepolisian Konoha sebelah Barat. Sembilan orang yang menyerangmu di hutan Oto, tewas di tempat sebelum Anbu sempat mengintrogasinya" jawab Shikamaru.
Mata onyx Sasuke membulat lebar di balik kacamatanya. Ia tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "I-itu artinya…"
"kita tidak sempat tau siapa yang menyuruh penjahat bayaran itu" Shikamaru menyambung perkataan Sasuke.

*#~o0o~#*

Sakura turun dari mobil polisi. Ia membungkukkan badannya menghadap ke polisi yang berada dalam mobil.
"Terimakasih sudah mengantarku pulang. Jadi merepotkan Pak polisi" ujar Sakura dengan senyum canggung.
"Tak apa nak. Ini sudah tugasku. Lagipula tak baik jika kau pulang sendirian dari rumah sakit jam 4 pagi buta begini." ujar Polisi itu.
"Sekali lagi terimakasih"
"Sama sama. Kalau begitu aku harus kembali ke rumah sakit. Lain kali jangan pergi ke hutan Oto lagi ya nak" pesan Polisi. Sakura mengangguk. Polisi itu pun menancap gas meninggalkan Sakura berdiri di depan rumahnya.
Sakura menghela nafas panjang menatap rumahnya yang masih sepi. 'Apa mereka sudah tau kalau aku pergi ke hutan Oto?' batin Sakura bertanya-tanya. Mengingat beberapa jam yang lalu ia baru saja mengendap-endap keluar rumah tanpa diketahui neneknya dan kakaknya.
Sakura merogoh saku celananya. Mengambil duplikat kunci rumahnya. Perlahan Sakura membuka pintu rumah. Gelap menyelubungi isi rumah. 'rupanya masih tidur. syukurlah' batin Sakura seraya menghela nafas lega.
Kaki jenjangnya melangkah perlahan dan mengendap-ngendap. Berusaha tidak menimbulkan suara. Saat kaki Sakura menyentuh anak tangga pertama untuk menuju kamarnya yang dilantai dua. Tiba-tiba lampu menyala.
'Mati aku' umpat Sakura kesal. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Dengan ragu Ia menoleh ke belakang tempat skalar lampu ditempelkan.
Sakura menelan ludahnya sendiri saat melihat sosok wanita yang dikenalnya berdiri dengan berkacak pinggang. Wanita berambut pirang bermata biru menatap Sakura dengan garang. Rambut pirangnya yang biasa dikuncir sekarang tergurai. Ia menggunakan piyama berwarna ungu.
"H-Ha.. hai Ino-neechan" sapa Sakura berusaha tersenyum.
Mata biru itu melebar secara sempurna. "Baka!" serunya tiba-tiba membuat Sakura terkejut.
"Apa yang kau cari? Malam-malam pergi ke hutan Laknat itu hah?!" hardik Ino geram.
"K-kau sudah tau?"
"Tentu saja aku tau. Satu jam sebelum kau pulang. Polisi menelpon kami dan memberitaukannya. Sekarang Tsunade-baachan pergi ke kantor polisi. Bukannya meringankan beban Tsunade-baachan kau malah menyusahkannya!" tuduh Ino dengan marah.
"Maafkan aku… aku tidak tau kalau akan begini jadinya" Sakura menunduk.
"Makanya… jangan pergi ke hutan Oto!" pinta Ino
"Kau sendiri. Satu tahun lalu kau juga pernah ke sana kan?" tuduh Sakura
"Iya. Tapi aku tidak seperti dirimu yang sudah menghilangkan nyawa teman sendiri" bela Ino.
"Tapi. Bukannya Tenten-senpai sudah mat~"
"Siapa bilang Tenten mati hah?!" seru Ino tiba-tiba memotong perkataan Sakura.
"i-itu…"
"Tenten Tidak mati! Dia hanya pergi untuk sementara. aku yakin dia akan kembali…" suara Ino mulai gemetar. Mata birunya juga mulai basah.
"Ino-neechan…" Sakura hendak menghampiri kakaknya tapi langkahnya terhenti karena Ino kembali membentaknya.
"Masuk ke kamarmu! Kau dihukum tidak boleh keluar rumah sampai Tsunade-baachan kembali!" seru Ino.
"Ta-tapi… aku mau menjenguk Hinata lagi di rumah sakit" ujar Sakura.
"Tidak ada tapi-tapi-an. Ini hukuman karena malam-malam kau kabur dari rumah" kata Ino.
Dengan wajah kesal. Sakura berlari menaiki tangga menuju kamarnya. ia lansung membanting pintu dengan keras setelah memasuki kamarnya.

*#~o0o~#*
You are my friend
aa… ano hine yume
ima demo mada
wasurete nain desho

Hp Sasuke berdering di saku celananya. Segera Sasuke mengambilnya tanpa menghentikan langkahnya berjalan di koridor gedung kantor Anbu Konoha. Sasuke menyerngitkan dahinya melihat layar hpnya.
'Naruto-Dobe calling'
"Siapa?" Tanya Shikamaru yang juga berjalan di samping Sasuke.
"Naruto" jawab Sasuke datar.
"Jawab saja. Siapa tau ada hal penting yang disampaikan setelah meninjumu. Meminta maaf mungkin?" sindir Shikamaru.
Sasuke memutar bola matanya. Ia langsung menekan tombol hijau lalu mendekatkan hp di daun telinganya
"Hn. Ada apa Naruto?" Tanya Sasuke langsung to the point.
"Sasuke… itu… aku mau minta maaf karena sudah memukulmu tadi" ujar Naruto dari seberang sana.
'tepat. Dugaan Shika benar' batin Sasuke.
"Tak apa. Aku bisa memahami tingkahmu yang masih kekanak-kanakkan" kata Sasuke dengan nada mengejek.
"Teme!!" seru Naruto kesal.
"Apa hanya itu yang ingin kau bicarakan? Aku tidak punya banyak waktu" ujar Sasuke seraya menghentikan langkahnya di depan sebuah ruangan yang bertuliskan 'Ruangan Ketua Anbu' di papan kecil itu.
"Aku punya permohonan padamu" ujar Naruto dengan nada serius.
"hn?"
"Aku ingin kau segera memecahkan kasus ini. Aku tidak mau Hinata-chan dan yang lainnya terluka lagi. Tidak boleh ada korban lagi" kata Naruto lirih
"Aku tau" ujar Sasuke
"Satu hal lagi"
"Apa lagi?"
"Aku harap aku bisa membantumu. Apa pun itu akan aku lakukan untuk menebus kesalahanku. Aku mohon… Sasuke…" pinta Naruto
Sasuke terdiam sejenak. kemudian ia mengatakan. "Akan aku usahakan" ujar Sasuke lalu memutuskan hubungan tanpa memberi kesempatan pada Naruto untuk berterimakasih.
Sasuke membuka pintu ruangan Ketua Anbu Konoha di hadapannya. Pemuda berkacamata itu lansung masuk diikuti Shikamaru dibelakangnya.
Ruangan dengan luas 4x5 meter dengan nuansa klasik (yah pokoknya seperti kantor detektif lah. Maaf Dini tidak bisa mendiskripsikannya *ditabok readers*)
Seorang pria paruh baya bermata onyx dan berambut hitam seperti rambut Sasuke. Ia duduk di kursinya. Di depan mejanya sedikit berantakan dengan berkas-berkas. Sebuah papan nama terpampang di atas mejanya. 'Uchiha Fugaku'
"Duduklah" pintanya pada Sasuke dan Shikamaru yang baru saja masuk.
Kedua pemuda itu langsung duduk di kursi dan berhadapan dengan Fugaku.
"Ada apa Pak?" Tanya Sasuke sopan. Meskipun Fugaku adalah ayahnya sendiri, tapi jika berhadapan dengannya saat di kantor, Sasuke harus menganggapnya sebagai bosnya bukan ayahnya. Begitu pun sebaliknya.
"Kau tau. Kau sudah melakukan kesalahan yang besar Sasuke" ujar Fugaku.
"Iya Pak. Aku tau"
"Kau harus menerima hukuman apa pun yang diberikan padamu" pinta Fugaku.
"Aku siap menerimanya Pak" kata Sasuke yakin.
"hn. Baiklah" Fugaku menghela nafas penjang. "Kau dihukum tidak akan naik pangkat menjadi anggota Anbu yang resmi"
Seketika itu mata onyx Sasuke membulat lebar di balik kacamatanya. Yang benar saja? Dia mati-matian mengejar pangkat itu. Dan sekarang dia tidak bisa meraihnya? Apa pun Sasuke akan menerima hukumannya asal bukan ini. Terlalu berat baginya.
Dengan emosi memuncak mendengar pernyataan itu secara tiba-tiba. Sasuke mengepalkan tangannya. Ia segera berdiri dari duduknya seraya berseru "Ayah! Ini keterlaluan!"
"Sasuke! Jaga keseponanmu di hadapan Ketua!" seru Shikamaru mengingatkan Sasuke seraya menarik tangan Sasuke agar kembali duduk.
Sasuke lansung sadar. Ia pun kembali duduk. "Maaf… Pak. Aku kelepasan" Sasuke menundukkan kepalanya.
Fugaku mendengus. "Sasuke kau belum mendengarkan penjelasanku sepenuhnya" ujar Fugaku.
"…" Sasuke tetap diam menunduk.
"Kau tidak akan naik pangkat menjadi anggota Anbu yang resmi. Kecuali dengan satu cara" kata Fugaku seraya menopang dagunya dengan punggung kedua tangannya.
Sasuke langsung mengangkat kepalanya menatap Fugaku. 'masih ada kesempatan' batinnya.
"Satu-satunya cara agar kau naik pangkat adalah memecahkan kasus ini sampai tuntas. Hanya kasus ini dan bukan kasus yang lain"
Sasuke kembali terkejut. Belum sempat ia mengucapkan kata-kata Fugaku langsung mengatakan.
"Uchiha Sasuke. Mulai saat ini. Kau ditugaskan memecahkan kasus menghilangnya seorang gadis tiap tahun di Konoha City dan juga menjaga Hyuuga Hinata yang kemungkinan menjadi korban hilang selanjutnya…. Apa kau keberatan? Uchiha Sasuke?" Tanya Fugaku meminta persetujuan Sasuke seraya menyeringai.
"Tidak pak. Aku bersedia melaksanakan tugas ini" jawab Sasuke tegas
"Em… maaf pak" Shikamaru mengacungkan tangannya pertanda ada hal yang ingin disampaikan.
"yah Shikamaru. Ada apa?" Tanya Fugaku.
"Begini pak. Kurasa hukuman itu kurang pas diberikan pada Sasuke. Bagaimana kalau ditambahkan satu persyaratan lagi?" tawar Shikamaru yang langsung mendapatkan death glare dari Sasuke. Seolah mengatakan 'jangan memperburuk suasana baka!'
"Apa saranmu?" Tanya Fugaku lagi.
"Kita tidak bisa membiarkan Sasuke bertindak sendirian. Bisa-bisa kesalahan ini terulang lagi. Dia terlalu gegabah dan sombong dapat melaksanakan tugas ini sendirian. Padahal dia sangat membutuhkan bantuan. Buktinya dia pergi ke hutan Oto tanpa memberitaukan pada ketua bukan?" lagi-lagi Shikamaru mendapatkan death glare dari Sasuke yang juga seolah mengatakan 'jangan menjelekkanku di depan ayahku sendiri'.
"Kau benar Shikamaru. Jadi kita harus bagaimana?" Tanya Fugaku.
"Mudah saja. Kita tinggal meminta seseorang untuk menjadi patner kerja Sasuke. Dengan begitu Sasuke dapat terkontrol" jawab Shikamaru.
Fugaku mengangguk-ngangguk. "Bagaimana kalau kamu saja yang menjadi patner Sasuke?" tawar Fugaku langsung.
Shikamaru menguap. "Maaf pak. Aku punya kasus lain" tolak Shikamaru.
Sasuke dan Fugaku sweatdrop berjamaah. 'pasti kasus menghilangkan ngantuk alias tidur' pikir ayah dan anak Uchiha itu bersamaan.
"Pak, apa boleh aku menyarankan satu orang menjadi patnerku?" pinta Sasuke.
"Siapa dia?" Tanya Fugaku.
"Dia bukan anggota cadangan anbu. Tapi menurutku dia pantas diangkat menjadi anggota baru untuk menjadi patnerku" ujar Sasuke.
"Hn. Apa yang membuatmu yakin?" Fugaku meminta alasan yang kuat untuk mengangkat anggota cadangan anbu yang baru.
"Dia lumayan akrab denganku. Jadi tidak canggung bekerja sama dengannya. Lagipula dia dekat dengan Hyuuga Hinata. Ini dapat memudahkan kita untuk menjaga Hinata" jelas Sasuke.
Fugaku mengangguk-ngangguk.
Tiba-tiba Sasuke membayangkan seseorang yang akhir-akhir ini dekat dengannya. Seorang gadis yang menghajar musuhnya di Hutan Oto. "Dia Pintar beladiri" ujar Sasuke tanpa sadar.
Fugaku dan Shikamaru menatap Sasuke yang melamun.
Pikiran Sasuke menerawang mengingat Gadis itu dapat menganalisis dan hampir membuka kedoknya. "Dia juga pintar menganalisis" ujar Sasuke (lagi) tanpa sadar.
"Terus. Apa lagi?" Tanya Fugaku semakin penasaran. Begitu pula dengan Shikamaru.
Otak Sasuke semakin menerawang gadis bertopi merah…
"Topi merah…" ujar Sasuke sedikit berbisik membuat Fugaku dan Shikamaru semakin heran.
"Dan… dia… Cantik…"
'Gubrak!' Fugaku dan Shikamaru hampir terjatuh dari duduknya mendengar pernyataan Sasuke.
Shikamaru langsung menepuk pundak Sasuke. "Hey! Kau itu memikirkan siapa sih? Kita di sini membicarakan calon cadangan anbu yang baru. Bukan pacar baru" goda Shikamaru menyadarkan Sasuke.
Semburat merah muncul dipipi sang Uchiha itu setelah sadar apa yang baru saja dikatakannya itu. "Oh… M-maaf" Sasuke gelalapan.
"Sasuke. Tolong serius." Pinta Fugaku.
"hn baik." Sasuke mengangguk. Ia menghela nafas panjang. 'semoga aku tidak salah pilih orang' batinnya.
"Aku menyarankan……" Sasuke menatap Fugaku dalam-dalam. Berusaha meyakinkan sang Ketua Anbu. Bahwa pilihannya adalah tepat sebagai patnernya.
.
.
.
.
.
"NAMIKAZE NARUTO"
-
~~TBC~~

0 komentar:

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut