Tentang Bintang Part 7

Senin, 19 November 2012
Disclaimer:
Light don't own Naruto. Sekalipun ngemis ke Mbah Masashi Kishimoto tercinta, nggak bakal dikasih. *PLAAAK*
Warning:
Alteranate Reality, ouf of character, a little typo and out of topic, full of lebayness, gajeness and a bad action-from Light is abal.
.
Entah kenapa, Light mandek di chapter ini bikin poetry! *gak konsis* Doa'in aja poetry-nya gak gaje. Hiks!
AAARRRGGHHH! Terjadi pergeseran gaya menulis! Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini… (_._)v hontou ni gomenasai!
.
Special chapter without poetry.
Bold: suara (gaje) milik timer.
Have a nice read! ^_~
.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
.
#~**~#
.
Semua mata tertuju padanya.
Dia, yang palsu.
Alih-alih ia bergetar karena takut, sang pemalsu justru mengikih, ketika kepalanya yang sebelumnya tertunduk kini mendongak, semua dapat melihat binar kejahatan terpancar dari wajahnya.
"Yah… Ketahuan deh," katanya seraya melipat kedua tangannya di belakang kepala.
"Kau tahu? Semua ini tidak lucu…" Desis Lee.
Shikamaru memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana. "Kau… Sengaja mengulur waktu kami. Apa yang sebenarnya Kau inginkan?"
"Apa saja boleh~ tapi, semua ini permintaan Orochimaru-sama…" Jawab Naruto palsu tersebut.
JDUAAAAAAK!
BRUAAAAK!
GEDUBRAAAAAK!
Semua dikagetkan dengan aksi Naruto yang asli, yang dekat dengan Hinata, kaki kanannya terangkat dan melayang menendang wajah menjijikkan Orochimaru keras-keras. Orochimaru mendesis layaknya ular, orang tua berambut hitam panjang itu menutupi wajahnya yang baru saja ditendang Naruto. Ia jatuh terpelanting menabrak meja kerja Kazekage, hingga meja itu hancur karenanya.
Hinata pun terlepas dari jeratan Orochimaru.
Ingin balas dendam, Hinata dan Naruto—tanpa berdiskusi sebelumnya—masing-masing menghampirinya, lalu mencengkeram lengan Orochimaru dan keduanya berputar ke belakang—seolah melakukan sikap kayang. Keduanya sama-sama melempar Orochimaru ke belakang.
Mereka berdua membanting Orochimaru, hingga lantai di ruangan Kazekage pecah dengan suara mengerikan, dan akhirnya menjorok ke dalam. Orochimaru jatuh berdebam di lantai. Terdengar bunyi mengerikan dan Orochimaru meraung penuh rasa sakit. Terdengar bunyi tulang patah. Tulang-tulang di punggungnya.
KREEEEEEK!
Siluet Naruto palsu bermata biru itu, tersenyum mengerikan.
Isak tangis kecil Sakura dan Ino terhenti, tentu seisi ruangan terkejut dengan refleks yang dilakukan Naruto asli dan Hinata. Hingga seluruh perhatian terhujam pada mereka berdua yang sedang berdiri, mengatur napas yang tersengal-sengal.
"Waw…" Senyum lebar muncul dari Lee, menampilkan deretan gigi putih yang berbaris rapih berkilaunya. "Gerakan yang bagus, Naruto! Hinata!"
Naruto ikut memberikan cengiran lebarnya. "Yang tadi itu keren sekali! Ya kan, Hinata?" Naruto melirik gadis di sampingnya.
Hinata mengangguk, dan menghapus sisa darah di sudut bibirnya yang mulai mengering, "Arigatou, Naruto-kun…" Gumamnya lirih.
Entah karena factor Hinata terlalu dekat dengannya, atau ia terlalu terbiasa dengan suara lirih Hinata, Naruto mampu mendengar apa yang dikatakan sang gadis.
"Daijobou ka, Hinata?" tanya Naruto, gagal menyembunyikan nada khawatir dalam suaranya.
"Daijobou da yo, Naruto-kun…" Jawab Hinata lemah. Hatinya sedang kobat-kabit karena menyadari Naruto tidak lagi memanggilnya dengan suffix 'chan'.
Sayang sekali, ucapannya tak selaras dengan kondisi tubuhnya, tubuh mungil terbalut jaket tebal itu melunglai, menunggu menghantam lantai, andai Naruto tidak menahannya. "Apanya yang baik-baik saja, Hinata-chan?"
Akhirnya… Ada yang melindunginya, mengkhawatirinya, mencemasinya tanpa mengasihaninya. Naruto memapah Hinata dengan kelewat protektif, menimbulkan siulan dan tatapan menggoda. Melupakan seorang penjahat lagi yang masih berdiri angkuh di tengah-tengah mereka.
Mencoba tidak memperpanjang 'masalah' baru, Hinata yang ditopang Naruto mengarahkan pandangannya pada seseorang yang tadi bersikap manis padanya. Membuat pandangan Naruto pun ikut teralih pada orang yang sedang ditatap Hinata.
"Cih, berani-beraninya Kau meniru rupaku… Apa aku sebegitu kerennya sampai Kau meniru rupaku?" tanya Naruto dengan wajah serius.
Mendengar kalimat sang Hokage, menimbulkan sedikit kekehan geli dari tim rookie 12 yang ada di sana. Namun Hinata hanya tersenyum kecil dibuatnya.
"Ya, ya… Baiklah, aku akan kembali ke wujud asalku," tiruan Naruto itu mengangguk-angguk, tak lama kedua tangannya sibuk dengan beberapa macam gerakan dan…
POOFFSSSHHH!
"Sudah kuduga, pasti Kabuto…" Ucap Sasuke sinis ketika melihat tiruan Naruto sosok aslinya adalah Kabuto.
"Kau sinis sekali padaku, Sasuke-kun…" Respon Kabuto.
Sasuke memutar kedua bola matanya. "Kapan aku pernah bermanis-manis padamu? Bahkan dalam mimpi saja itu tak akan terjadi."
"Terserah Kau saja, Sasuke-kun," jawab Kabuto dengan senyum lebar yang licik.
"Apa maumu berubah memenjadiku, Kabuto?" tanya Naruto tajam.
"Aku hanya mengikuti apa yang diperintahkan Orochimaru-sama, Naruto-kun," Kabuto membenarkan letak kacamatanya.
"Lalu, apa maksudmu mendekati Hinata dengan sosokku, Kabuto?"
Seisi ruangan berani bersumpah, suara Naruto terdengar tajam menusuk saat menanyakan tentang Hinata. Entah apa yang merasukinya…
Masih dengan senyum liciknya, Kabuto melipat kedua tangan di depan dada. "Jujur, aku ingin mendekati Hinata-chan, Naruto-kun. Hinata-chan cantik, manis, tipe gadis kesukaanku… Salahkah kalau aku sebagai lelaki menyukai gadis sepertinya? Dan kurasa, Hinata-chan paling dekat denganmu, Naruto-kun. Jadi kuputuskan untuk meniru sosokmu saja…" Kabuto memasang wajah tanpa dosa.
Neji meludah. "Tak sudi aku punya adik ipar sepertimu."
Kabuto terkekeh sinis. "Aku hanya ingin Hinata-chan. Dan tak punya urusan denganmu, Hyuuga-sama…"
Hinata merasakan tubuhnya gemetar karena takut. Ia sendiri tidak ingin bersama dengan seseorang yang cukup gila dan berada di pihak yang salah seperti Kabuto.
Terlambat, Lee gagal menahan Neji yang dibakar amarah. Neji melesat dengan tangan terkepal mendekati Kabuto, begitu pula Naruto. Kedua laki-laki yang tak lebih tua dari Kabuto itu menghantamkan tinju mereka pada wajah Kabuto, hingga kacamata yang dikenakannya pecah.
Kabuto sama sekali tidak melawan, ia membiarkan Naruto dan Neji menghajarnya dengan taijutsu hingga babak belur, bahkan Lee pun ikut turun tangan meramaikan, pemuda berbaju serba hijau itu tak henti menendang perut Kabuto.
Yang lain bersorak mendukung trio Naruto-Lee-Neji untuk menghajar Kabuto hingga K.O. Tak ada yang menyadari keberadaan orang lain yang cukup membahayakan dalam ruangan itu.
"Sudah cukup, Neji, Lee, Dobe," ucap Sasuke datar. "Kabuto sudah babak belur dan kurasa tulangnya banyak yang patah. Kalian mengerikan juga…"
Naruto, Neji dan Lee menyingkir dari Kabuto yang terlentang bersimbah darah. Tubuhnya langsung lebam saking kuatnya pukulan ketiga orang tadi. Namun sebuah jeritan membuat semua seketika menoleh dan menemukan rasa kengerian mencengkeram hati masing-masing.
"Kyaaaaaa!"
"HINATAAA!"
"Terima kasih, Kabuto. Kau sampai babak belur begitu…" Ucap si pemilik lidah menjijikkan.
Kabuto mengernyit sakit, namun senyum licik kembali bermain di bibir pucatnya. "T-tak msalah, O-Orochimaru-sama… A-aku bisa menyembuh-k-kan diri! Wa-uhuuukk-laupun aku le-biih i-ngin me-membunuh-uhuuk-mu…" Ucapnya tersengal.
Orochimaru berdiri di hadapan Naruto yang memucat, dengan sebelah lengan melingkar di leher Hinata. Tawa licik mengalun bersamaan dengan lidahnya yang seolah berkibar. Hinata meringis, napasnya sesak karena lehernya dicekik, kedua tangannya menghujamkan kuku lancipnya pada lengan Orochimaru, supaya sedikit terbuka rongga jalan udara untuknya. Namun Orochimaru justru mengetatkan lengannya. Sebelah lengan kiri Orochimaru bergerak membuka rompi aneh yang dikenakannya, lalu tanpa melepaskan cengkeramannya pada Hinata, manusia yang kelihatan seperti ular itu memakaikan rompi itu pada Hinata.
"Ro-rompinya… Penuh bom!" kata Tenten panik.
"Ya, ini rompi penemuan barus—ssshhh…" Kata Orochimaru yang terdengar seperti desisan ular. "Bom ini memakai timer, dan daya ledaknya setara saat Deidara ingin membunuh Sasuke," Orochimaru melirik wajah Sasuke dan orang-orang seruangan yang memucat.
"Le-lepas-k-kan a-akuuuu!" Hinata menjerit, kaki kanannya terangkat menginjak kencang-kencang kaki Orochimaru.
Tapi Orochimaru bergeming, tiba-tiba saja lidahnya terjulur panjang, dan mengambil kunai yang paling dekat dengannya. Lidah kembali pada rongga mulutnya, kunai kini digenggam Orochimaru, yang diletakkannya pada nadi di leher Hinata.
Tim rookie 12 bersiap menyerang Orochimaru, baru saja mengambil satu langkah dari seribu langkah untuk menyerbu Orochimaru, orang licik itu mendesis jahat.
"Jangan berani-berani mendekati kami!" ancam Orochimaru, "Atau kalian akan mendapati nyawa Nona Cantik ini tak lagi bernyawa!"
Perkataan Orochimaru sukses membuat semua tak bergerak. Orochimaru menyeret Hinata yang berontak liar menuju ke jendela, ia lompati jendela itu. Dipukulnya tengkuk Hinata, membuang sang gadis pingsan. "Sayonaraaaaa~ Minna-san! Timer lima menit kuaktifkan dari sekarang!"
Layaknya orang disambar petir, mereka semua (kecuali Sasuke dan Shikamaru) lari dan berjubel di jendela. Menemukan Orochimaru melompati atap demi atap, dan tawa jahatnya membahana di Sunagakure yang terasa sunyi.
"AAAARRRGGHHH! MINGGIR KALIAN SEMUA! HINATA DALAM BAHAYA DAN AKU HARUS MENOLONGNYA!" bentak Naruto marah pada teman-temannya. Ketika semua menepi, Naruto tak membuang waktu untuk segera lompat keluar dari jendela, dengan kecepatan semaksimal mungkin mengejar orang jahat maniak ular yang menculik Hinata-nya.
Beberapa saat setelah Naruto meninggalkan mereka, mereka masih saja terdiam kaget, hingga akhirnya Ino memecahkan keheningan dengan pertanyaannya.
"Na-naruto kenapa sih? K-kok dia jadi mendadak marah sa-sama kita semua?" tanya Ino bergetar.
Sasuke menghela napas pendek. "Karena Hinata. Sudahlah, daripada kalian semua bengong buang waktu, lebih baik kita kejar Orochimaru-sialan itu dan Naruto."
Pemuda tampan keturunan Uchiha pun melompati jendela, disusul teman-temannya yang tetap membisu.
.
#~**~#
.
Empat menit lagi…
Ia tidak tahu Orochimaru membawa Hinata kemana, yang jelas tempat ini terlalu indah untuk sekumpulan makhluk layaknya zombie yang menghadangnya. Hanya buang-buang waktu saja jika ia meladeni ratusan zombie-zombie ini.
"Taju kagebunshin no jutsuuu!" rapal Naruto cepat, dalam sekejap, tempat yang indah ini dipenuhi zombie dan seratus klon bayangannya.
Tanpa diperintah, klon bayangannya segera menerjang para zombie, dan Naruto melompati mereka semua, ia menaiki sebuah pohon dan mata birunya bergerak liar menelusuri pemandangan yang terhampar di matanya. Pepohonan hijau yang teduh, zombie yang melawan klon bayangannya, dan—ah!
"Aku tahu tempat ini!" kata Naruto pada dirinya sendiri. "Mau apa Orochi-Brengsek itu membawa Hinata ke Oase—"
"Na-Naru—uhuuuk—to-kun!"
Jeritannya menggema dari jarak jauh itu seketika membuatnya menoleh, suara lengkingan itu memang tak akrab dengan telinganya, namun ia lebih dari tahu siapa pemilik suara itu.
"Hinataaaa! Kau di mana?" Naruto berteriak frustasi. Ia segera melompati satu demi satu pohon, sebelum akhirnya ia terpikir satu tempat.
Tapi Naruto kembali dihadang makhluk-makhluk buruk rupa milik Orochimaru, pemuda berambut pirang itu mengerem langkahnya. Naruto tak habis pikir dibuatnya, bagaimana bisa klon bayangannya dimusnahkan semudah itu?
Tiga menit lagi…
BZZZZZTT! BZZZT! CHIP! CHIP!
"Shannaroooo!"
Naruto terbengong dibuatnya, beberapa zombie hangus dan hancur berantakan. Lalu terdengar suara-suara aneh dan riuh rendah heboh dentangan senjata dan adu jutsu. Beberapa orang sekaligus datang menyela di antaranya dan para zombie. Yang jelas mereka ada di pihaknya, karena mereka menyerang para zombie.
"AKAMARUUU! SERAAANNNGG!"
"Kau tak akan bisa menghisap jiwa masa mudaku, Makhluk Jeleeek!"
"Hahhh… Semua ini sungguh merepotkan…"
"Ka-kalian semua…" Naruto sampai bingung mau berkata apa. Teman-temannya melindunginya, dengan penuh semangat mereka berperang melawan zombie-zombie itu.
"Cepat pergi, Narutooo!" seru Sakura tanpa menoleh, dilayangkannya tinju mautnya pada wajah zombie yang menjijikkan. Setelah mengangkat dan memandang tangannya yang penuh lindir bau menjijikkan, Sakura mengernyit jijik. "Yucks~"
"Pergi dengan Neji, Naruto," kata Sasuke seraya menghunuskan katananya pada salah satu zombie yang menyerangnya dari atas.
"Cepatlah, Naruto-kun! Hinata-chan membutuhkan pertolonganmu!" kata Sai dengan senyumnya seraya menghindari cakaran salah satu zombie.
"Ayo, Naruto!" Neji mengaktifkan byakyuugan-nya. "Arah selatan!"
Terbersit di hati Naruto penyesalan yang dalam karena telah membentak teman-temannya. Untung saja teman-temannya mau membantunya. Naruto segera mengejar langkah panjang Neji dan berteriak.
"ARIGATOU GOZAIMAAASU, MINNA!"
"ARIGATOU MO, NARUTOOOO! BAWA HINATA KEMBALI DENGAN SELAMAAT!"
Naruto tersenyum, tekad kuat semakin membara di hatinya. Ya, ia tidak akan menyia-nyiakan perjuangan shinobi Konoha dan Suna, Gaara, Matsuri, teman-temannya, dan ia akan menyelamatkan Hinata… Serta memusnahkan Orochimaru.
Dua menit lagi…
Hinata berusaha melepaskan diri dari ikatan Orochimaru, mulutnya diikat sapu tangan membuatnya tak bisa bicara, kepalanya masih terasa pusing karena sadar dari menggeliat-geliat tapi tubuhnya terasa lemas, pertarungan sebelumnya di kantor Kazekage membuatnya lemah. Ia percaya, Naruto dan teman-teman akan menolongnya. Dan karena itu, ia tidak boleh sedemikian lemah karena ini. Tapi tali yang mengikat erat tubuhnya merupakan tali yang aneh, tali yang dapat menyerap chakranya.
"Lady Hyuuga, Pangeranmu sudah datang menjemput~" kata Orochimaru manis, yang di telinga Hinata terdengar sumbang. "Tapi semua tidak akan semudah itu…"
"Itu dia Hinata, Narutoooo!"
"HINATAAAAA!"
Hinata dapat melihat Neji datang dengan Naruto… Benar, kan? Naruto pasti datang… Ya, ia memang selalu datang saat Hinata dalam keadaan genting.
"Hahahahahaha! Sudah terlambat, bocah-bocah~"
Orochimaru menendang kuat-kuat tubuh Hinata dengan kaki kanannya seperti ia menendang bola sepak, membuat gadis itu memuntahkan darah yang membasahi sapu tangan yang mebekap mulutnya. Tubuh Hinata terlempar hingga tercebur ke Oase, tapi keningnya sempat beradu dengan tanah di pinggir oase. Membuatnya semakin pusing dan pening. Rasa sakit menjalar kembali di tubuhnya, menunggu tubuh Hinata untuk mati rasa.
"KURANG AJAAARR!" Neji segera menerjang Orochimaru. Kini Orochimaru bergulat dengan Neji.
BYUUUUURRR!
"Hinataaaaa!" Naruto segera melompat terjun ke dalam air, ia berenang mendekati Hinata, ditariknya tubuh gadis itu, dipeluknya dengan protektif, dengan perlahan Naruto melepaskan sapu tangan yang membekap mulut Hinata.
Darah mengalir dari kening Hinata, luka terbuka di sana. Naruto dibuat algi terkejut mendapati darah di balik sapu tangan. Dan Hinata berusaha mengatur napasnya. Sebelum akhirnya ia terbatuk-batuk tak terkendali. Membuat air dalam oase beriak dalam. Dan keduanya terombang-ambing di dalam air.
"Uhuuk! Uhuuukk!"
Naruto sekali lagi merasakan sakit, saat melihat Hinata menyemburkan darah dari bibirnya. Dengan lembut dibasuhnya wajah Hinata dengan air, melupakan fakta bahwa oase adalah sumber air jernih, yang kini ternodai darah Hinata.
"P-perg-g-giiih, Na-uuhuuk-ruto-kun!" jemari lentik Hinata yang ternoda darah kini menumpu di dada Naruto, berusaha mendorong pemuda itu menjauh.
"Bicara apa Kau, Hinata? Tidak akan…" Naruto berbisik marah. Diambilnya sebilah kunai dari kantung kunainya. Naruto memejamkan mata. Dan garis berwarna kemerahan serta kuning menyelimuti sekitar matanya, ketika Naruto membuka mata, pupil matanya berubah seolah menjadi tanda minus.
Naruto dalam mode sannin, ia butuh kekuatan sanninnya untuk memutuskan tali gila yang melekati tubuh Hinata. Naruto tahu tali ini, tali penyerap chakra. Pantas saja Hinata tak berkutik dibuatnya.
Naruto mengubah posisinya, dibiarkannya Hinata bersandar pada bahu tegapnya, lengan kirinya melingkar kuat di pinggang sang gadis, sementara tangan kanannya yang menggenggam kunai memotong simpul-simpul rumit dari tali yang diikatkan pada Hinata.
Naruto mendengar suara ledakan dan makian Neji serta tawa Orochimaru yang membahana, tapi tak ada waktu untuk itu. Setelah tali-tali itu berhasil ia potong, Naruto segera menarik tali-tali itu membebaskan tubuh Hinata, dan melemparnya tak tentu arah.
Masalah belum selesai. Terdengar bunyi aneh dari rompi yang dikenakan pada Hinata.
TEEEEEETTT!
Satu menit lagi…
Naruto mendengar tawa yang ia benci. "Terlambaaatt! Tinggal satu menit lagi! Dan gadis itu akan meledaaaaak!" Orochimaru yang sedang bertarung dengan Neji sempat-sempatnya menertawakan Naruto dan Hinata.
"MATI SAJA KAU ORANG GILAAA!" Neji kembali menyerangnya dengan membabibuta.
Naruto memaki dalam hati, tapi difokuskannya matanya pada rompi bom itu. Rompi aneh, ia tidak pernah melihat hal ini sebelumnya. Apalagi bom-bomnya—eh tunggu! Setara dengan ledakan seni bom milik Deidara?
Bagus, Naruto yang berpikir seperti itu semakin frustasi memandangi rompi yang melekat setelah jaket Hinata.
Tiba-tiba mata berpupil minus hitam itu mendapati sesuatu bergerak, waktu… Ya, tersisa 55 detik dari sekarang untuk mempelajari bom itu, sekaligus melepaskannya dari Hinata.
Naruto ingat, Jiraiya pernah mengajarinya cara menjinakkan bom semacam ini, walau bomnya belum pernah ia lihat, pelajari dulu alur bom ini… Ikuti benang yang saling sambung-menyambung, perhatika mana yang terlebih dahulu ditarik atau diputuskan aman, tapi jika disentuh saja bisa memicu pengangktif bom dan terjadilah ledakan.
TEEEEEEETT!
Tiga puluh detik lagi…
Setelah memutar beberapa kali tubuh Hinata, Naruto akhirnya menemukan pengaktif bom itu, Timer-nya. Timer yang terletak di bahu kiri Hinata adalah kunci permasalahan. Naruto segera bekerja mengutak-atik timer itu, dengan hati-hati, memakai kunainya, Naruto mencongkel tutup timer itu. Dilemparnya asal, dan kembali terfokus pada kabel-kabel di tier tersebut.
Naruto mendengus kesal, dipasang segel bom pula, berarti kalau ia mencoba menarik segel bom tersebut, dan segel bom meledak, maka akan memicu pengaktif bom yang peka dengan guncangan. Dan bom meledak...
Ia tak mau membayangkannya. Pasti ada cara lain!
Sebulir air mengalir di pelipisnya tak ia hiraukan, Naruto tetap terfokus pada rompi itu. Tidak juga mendengarkan napas Hinata yang tersengal-sengal menahan sakit.
Dua puluh detik lagi…
Naruto tetap tak melepaskan Hinata, dipejamkannya matanya, dalam mata yang tertutup, ia melihat aliran chakra mengalir di rompi itu. Daya ledaknya kencang dan…
TRAAAANGGG!
TRAAAAANNNGG!
Neji menjauhkan tubuhnya dari Orochimaru. Orang ini memang… Entah bagaimana caranya Sasuke bisa bertahan dengan orang ini menjadi gurunya.
"Heeeeii! Narutooo!" teriak Orochimaru, "Kabuto menaruh racun pada bom-bom itu. Kalau bom itu meledak, pasti akan mencemari oase! Dan Kau tahu kan apa itu Oase? Sumber mata air bagi Sunagakure. Jika Oase tercemar, kemungkinan besar Sunagakure akan—"
…beracun.
"DIAAAAAAAAAMMMMMMMM!" raung Naruto frustasi. Fakta baru menamparnya, membuatnya sempat dikuasai rasa panik. Tapi melihat Hinata yang sudah…
Kepayahan…
Semua perasaan menguap. Naruto mulai berpikir dengan tenang, hingga akhirnya ia menemukan titik terang, ia mengerti cara—setidaknya untuk—melepaskan Hinata dari rompi bom ini.
Naruto mulai bekerja dengan kunainya, dengan hati-hati namun cepat dipotongnya benang yang tersambung dengan timer. Setelah kelima benang itu terpasang, Naruto melempar asal kunainya, ditariknya benang satu persatu yang menggantungkan bom, bom itu berantai. Ada lima benang panjang dengan bom berantai yang saling silang menyilang.
Dua benang berisikan kertas bom yang jenisnya tak pernah Naruto temui berhasil terbuka, kini menjuntai dan mengapung di atas air, namun masih tersambung pada timer.
Tapi konsentransinya buyar, manakala Neji membanting tubuh Orochimaru ke permukaan air yang menimbulkan riak dalam.
BYUUUUUUURRRR!
TEEEEEEEEETT!
"SEPULUH DETIK LAGI… SEMBILAN…"
Timer itu kini bersuara, Naruto tak peduli itu suara siapa. Tapi waktu menjepitnya, ya… Waktu terus bergulir, membawa Naruto bekerja semakin cepat, dalam waktu empat detik saja Naruto berhasil berhasil membuka dua benang lagi dengan bom berantai yang bergelantungan.
"DELAPAN… TUJUH…"
Hinata mendorong Naruto kuat-kuat. "Ce-cepat p-pergiii, Na-naruto-kun!"
Naruto yang sedang dipusingkan dengan benang kelima tidak juga merespon Hinata, Naruto justru semakin kuat mengeratkan pelukannya.
"ENAM… LIMA…"
"SIAAAALLL!" Naruto menarik segera benang kelima itu, dan terlepas, rasa lega menyelimuti hatinya. Kini Naruto bersusah payah lagi dengan segala kancing, dan resleting rompi itu.
"PER-G-GIIIHH, NA-NARUTOOO!" Hinata mendorong Naruto kuat-kuat, dan dipukulinya Naruto, biarpun tubuhnya yang lemah tak memengaruhi kekuatan pelukan Naruto. Tak mampu melepaskan diri dari Naruto. Naruto sempat terkesiap dibuatnya, seorang Hinata membentaknya? Menolaknya? Marah padanya?
"NEJIIIIIIII!" terdengar derap langkah dan teriakan memanggilnya, Neji menoleh, teman-teman… Mereka sudah berhasil melumpuhkan zombie laknat ciptaan Orochimaru.
Neji segera membalikkan badan, "SEMUA TIARAAAAPP!"
Mereka menjatuhkan diri dan segera tertulungkup memandang pada Oase, di tengah air jernih, di bawah pancaran hangat sinar mentari, airnya beriak dalam, dan kedua kawan mereka… Mereka tidak menyempatkan diri untuk saling pandang, mereka tidak mengerti situasi, tapi mendengar bunyi 'Teeett' aneh, serta Naruto dan Hinata yang bertengkar di Oase, sesuatu yang buruk… Pasti terjadi.
"EMPAT… TIGAAA…"
"NARUTO UZUMAKI CEP-uhuuuk-PAAATT PERGIIII! KA-KAU BISA MATIIII! TINGGAL-K-KAN A-AKUUU! J-JANGAN MA-MATI K-KONYOL—"
"AKU AKAN MENYESAL JIKA HARUS MENINGGALKANMU DI SINI, HINATA HYUUGA! KAU TIDAK AKAN MATI! DAN AKU TIDAK AKAN MENINGGALKANMU!"
Neji terpekur melihat adik sepupu yang disayanginya layaknya adik sendiri, di ambang hidup dan mati. Neji mengerti, perasaan Hinata bagaimana terhadap Naruto. Dan Neji yakin, Hinata pasti mulai merasakan Naruto mendekatinya…. Seharusnya, sebagai seorang gadis, bangga dan senang kan jika ada seorang pemuda yang dicintainya bertaruh nyawa untuk menyelamatkannya?
Semua terkesima menatapnya, Hinata yang marah… Dan Naruto yang begitu protektif pada seorang gadis.
'Apa yang sebenarnya terjadi pada Hinata? Mengapa di saat seperti ini mereka bertengkar?'
Hinata terdiam dibuatnya, matanya yang semuLa memancarkan amarah kini terlihat sendu, sebelah tangan kirinya mendarat di pipi kanan Naruto, mengelusnya lembut dengan ibu jari.
"J-jangan m-memberiku harapan k-kosong…" Bisik gadis itu lemah. Embun meleleh jatuh membasahi garis wajah jelitanya.
Naruto membeku. "Tidak… A-aku y-yang takut kehilanganmu, H-hinata…" Katanya jujur.
Semua tidak dapat melihat apa yang membuat pergerakan Naruto terhenti, karena Naruto membelakangi mereka. Tidak bisa pula mendengar percakapan Naruto dan Hinata. 'Kami akan selamat… Ya! Semua akan baik-baik saja…'
"DUAAA…"
TEEEEEEEEETTT!
"Aku mencintaimu…"
SIIIIINNNGGG!
"…Hinata."
…Dan cahaya putih menyilaukan menyelimuti mereka.
.
#~**~#
To be continued
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

0 komentar:

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut