DILEMA CINTA DIANTARA SAHABAT PART 26

Senin, 24 Desember 2012
Dilema Cinta Diantara Sahabat
By Sayaka Dini-chan
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Pairing: NaruHina, SasuSaku, & GaaraShion.
Warning: AU, OOC, GAJE! ABAL ANEH! Miss Typo.
Notification: "blablabla"= Speaking (percakapan langsung)
'blablabla'=Inner (ucapan dalam hati)

 CEMBURU

Chapter 26
*#~DCDS~#*

"Kau terlalu naïf Gaara!"
.
.
Gaara tidak bergeming. Atau lebih tepatnya, dia sudah tidak sanggup lagi untuk bergerak. Rasa nyeri yang menjalar pada bagian perutnya semakin sakit tiada tara. Darah segar pun tidak berhenti untuk terus keluar dari celah lubang yang ditimbulkan dari tusukan tombak tadi. Tapi kenapa? Dia masih bisa bertahan dan maut pun sepertinya ragu untuk menjemputnya. Mungkin karena tikaman dari Sasori tadi tidak terkena organ vital yang mematikan… atau mungkin karena Tuhan masih belum mengijinkannya pergi, setidaknya masih ada 'seseorang' yang membutuhkan Gaara saat ini.
Sasori yang berdiri di belakang Gaara yang masih lelah tengkurap di atas tanah, menatap tubuh Gaara penuh arti. Tombak yang ia genggam hanya diayunkan memutar tanpa niat menancapkannya kembali pada tubuh Gaara yang sudah tidak berdaya. Entah apa yang dipikirkannya saat ini.
Gaara gerah. Kenapa kakaknya itu tidak mengakhiri saja sekalian. Membunuhnya di sini, seperti yang dia lakukan kepada paman tercintanya, Akira Sabaku….
"Kau tahu Gaara? Aku heran, kenapa kau tidak mengikuti keputusan nenek Chiyo saja hah?" tanya Sasori seraya berjalan, menuju samping kepala Gaara yang terlentang di atas tanah. "Kenapa kau tidak berhenti mengejarku dan menyerahkan semua kasus-ku pada pihak berwajib? Seperti yang dilakukan nenek Chiyo.." Sasori berjongkok di hadapan Gaara, menatap mata jade yang sejak tadi memancarkan kemarahan.
Gaara sama sekali tidak menanggapi ucapan Sasori, dia malah terus bertahan dengan death glare andalannya.
"Ckckck…" Sasori menggeleng-gelengkan kepalanya, wajahnya memancarkan kesedihan yang dibuat-buat. "Malang sekali nasibmu yang tidak tahu kebenaran yang sebenarnya. Gaara-chan~"
"Cih! Berhenti memanggilku seperti itu!" akhirnya Gaara berbicara juga, meskipun kalimat yang dikeluarkan pertama kali bernada kasar. Tapi itu sukses membuat Sasori tertawa senang melihatnya.
Si sulung Sabaku itu mengacak rambut adik bungsunya dengan gemas, seulas senyum tulus terukir di wajah baby face. Membuat Gaara tercengan melihatnya. 'Ini kakakku yang dulu'
"Kurasa sudah waktunya kau mengetahui semuanya Gaara. Mungkin nenek Chiyo berpikiran sama denganku, karena itu dia membiarkan aku untuk menyampaikan langsung padamu. Percaya atau tidak. kau harus dengarkan ini…"
Gaara cengo, melihat kakaknya mendadak memasang wajah serius. Hey! Ada rahasia apa yang disembunyikan dariku?
*#~DCDS~#*
Satu hal yang dipikirkan Hinata dan Sakura saat ini….
'Naruto-kun….'
'Sasuke-kun….'
'TOLONG KAMI!'
.
.
.
'Deg!'
Perasaan tak enak mendadak menghantui Naruto dan Sasuke. kedua pemuda itu menghentikan langkahnya untuk kembali berjalan menelusuri Hutan Oto. Seakan ada yang menarik hati mereka untuk segera meninggalkan Hutan Oto dan menemui 'seseorang' yang membutuhkan mereka. Meskipun Naruto dan Sasuke tidak tahu pasti. Apa yang sebenarnya terjadi di luar sana?
"Hey kalian berdua! Jangan diam saja! Gaara-kun belum ditemukan nih!" seru Shion gelisah. Menydarkan kembali kedua pemuda yang berdiri di belakangnya.
Naruto dan Sasuke saling memandang, melemparkan tatapan khawatir akan sesuatu. Dan tiga detik kemudian mereka sadar memiliki perasaan tak enak di luar sana.
"Teme. kau bisa temani Shion-chan sebentar kan? aku mau pergi mene–"
"Tidak! kau saja yang di sini. Dia kan temanmu." Lagipula siapa yang sejak awal memaksaku untuk mencari 'Rival'ku hah? Pikir Sasuke kesal.
"Hey! Gaara kan juga temanmu!" Naruto menunjuk dada Sasuke.
Sasuke mendelik 'Siapa bilang?'
"T-teman-teman. I-ni kan…" panggilan Shion yang terdengar takut, menarik perhatian Naruto dan Sasuke kembali. Kedua pemuda itu melihat Shion memungut jaket merah yang terletak di atas tanah. Raut wajah khawatir tampak jelas pada air muka Shion. "I-ni jaket merah yang digunakan Gaara tadi pagi…"
*#~DCDS~#*
Pandangan Gaara mulai rabun, nafasnya pun semakin sesak, dan seluruh tubuhnya terasa mati rasa… tapi entah apa yang membuat pemuda itu masih bisa tersenyum tipis, terlebih lagi saat pendengarannya yang samar-samar menangkap suara jejak kaki yang semakin jelas terdengar. Menandakan ada beberapa orang berjalan mendekatinya.
Sebelum kelopak matanya tertutup karena lelah, dan sebelum kesadarannya menghilang…. Gaara masih sempat melihat sosok yang ia kenal itu dari kejauhan. Memekik histeris dan berlari ke arahnya. Dan Gaara masih sempat bernafas lega, karena 'Putri'-nya datang bersama dua 'pengawal' yang juga berlari di belakangnya…
"GAARA-KUN!"
*#~DCDS~#*
Sakura terus melayangkan pukulannya dan teknik-teknik karate yang selama ini dipelajarinya kepada orang-orang asing berbaju hitam –yang pasti mereka berniat buruk pada kedua siswi KHS tersebut.
Sementara Hinata yang selalu bicara lembut itu, kini hanya bisa berjuang mati-matian untuk berteriak sekeras mungkin seraya mengayunkan tasnya ke segala arah, sambil menutup mata. Pokoknya, jika dia merasakan ada yang menyentuhnya, tanpa melihat Hinata langsung memukul dan menendang asal orang tersebut… yang penting, Dia tidak ingin disentuh apalagi sampai dibawa pergi.
Hingga Sakura sadar, bagaimana pun dia berusaha melawan pria dewasa dengan jumlah lebih dari sepuluh orang. Dia hanya juara karate tingkat siswi… lambat laun dia pasti akan lelah… seperti sekarang.
"Tak ada pilihan lain, kita lumpuhkan saja dua gadis ini." Sakura mendengar salah satu musuh berbicara di belakangnya. Dengan segera Sakura menoleh ke belakang. Dan mata emeraldnya pun membulat sepenuhnya melihat serangan mendadak yang dikeluarkan musuhnya.
Pria dewasa itu kini mengayunkan balok kayu ke arah Sakura. Gadis bertopi merah itu hanya bisa diam membatu seraya menutup matanya. Berharap ada keajaiban terjadi hingga sang 'Malaikat' melindunginya. 'Sasuke-kun!'
.
.
'Eh?' kenapa selang tiga detik Sakura tidak merasakan apa-apa, malah seperti mendengar suara rintihan… karena penasaran, Sakura pun membuka matanya. Dan lagi-lagi dia terkejut begitu melihat sosok siapa yang berdiri membelakanginya itu.
"K-kau…"
"Kau baik-baik saja? Sakura?"

Lagi-lagi Hinata menjerit begitu ada yang menangkap kedua lengannya dari belakang. Dia langsung meronta sekuat mungkin.
"Hey Hinata! Tenanglah! Ini aku!"
'Eh?' mendengar suara berat yang begitu ia kenali. Hinata membuka matanya, perlahan ia menoleh kebelakang. Memastikan kalau dia tidak salah duga mendengarnya…
*#~DCDS~#*
Naruto dan Sasuke terus berlari di sepanjang koridor rumah sakit, mereka tidak sendirian. Ada Shion juga beberapa suster yang mendorong 'ranjang roda', dimana terdapat Gaara berbaring lemah tak sadarkah diri. Satu tujuan mereka saat ini… Ruang Gawat Darurat.
"Kalian tunggu di sini," pinta salah satu suster mencegat Shion dkk untuk masuk ke ruangan bersama Gaara.
"Tapi aku ingin menemani Gaara-kun!" tolak Shion dengan suara parau.
"Shion-chan. Tenangkan dirimu!" Naruto menahan bahu Shion yang gemetar hebat. Lalu membalik tubuh Shion agar menghadapnya, menatap mata ungu yang sembab itu. "Shion-chan. Kau tak perlu khawatir, aku yakin Gaara pasti bertahan… Percayalah…"
Shion langsung menghambur ke pelukan Naruto, bersamaan dengan tangis pecah Shion. "Hiks… G-gaa…ra…kun… hiks…" gadis itu mencoba mencari obat penenang dari temannya. Naruto hanya bisa mengelus punggung Shion…
Sasuke yang berdiri di belakang Naruto, hanya memutar bola matanya bosan. Tapi, jika boleh jujur. Si Uchiha bungsu itu juga sangat khawatir akan kondisi Gaara. Meskipun dia 'benci' dengan 'rival'nya itu..
"Dokter. Cepat masuk ke UGD. Ada pasien baru lagi yang terkena luka tusuk."
"Apa pasiennya anak muda lagi?"
"Iya dok."
"Dasar anak jaman sekarang. Baru lima menit lalu ada pasien anak muda yang terkena luka tembak akibat perkelahian. Tak disangka, lagi-lagi siswa dari KHS korbannya. Apa yang ini siswa dari KHS juga?"
"Saya belum memeriksa identitas lengkapnya dok. Sebaiknya Dokter cepat bantu kami," pinta suster seraya membuka pintu UGD dan mempersilahkan dokter memasuki ruangan.
Sasuke mematung. Setelah mendengar perbincangan singkat dokter dan suster yang melewati dirinya. 'Apa? Siswa KHS kena tembak? Siapa?' perasaan tak enak kembali merasuki Sasuke…
*#~DCDS~#*
"Pasien siswa KHS yang baru masuk hari ini? Ada. Baru beberapa menit lalu keluar dari ruangan operasi, sekarang dia dipindahkan di ruangan ICU karena masih mengalami masa kritis dan koma. Namanya… Hyuuga–" belum selesai pegawai rumah sakit itu membaca info dari bukunya. Sasuke langsung melesat pergi tanpa mengucapkan terimakasih padanya.
.
.
Setelah berlari terburu-buru yang sukses menabrak beberapa orang di sepanjang koridor rumah sakit, dan cukup menimbulkan kegaduhan. Pemuda berambut raven itu kini berhenti, tepat setelah melewati tikungan koridor dan berdiri tidak jauh dari pintu ruangan ICU. Mata onyx-nya melihat dua sosok yang sangat ia kenal sedang duduk di kursi putih –yang bersandar di dinding rumah sakit…
"Apa benar lengan Senpai sudah baikan?" gadis berambut soft pink itu menyentuh lengan pria di sampingnya dimana lengannya diperban.
"Jangan terlalu khawatir, aku baik-baik saja," pria berambut hitam itu tersenyum.
"Tapi kan. Lenganmu ini terluka akibat kau menyelamatkanku. Bagaimana aku tidak khawatir Itachi-senpai?"
"Kau ini. Sudah berapa kali aku bilang, Jangan memanggilku senpai. Aku tidak suka mendengarnya Sakura,"
"Ah. Maaf, aku lupa. Itachi…san…"
"Nah, gitu kan kedengarannya lebih bagus," Itachi mengacak rambut Sakura.
"EHM!" deheman keras itu sukses menarik perhatian Itachi dan Sakura. dua anak muda itu menoleh dan melihat Sasuke berdiri dengan aura yang… 'berbeda?'
"Otouto?"
"Hn. Apa yang kalian lakukan berdua di sini?" tanya Sasuke… sarkastik?
Sekilas Sasuke melirik Sakura. menatap tajam mata emerald-nya. Bukannya membalas tatapan mata onyx itu lebih lama, Sakura malah membuang muka. Mungkin gadis itu masih marah karena tadi siang Sasuke meninggalkannya di tengah jalan –setelah menjemput Karin di bandara.
Melihat tingkah Sakura yang membuang muka, diikuti dengan raut wajah jengkel yang menghiasi Sasuke. Itachi terkekeh pelan.
"Ho~ pacarmu ngambek Sasuke," Itachi menunjuk Sakura yang sukses berblushing ria. Yah, Itachi mengira Sasuke dan Sakura berpacaran sejak kejadian makan malam di restaurant baratie (chap 20), dimana Sasuke menjadikan Sakura 'tameng' agar tidak ikut terlibat di dalam perjodohan Hiashi.
Sasuke mendengus. "Untuk apa dia ngambek?" ucapnya ketus. Hm, sepertinya si bungsu Uchiha itu tidak mempermasalahkan sebutan 'pacar'nya terhadap Sakura.
"Kau itu gimana sih? Punya pacar tidak dijaga dengan baik-baik. Masa' kau tidak mengantar Sakura pulang hingga selamat. Padahal kalian satu sekolah kan? Kemana saja kau?"
"Hey Baka Aniki! Dia kan Pacarku, Apa urusannya denganmu?"
Blush! 'A-apa-apaan nih! Bukannya main-mainan jadi pacarnya hanya sampai semalam di baratie ?' pikir Sakura sambil terus menunduk wajahnya yang memanas.
"Kau ini. Contohlah kakakmu ini. Meskipun terlambat, aku masih menyempatkan diriku untuk menjemput Hinata (calon tunanganku). Beruntung aku bisa menyusul Hinata dan Sakura tepat waktu. Jika tidak… pasti terjadi hal yang lebih buruk dari ini…" Itachi mendadak menunduk, seperti menyesali sesuatu.
"Memangnya apa yang sudah terjadi? dan Apakah….." Sasuke melirik pintu ICU dengan perasaan khawatir, "Apakah Hinata selamat…?"
.
.
.
'Sekelompok orang tidak dikenal menyerang Hinata dan Sakura di jalanan sepi. Dari gelagatnya, mereka tidak sepenuhnya berniat membunuh, tapi menculik! Entah siapa target mereka diantara dua gadis itu? … atau bisa jadi mereka menginginkan dua-duanya?
Beruntung Itachi –yang berniat menjemput Hinata, datang mencegah niat buruk mereka. Melihat Sakura yang hampir saja dipukul dengan balok kayu, si sulung Uchiha itu langsung menghalanginya.
Dan tidak disangka juga, Neji yang pulang dari café favorite-nya melewati 'TKP'. Otomatis dia menyelamatkan adik sepupunya itu…
Sayang, disaat posisi sudah bisa diputar balik. Dengan unggulnya kekuatan dua sulung pemuda dari dua klan berbeda, Uchiha dan Hyuuga. Dan larinya kelompok tak dikenal itu…
Mendadak kejadian tak terduga pun terjadi lagi…
"Awas! Itachi!"
'DOOR!'
"KYAAA!"
"NII-SAAN!"
"NEJI! Bertahanlah!"

"Pasien siswa KHS yang baru masuk hari ini? Ada. Baru beberapa menit lalu keluar dari ruangan operasi, sekarang dia dipindahkan di ruangan ICU karena masih mengalami masa kritis dan koma. Namanya… Hyuuga Neji"

Saat ini Hinata pergi menghubungi (menelpon) Ayahnya tentang kejadian ini… dari tadi dia tidak mengatakan sepatah kata pun sejak masuk rumah sakit. Sepertinya dia masih syok. Karena kejadian ini seperti dejavu baginya.
'Kiba-kun…'
'Neji-niisan…'
'Setelah ini siapa lagi? Tidak! aku tidak ingin ada korban lagi!'
*#~DCDS~#*
"Hey! Kalau jalan hati-hati dong!" ngomel pemuda itu ketika seorang gadis berambut indigo tanpa sengaja menabrak bahunya.
"Ah! M-maaf. A-aku tidak sengaja," Hinata menunduk tiga kali pada orang itu, sebagai tanda penyesalanya yang telah berbuat ceroboh, atau bisa dibilang gadis itu tidak focus dengan jalannya. Alias melamun saat jalan. Yang seharusnya tidak dilakukan saat kau berada di tempat umum, seperti koridor rumah sakit.
Tanpa sadar, Hinata yang kembali dari toilet itu, berjalan menuju UGD dimana tadi Neji dioperasi. Tapi bukannya sekarang Neji sudah dipindahkan ke ruangan ICU? Dan yang berada di ruangan operasi itu, kini diisi oleh paisen baru…. Yaitu Gaara…. Yah, tentu saja hal ini tidak diketahui oleh Hinata. Termasuk dengan adanya dua anak muda yang sejak tadi berdiri di depan ruangan operasi tersebut.
Langkah Hinata terhenti. Matanya yang sayu kini mulai menyipit. Melihat pemuda berambut spike kuning cerah, berseragam KHS, sedang berdiri menyampinginya…
'N-naruto-kun?'
Mata lavender milik Hinata membulat. Ketika dia sudah mencerna penglihatannya sepenuhnya. Dan dia sadar… Naruto tidak sendirian. Bahkan pemuda itu tengah memeluk gadis berambut kuning (yang sedang menangis) , seraya mengelus punggungnya (mencoba menenangkannya). Tentu saja hal ini membuat Hinata salah paham.
'Kenapa? Padahal baru tadi siang kita bersama… menghabiskan waktu istirahat sekolah dengan canda tawa seperti biasa. Dan kau juga tidak berhenti menggodaku saat itu. bahkan kau nekat mencium keningku di depan umum. Apa kau hanya mempermainkan aku Naruto-kun? Begitu kah?'
Tanpa sengaja, Naruto melirik ke arah Hinata…. Dan…
Binggo!
Mata samudra milik Naruto membulat. Sementara Hinata masih diam terpaku… hingga gadis itu sadar dan mulai mengambil langkah mundur…
"H-hinata!"
Dan gadis berambut indigo itu pun kabur!
*#~DCDS~#*
"Ini semua memang Salahmu Sasuke-kun!"
"Apa?" Sasuke terkejut begitu Sakura mendadak berdiri dan menuding dadanya dengan ekspresi marah.
"Iya! Ini salahmu! Teganya dirimu meninggalkanku di depan gerbang sekolah tanpa mau mengantarku pulang! Pria macam apa kau ini! Hanya karena kedatangan Karin tadi siang. Kau mengacuhkanku begitu saja! Tak bisakah kau menghargai perasaanku Sasuke-kun! Padahal aku berharap kau yang datang menyelamatkan ku saat itu… tapi kenapa kau tidak datang? Kemana saja kau saat aku membutuhkanmu!"
"…"
"…"
Sakura menghela nafas. Rasanya dadanya sekarang sudah lega karena bisa mengeluarkan semua unek-unek yang dipendamnya sejak tadi. Tapi sayangnya… gadis itu melupakan satu hal!
"Jadi… kau mengharapkanku datang?" ujar Sasuke seraya mengangkat sebelah alisnya. Dan menatap mata emerald Sakura dengan penuh selidik. Mencoba mencari suatu kebohongan atas pengakuan Sakura tadi. Tapi dia tidak menemukan hal itu.
'Oh tidak. apa tadi aku terlalu jujur?' pikir Sakura. Tanpa diundang semburat merah muncul di kedua pipi Sakura. dan itu membuat Sasuke yang melihatnya, menyeringai tipis.
"Dan kau marah karena aku mengacuhkanmu karena Karin?" Sasuke lalu mencodongkan wajahnya ke samping wajah Sakura, dan dia sengaja berbisik … "Sakura… kau cemburu padaku yah?" seringai penuh kemenangan muncul di wajah Sasuke.
'Blush!' lagi-lagi wajah Sakura memerah bagai kepiting rebus. Tidak ingin dipermalukan lebih dari ini. Kebiasaan 'kasar' Sakura kumat lagi. Dengan kesal gadis itu menginjak kaki Sasuke tanpa ampun!
"Aaw!" rintih pemuda berkacamata itu seraya memegang telapak kakinya.
"Bodoh! Bodoh! Bodoh!" umpat Sakura kesal. Entah pada dirinya sendiri atau pada Sasuke yang merintih kesakitan di depannya. Gadis itu mulai melangkah pergi… lalu berlari meninggalkan Sasuke dengan perasaan campur aduk.
"Oi! T-tunggu dulu! Sakura!"
Itachi mendengus melihat tingkah adiknya itu, yang kini lari menyusul Sakura. meninggalkan Itachi sendiri di depan ruangan ICU.
Mata onyx-nya lalu melirik jendela kamar, dimana di baliknya terdapat pasien baru yang tidak sadarkah diri sejak tadi.
"…"
Itachi tak habis pikir. Bagaimana bisa Neji menyelamatkannya saat itu? padahal kan hubungan mereka berdua satu tahun terakhir ini tidak bisa dibilang baik. Bahkan kesannya seakan Neji membencinya. Tapi kenapa? Saat seseorang tak dikenal, mengarahkan tembakan jauh pada Itachi, tanpa sengaja Neji yang melihatnya… malah mendorong Itachi menjauh, alhasil tembakan mengenai punggung Neji dan tembus, bersarang di sisi selaput jantungnya….
Pemuda itu mengepalkan tangannya. Menahan amarahnya. Kenapa lagi-lagi sahabatnya yang terkena sasaran? Dan siapa lagi orang yang ingin menembaknya saat itu?
"…"
Jangan-jangan…
'Drrt!' getaran ponselnya menyadarkan Itachi. Setelah melihat layar ponsel, mata onyx-nya membulat..
"Breksek kau Zet!" geram Itachi sinis tapi pelan setelah menerima panggilan ponselnya.
Tak ada suara yang menyahutnya, tapi Itachi bisa membayangkan dua orang kembar diseberang sana menyeringai.
"Cih! Apa maksudmu menembakku dari jauh seperti itu hah?" tuduh Itachi.
"Ckckck… tenanglah sedikit Itachi-san, tak biasanya kau emosi seperti ini," terdengar suara berat di ujung sana.
"Yah, setidaknya kau juga memikirkan kesalahanmu dulu Itachi," terdengar lagi suara lain dengan logat china-nya.
"Langsung saja pada inti kalian. Zet dan Tzu!" pinta Itachi sinis pada si kembar Zetzu.
Terdengar suara Tzu yang tertawa. Berbeda dengan Zet yang masih tenang. "Itu salahmu Itachi-san. Kau melanggar peraturan kami." Ujar Zet.
"Itachi. Kau sudah menggagalkan rencana kami. Karena itu kau pantas dibunuh," timpal Tzu.
"Rencana kalian? Huh. Mana aku tahu kalau itu ulah kalian. Lagian salah sendiri kalian tidak memberitahukan aku apa-apa. Jadi kupikir para penculik ikan teri itu hanya penjahat biasa. Tidak tahunya suruhan kalian. Wajar dong kalau aku menyelamatkan calon tunanganku," bela Itachi.
"Cih. Jangan mengelak Itachi. Kau sudah mengikhanati kami,"
"Oi Tzu. Ucapan Itachi-san ada benarnya,"
"Zet! Kau itu membela siapa sih!"
"Tidak-tidak. aku tidak berada di pihak siapa pun Tzu,"
"Kau ini kembaranku atau bukan?"
"Kenapa kau tidak coba mengaca sendiri! Lihat. Kulitmu lebih hitam dariku,"
"Kaunya saja yang seperti mayat hidup!"
"Biarin. Daripada seperti mayat gosong!"
Itachi hanya bisa swetdrop ria mendengar perkelahian si kembar di ujung sana. si kembar yang 'sangat akrab' bukan?
Setelah perdebatan panjang sejoli kembar tersebut berakhir, dengan hasil Itachi masih bisa dipercaya sebagai anggota Akatsuki yang baru. Kedua mata-mata handal akatsuki itu pun memberikan informasi dan tugas-tugas yang harus dilakukan Itachi. Mengingat tinggal beberapa hari lagi akan mencapai 'Puncak'nya
"Tugas ini pasti mudah untukmu Itachi-san. Karena 'Dia' mulai dekat denganmu," kata Zet
"Semoga berhasil Itachi!" sahut Tzu
"Hn,"
Itachi pun memutuskan hubungan selulernya. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki terburu-buru menujunya. Itachi berbalik, melihat Hinata perlahan berhenti lari dan berdiri mematung di depan pintu ruangan ICU.
"Hinata…" panggil Itachi.
Namun Hinata tidak menyahut, jangankan noleh, melirik saja tidak…. pikiran gadis itu saat ini kacau, begitu pula dengan perasaannya. Dia mencoba memikirkan tentang Neji yang tidak sadarkan diri, berharap perasaan khawatir akan kesembuhan kakaknya kembali ke hatinya. Tapi, bayangan Naruto yang memeluk Shion tadi sama sekali tidak mau menghilang dari pikirannya. Malah perasaan khawatir akan kehilangan Naruto yang menyelimutinya.
Hinata tidak mau Naruto menjauh darinya. Kehilangan semua canda tawanya, kehilangan senyum tampan yang selalu ditunjukkan padanya, kehilangan 'obat penenangnya' kehilangan…..
Mendadak badan Hinata mulai gemetar, matanya mulai berkaca-kaca, gadis itu juga menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangisnya agar tidak meledak.
Tapi Itachi yang melihat hal itu, dengan tanggap langsung menarik kepala Hinata ke dada bidangnya. Merangkulnya seraya mengusap punggungnya. Mencoba menenangkan Hinata seraya berucap. "Tak apa. Menangislah,"
Dan tangis Hinata pun pecah.
"Jangan Khawatir Hinata. Neji pasti segera sadar dan pulih," ujar Itachi lagi. Tanpa tahu dalam hati Hinata hanya meneriaki satu nama berulang kali.
'Naruto-kun! Naruto-kun! Naruto-kun!'
.
.
.
'Bodoh. Untuk apa aku khawatir. Sampai mengira dia akan salah paham dan marah padaku. Aku hampir melupakan kalau hubungan kami hanya sekedar sahabat. Tidak lebih…. Dan Dia memiliki seseorang yang pasti akan menjaganya. Calon tunangannya…'
Perlahan pemuda berambut pirang itu berbalik dan menjauh. Sebelum Itachi dan Hinata menyadari kehadirannya…
*#~DCDS~#*
Di taman belakang rumah sakit, tepatnya pada bangku di bawah pohon ek. Ada dua pemuda berseragam KHS yang sedang duduk bersisian. Pemuda berambut raven itu menyodorkan minuman kaleng kepada pemuda berambut pirang.
"Kau tidak pulang dobe? Ini kan sudah malam."
"Tidak. Memangnya kenapa teme? kau mau mengantar ku pulang?"
"Enak saja. Memangnya kau pikir aku ayahmu apa?"
"Bukan ayahku. Kau kan pacarmu."
"Hah?"
"Hahahaha… aku hanya bercanda. Lihat ekspresi wajahmu itu. lucu sekali teme!"
"Baka Dobe!"
'Bletak!'
'Dasar! Aku sampai sempat pikir dia sudah tidak waras karena patah hati!' batin Sasuke.
"…"
Sasuke menaikkan sebelah alisnya heran. Aneh. Tidak biasanya Naruto diam begitu saja setelah dijitak oleh Sasuke. biasanya kan dia mengamuk seperti rubah yang terinjak ekornya*?*
Hm… mungkin dugaan Sasuke ada benarnya. Naruto memang sudah tidak 'waras'….
"Kalau aku jadi kau…" Sasuke membuka minuman coffee-nya. "Aku pasti akan berusaha membunuh pria itu," ujarnya lalu meminum coffee.
Badan Naruto terlihat lebih tegang mendengarnya. "Ha ha ha (tawa paksa) lucu sekali Sasuke," kata Naruto lalu meminum sodanya.
"Hey. Aku serius!"
"Ho~ benarkah? Apa kau sampai hati untuk menghabisi saudaramu sendiri?"
"Tentu. Jika dia nekat mengambil 'Milik'ku"
Naruto langsung menoleh ke arah Sasuke. melihat Pemuda berkacamata itu menyeringai tipis.
"Asal kau tahu saja Naruto. Aku lebih mendukungmu daripada baka aniki itu!" Sasuke lalu merangkul pundak Naruto. "Bahkan aku mau menyusun rencana denganmu untuk menyingkirkan dia sejauh mungkin dari kehidupan kita. Bagaimana?"
"Kau Gila! Tapi…. Idemu keren juga," dan Naruto ikut menyeringai.
Sedetik kemudian mereka berdua tertawa bersama.
(A/N: jangan pikir mereka berdua serius. Ini hanya salah satu cara agar sahabatmu kembali waras dan tertawa bersamamu,)
Getaran ponsel Naruto menghentikan canda tawa di antara mereka. Pemuda itu segera menerima telepon dari seseorang.
"Ya Ino-senpai?... tidak. Saku-chan tidak bersama kami….. Apa? Belum pulang?…. Baiklah, aku akan mencarinya sekarang,"
Naruto memutuskan hubungan seluler, lalu menoleh ke arah Sasuke. tapi sebelum Naruto mengajukan pertanyaan, Sasuke sudah menjawabnya.
"Tadi Sakura bersamaku. Tapi mendadak dia lari dan menghilang. Kupikir dia sudah pulang,"
"Tidak. kata Ino-senpai, dia belum pulang. Gawat. Kalau Saku-chan terlalu larut pulang malam, dia bisa kena marah sama neneknya yang galak itu,"
"Bodoh. Ada yang lebih gawat dari itu. kita tidak tahu dimana dia sekarang malam-malam begini," Sasuke mendengus kesal lalu segera berdiri dan melempar kaleng minumannya di tempat sampah.
"Oi Sasuke. kau mau kemana?"
"Tentu saja mencarinya," Sasuke berlari meninggalkan Naruto. "Sebelum aku terlambat untuk kedua kalinya," bisiknya.
"Dasar Teme! terlalu terburu-buru. Kenapa tidak coba menghubungi ponselnya saja dulu" gerutu Naruto.
*#~DCDS~#*
'Ting Tong'
Bunyi bel apartemen yang baru disewa hari ini. Menganggu aktifitas gadis berambut merah yang sedang asik membaca buku. Keningnya berkerut, lalu melirik jam dindingnya. Pukul 09.28 pm.
"Suigetsu! Apa kau memesan pizza malam ini?" seru gadis itu.
"Tidak!" seru Suigetsu dari dalam kamar mandi.
"Aneh, kalau begitu siapa yang bertamu ke apartemen ini malam-malam begini," guman gadis itu lagi.
'Ting Tong'
"Karin. Buka saja pintunya." Pinta Suigetsu dari dalam kamar mandi.
Karin mendengus kesal. Lalu meletakkan bukunya di atas meja dan beranjak ke pintu utama. Dia mengintip dari lubang kecil di pintu. Melihat gadis bertopi merah berdiri di depan apartemennya.
"Sakura…" sapa Karin setelah membuka pintu.
"Hai Karin. Maaf kalau aku menganggumu malam-malam begini…" Sakura membukkukan badannya.
"Memangnya ada perlu apa?"
"Mm… a-ada yang ingin ku bicarakan denganmu,"
"Kalau itu tentang buku kusam itu, sebaiknya jangan sek–"
"Bukan tentang buku itu," potong Sakura cepat seraya mengibas-ngibaskan kedua tangannya.
"Bukan yah? Kalau begitu tentang apa?" Karin memiringkan kepalanya heran.
"Itu…. tentang…" Sakura sedikit ragu untuk mengatakannya. Mata emeraldnya berputar gelisah. Menunjukkan dia malu untuk melanjutkan kata-katanya. Tapi Karin yang melihat gelagat itu, langsung bisa menebaknya.
"Oo… Tentang Sasuke yah?"
"Eh? Bagaimana bisa kau–"
Karin langsung menarik tangan Sakura masuk ke apartement-nya. "Ayo. Kurasa aku bisa membantu hubungan kalian," senyum lebar terlihat di wajah Karin.
"Karin?"
"Tenang saja. Akan kuceritakan semua yang ku tahu tentang Sasuke." gadis berkacamata itu terlihat bersemangat sekali.
*#~DCDS~#*
Hinata duduk sendiri di bangku putih –yang bersandar di dinding rumah sakit. Sebenarnya dia tadi bersama dengan 'kekasihnya' atau bisa dibilang calon tunangannya itu. tapi mendadak katanya Itachi ada urusan penting, yang mengharuskannya meninggalkan Hinata sendiri menunggu Neji di rumah sakit. Padahal Itachi sudah menyarankannya untuk pulang, tapi Hinata bersi keras menjaga kakaknya di rumah sakit. Lagi pula, sebentar lagi Hanabi juga akan datang ke rumah sakit.
"Kau Hinata kan?"
Suara itu menyadarkan Hinata dari lamunanya. Gadis itu mendongak dan melihat perempuan berambut kuning berdiri di hadapannya.
"S-shion-san?"
"Ya. Ini aku. Kurasa ada yang harus aku sampaikan padamu,"
"A-apa yang ing–"
"Ini tentang Naruto-kun."
"!"
*#~DCDS~#*
Sasuke berdiri dan bersandar di pagar rumah kediaman yamanaka. Kali ini dia bisa bernafas lega, karena beberapa menit lalu Naruto menelponnya dan mengatakan kalau Sakura lagi main ke rumah temannya, dan sekarang ia dalam perjalanan pulang ke rumah.
Sasuke mendengus. Pemuda itu sebal, karena bisa-bisanya Sakura mau menerima telepon dari Naruto, sementara telepon dari Sasuke tidak diangkat sama sekali! Apa-apaan gadis ini? Apa dia masih marah karena kejadian tadi?
Maka dari itu, Sasuke menunggunya di depan rumah Sakura. Pemuda itu berpikir harus bertemu dan berbicara langsung pada gadis itu. Agar 'Masalah' ini harus segera selesai.
Tak lama kemudian Sasuke mendengar suara sepeda motor mendekat dari ujung jalan. Entah kenapa Sasuke malah langsung bersembunyi di balik dinding pagar. Melihat pengendaran motor yang berhenti di depan rumah yamanaka.
Sakura segera turun dari tempat duduk belakang. Sementara pria yang mengendarainya menggunakan helm teropong sehingga Sasuke tidak melihat wajahnya.
"Terimakasih sudah mau mengantarku pulang."
"Sama-sama. Lagipula mana tega aku membiarkanmu pulang sendiri malam-malam begini. Bahaya! Kau kan gadis yang manis." Goda pemuda bertaring satu yang masih mengunakan helmnya itu.
"Dasar gombal!" kata Sakura, tapi semburat merah sekilas muncul di pipinya.
Suigetsu terkekeh. "Ya sudahlah Sakura. Aku juga mau pulang. Bisa-bisa nenek sihir itu marah lagi kalau aku telat pulang. Jaa ne!"
"Jaa ne. Hati-hati di jalan"
Suigetsu pun melaju lagi meninggalkan Sakura.
Sakura tersenyum kecil. 'Ternyata mereka berdua teman yang baik.' Pikir Sakura.
Gadis bertopi itu berbalik. Hendak memasuki rumahnya. Tapi mendadak dia terkejut melihat Sasuke berdiri di depan pagar rumahnya. Pemuda itu melipat kedua tangannya di depan dada seraya memasang wajah tak suka.
Sebenarnya banyak hal yang ingin ditanyakan Sasuke saat itu. seperti 'kau masih marah padaku?' atau 'Dari mana saja kau?' atau 'Kenapa teleponku tidak dijawab?' atau yang lainnya. Tapi hanya satu pertanyaan lain yang dikeluarkan Sasuke…
"Siapa laki-laki tadi?" nada suara Sasuke sedikit meninggi.
"Bukan urusanmu!" jawab Sakura ketus seraya membuang mukanya ke arah lain. Gadis itu berjalan dan hendak melewati Sasuke, namun lengannya segera ditahan oleh Sasuke. memaksa Sakura untuk menatap mata Sasuke.
"Itu urusanku juga!"
"Kenapa bisa begitu? " Sakura membalas dengan tatapan tajam pada Sasuke.
"Cih! Kenapa kau menghilang begitu saja? Aku sudah Mencarimu kemana-mana dan kau sama sekali tidak mau mengangkat teleponku. Kau sudah membuat aku–" Sasuke menghentikan ucapannya, ketika dia menyadari satu hal…
"Apa?" Sakura menuntut lanjutan perkataan Sasuke.
"Khawatir padamu…"
"…"
"…"
Sakura langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Menyembunyikan rona merah yang menjalar di pipinya itu.
"Sakura! kau belum menjawab pertanyaanku. Siapa laki-laki tadi?" tuntut Sasuke.
"A-aku sudah lelah Sasuke-kun. Biarkan aku pulang dan beristirahat." Sakura melepaskan genggaman tangan Sasuke pada lengannya. Dan berjalan memasuki halaman rumahnya.
"Hey Tunggu! Kita belum selesai bicara!"
"Jangan emosi begitu Sasuke-kun! Katakan saja kalau sedang cemburu padaku!" Sakura menyempatkan dirinya menoleh dan menjulurkan lidahnya pada Sasuke, bermaksud untuk menggodanya. Lalu Sakura kembali berjalan mendekati pintu rumahnya.
"Yah! Aku memang Cemburu!"
"!"
Seketika langkah Sakura terhenti bertepatan dengan hilangnya senyuman gadis itu. Dia berdiri mematung membelakangi Sasuke.
Hey. Dia tidak salah dengarkan?
*#~DCDS~#*
Naruto masih duduk manis di bangku taman belakang rumah sakit. Wajahnya tertunduk seperti sedang merenung sesuatu.
Rasanya Naruto tadi ingin mengejek wajah Sasuke saat kalut mengetahui Sakura menghilang sebentar. Itu pertama kalinya ia melihat sosok Cool Sasuke menampakkan wajah penuh emosi! Lucu sekali. Tapi bukannya tawa mengejek yang keluar dari Naruto, pemuda itu malah tersenyum miris.
Huh. Mana mungkin dia bisa menertawai temannya sedangkan kondisi dirinya sendiri bahkan lebih parah! Kalau sekarang Sasuke bisa bernafas lega karena Sakura sudah ditemukan. Tapi Naruto? Mana bisa dia bernafas lega saat melihat Hinata tenang dipelukan orang lain? Tentu saja tidak! malahan nafas Naruto menjadi sesak. Seakan ada sesuatu yang ingin dia ledakan sekarang juga di tempat itu!
'Hinata…'
"Naruto-kun…"
"!"
Apa suara itu sungguhan? Atau hanya halusinasinya saja? Apa sepasang kaki yang berdiri di hadapannya juga dari ilusinya sendiri?
Perlahan Naruto mendongak untuk membuktikannya. Dan dia bertemu pandang dengan mata lavender milik gadis yang berdiri di hadapannya. Apa lagi sekarang? Kenapa sirat mata itu menggambarkan sebuah ketegasaan? Dan itu membuat perasaan Naruto semakin tidak enak?
Oh Tuhan. Jangan biarkan gadis itu mengatakan suatu hal yang membuat nafas Naruto semakin sesak. Apalagi sampai melarang Naruto untuk melakukan…
Tidak! Biarkan Naruto melakukan apa pun yang diinginkannya. Dan jangan katakan kalau Naruto tidak pantas 'melakukan'nya.
"Kita perlu bicara Naruto-kun…" nada ketegasan yang jarang tersirat dari gadis lembut itu, kini terpancarkan, menandakan bahwa ada hal serius yang memang harus dibicarakan….
Dan diakhiri…
~~TBC~~

0 komentar:

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut