Pairing:
Naruto X Hinata
Rate:
T
Disclaimer:
Mbah
MASKITO_Masashi Kishimoto_Sensei yang nggak lagi ngebuat scene NH untuk
NHL yang katanya nggak ada harapaaan!!! *dikemplang*
Warning:
Canon verse, out of character, gajeness, the ugly romantic scene, a little typo, plotless-i think I'm gonna~ *Kicked*
Italic: poetry, may be? I don't think so… T__T
Bold: Hinata's POV, with her mother.
Rasanya, hampir gak ada poetry di chapter ini!
.
Have a nice read! ^__~
.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
.
Mata itu mendelik padanya seperti ular.
Mempertanyakan letak keberaniannya yang tersangkut di cakrawala.
Keberaniannya runtuh, namun ketegaran tak lepas darinya.
Harap di hatinya berbisik meminta bantuan padamu,
Bintang.
Namun siang yang meraja bukanlah tempat di mana kau berkuasa,
Menebarkan sinar redupmu seolah hanya kedipan sekilas.
Tapi, hembusan angin yang berdesau lirih.
Datang mengantarkan harapan dan doa…
Doa' sang Putri, di ketegangan serupa kepekatan malam.
#~**~#
"Cepat kau pergi ke sana! Pertahanan sedang melemah!"Seorang lelaki berseru pada temannya, sang lelaki memakai baju hijau lumut yang sewarna dengan rerantingan kering yang meranggas di musim gugur.
"Kau tahan bersama KUSA, aku pergi, GUYO, tahan mereka sebisa mungkin, hanya bocah-bocah saja masa tidak bisa?" balas teman lelakinya pula yang memakai topeng harimau putih.
"Cepat pergi, KAHA!"
Guyo berteriak, sebelum akhirnya seseorang dengan jubah Hokage menghadangnya, Kaha yang tidak diketahui juntrungannya itu dengan cepat berlari dan melompat dari satu atap ke atap lainnya. Ia akan ke kantor Kazekage, di mana, itu adalah titik vital dari suatu Negara.
Kaha tahu, kalau seluruh pasukan kocar-kacir dengan pertempuran di Utara dan Timur, mungkin tidak akan yang banyak menghadangnya, tapi ia belum melihat beberapa orang penting lagi.
Menurut laporan Kusa yang hebat akan genjutsu dan Guyo yang mahir di bidang taijutsu, Hokage dan Kazekage sudah turun ke lapangan, tidak ada halangan berarti untuk menjajah Sunagakure lagi.
Kaha tersenyum di balik topengnya, lalu tangannya terangkat meraba tas punggungnya, senjata laknat itu masih ada. Tentu saja. Itu akan dipakai pada waktunya. Didengarnya suara-suara panik rakyat Sunagakure yang seperti diangon untuk mengamankan diri.
Kaha kini menghentikan langkahnya, memperhatikan penampilannya sekilas, baju kaus berwarna hijau lumut-sama seperti Guyo, dari bawah sampai atas, lalu topeng harimau putih yang menutupi wajahnya, dan ah… Rambutnya yang panjang dan berwarna hitam-tunggu dulu.
Senyum licik terukir di balik topeng harimau putih tersebut. Ia tahu harus menjadi apa di hadapan penghadang terakhir yang kuat. Pasti mereka tidak akan berkutik.
#~**~#
Hinata
kini duduk di kursi di depan meja Kazekage, dengan kenekatannya, ia
meminta untuk berjaga dengan Matsuri dan Sakura serta Sasuke dan Temari
serta setumpuk Jounin lainnya di kantor Kazekage. Di ruang vital yang
hampir sama persis dengan kantor Hokage.Matsuri berjalan mondar-mandir sedaritadi di dekat jendela, menatap keluar, melihat sinar matahari yang begitu terik seolah membumihanguskan Suna, memandang kepulan asap di kejauhan dengan gelisah, mendengar ledakan dan jeritan di sana.
"Byakyuugan!"
Hinata melihat ke sekelilingnya, di sana ada Sai yang menggendong Ino ke tenda darurat dengan arahan medic nin Suna, sepertinya Ino terluka. Ah tidak! Neji-Nii-nya sepertinya juga terluka pula, ada Tenten yang mencoba mengobatinya… Di samping Neji dan Tenten ada Kankurou yang sedang dirawat.
Gaara sedang menahan serangan genjutsu dari seorang Shinobi yang ikat kepalanya berlambangkan Ular, sama seperti dengan Shinobi-Shinobi lainnya. Sepertinya… Mereka lah musuh sebenarnya!
"Naruto-kun…" Ucap Hinata pelan.
Dilihatnya pula Naruto dengan kagebunshin-nya sedang mengepung dan balas menyerang serta beradu kunai dan shuriken dengan seseorang berbaju hijau lumut yang menyerang ratusan kagebunshin Naruto dengan taijutsu-nya. Orang itu memakai topeng Singa dan ikat kepala berlambangkan ular. Sama seperti pengguna Genjutsu tadi…
Dilihatnya pula, seseorang datang mendekat… Eh, tunggu!
"AARRRGGHHH!!!"
Teriakan Matsuri membuat Hinata tersentak dan cepat berdiri menoleh ke arah jendela, menatap Matsuri yang kini di tangan kanannya mengucurkan darah, goresan itu dibuat oleh kunai yang digenggam oleh seseorang bertopeng harimau putih…
"Matsuri-chan!" Hinata melihat lengan kekar sang pembuat Matsuri menjerit sakit, melingkar di leher Matsuri, seolah mencekiknya, kaki Matsuri diinjaknya, Matsuri tidak bisa bergerak, tangannya terkunci dibelakang tubuh oleh tangan orang bertopeng harimau putih berambut panjang hitam itu.
Sebelah kaki Matsuri yang bebas berusaha menendang orang itu. Tapi, injakan menyakitkan di kakinya itu membuatnya tidak bisa bergerak. Tangannya dipelintir dari belakang, kunai yang teracung berkilat itu, menggores pipinya, Matsuri bisa merasakan perih dan darah mengalir di pipinya.
Matsuri menjerit kesakitan menimbulkan pilu, injakkan di kedua kakinya sangat menyakitkan. Sepertinya, di bawah sepatu sang Penyanderanya, ada paku-paku yang berkarat dan dibasahi oleh cuka. Pedih, tusukan tajam itu menembus kaki-kakinya.
"Aaahh… Aku kecewa. Masa tempat penting seperti ini hanya dijaga oleh dua perempuan lemah?! Huh!" Suara berat itu berkata sombong.
Hinata memasang kuda-kuda, "lepaskan Matsuri-chan!"
"Sabar, lady. Aku belum puas bermain-main, a-aawww!" Kata-kata bersuara mengejek itu seolah terkejut, Hinata ikut menoleh, menemukan pintu menggebrak terbuka, para Jounin bergumul masuk dipimpin Sasuke bersama Temari.
"Matsuri-chaaaan!" beberapa bulir air langsung menuruni pelipis sang calon Kakak Ipar. Dalam hati, menyesali dirinya yang terlambat melindungi calon adik iparnya.
"Aaah… Ada bantuan, ck. Setidaknya, tidak ada Hokage dan Kazekage di sini. Semut kecil pengganggu," gerutu kesal orang itu.
Sasuke menghela napas pendek, "lepaskan dia, beraninya dengan perempuan. Banci darimana sih, kau?"
Terdengar tawa mengerikan terlantun dari balik topeng, entah darimana terdengar "POFFSSHH" pelan, asap putih tanpa bau menyelubung tipis mengisi kantor itu. Dan setelah angin bertiup dari kipas besar Temari…
Siapa orang yang kini sedang mencekik Matsuri, memakai yukata berwarna ungu pucat, dengan tali tambang berwarna ungu besar, berambut hitam panjang… Dan lidah panjang menjijikkan yang basah oleh air liur itu menari-nari kemana-mana. Rambut hitam panjangnya berkibar…
Semua ternganga, Sasuke merasakan detak jantungnya sedikit berdetak lebih cepat, bagaimana bisa?! Dia kan sudah dibunuhnya! Mengapa…?
"Apa kabar, muridku, sayang?"
Hinata menelan ludah ngeri, jadi pemimpin para Shinobi ini…?
"Orochimaru," ucap Sasuke dingin.
"Hm? Kau tidak bisa sembarangan membunuhku lagi, Uchiha. Aku bukan yang dulu lagi…" Lidah panjang Orochimaru menjilat darah yang mengalir pelan di pipi Matsuri.
Semua menyipitkan mata, jijik. Matsuri merintih sakit.
"Di lidah jelek itu, terdapat racun mematikan, membunuh pelan-pelan, dalam waktu lima menit, orang yang terkena racun itu bisa mati jika tidak mendapatkan pertolongan," jelas Sasuke.
"Setelah sekian lama, aku hanya menunggu hari ini untuk membunuhmu, Sasuke. Murid durhaka," Orochimaru meludah.
Tanpa aba-aba, semua Jounin menyerang masing-masing, melempar kunai dan shuriken, menyerang dengan berbagai macam jurus. Tapi, dengan jarak sepuluh kaki dari Orochimaru dan Matsuri, ternyata… Tidak ada yang bisa mengenai Orochimaru yang kini tersenyum licik.
Mengapa? Semacam barrier dari Chakra hitam itu, melindungi Orochimaru dan Matsuri. Dan mengembalikan segala macam lemparan senjata serta serangan jurus, berbalik kembali pada siapa-siapa yang menyerahkannya.
"Kalian ini lemah sekali," keluh Orochimaru angkuh.
Sasuke sudah merasa jijik dan ingin menginjak serta memotong-motong tubuh mantan gurunya itu. Ketika dilihatnya, ada yang mencurigakan.
Semua Jounin terlempar menyebar dengan acak ke seluruh ruangan Kazekage, rintihan kesakitan terdengar dari mereka. Hanya Sasuke danHinata yang masih berdiri tegak mengawasi Matsuri dan Orochimaru.
Temari berlari keluar seorang diri, menghampiri dan mengangguk pada Sakura serta yang lainnya, lalu berlari dengan Shikamaru menuju ke tempat Gaara. Sementara Sakura menungu dengan cemas di depan pintu, mengawasi kengerian mencekam dari kantor Kazekage yang mengalami kerusakan kecil di sana-sini bersama dengan Chouji.
Merasa tidak berguna, lemah dalam hal apapun, Hinata melangkah maju dengan tangan dingin terkepal, berjalan hati-hati, berusaha tenang dan percaya diri. "Tukar aku dengan Matsuri-chan."
Mata-mata seisi ruangan yang sempat terisi rintihan rasa sakit, kini melebar dalam keterkejutan.
"Sepertinya kau tertular baka oleh baka-dobe, jangan Hyuuga-san. Dia menjijikkan," kata Sasuke dingin.
Menghiraukan Sasuke, Hinata tetap melangkah maju, kini mata amethyst-nya bertemu tatap dengan mata Orochimaru yang menyeringai. "Siapa kau?" tanya sang Sannin yang cinta akan makhluk melata dan berbisa.
Hinata tahu, kalau Matsuri adalah tunangan Gaara. Berbahaya kalau Matsuri yang terus terluka. Ia harus segera diobati! Nyawanya terancam melayang, sementara Hinata berdiri di sini dalam keadaan baik-baik saja.
Hinata memutar otak sebentar, lalu menghela napas dengan harapan bisa menghilangkan rasa takut yang menjalari tubuhnya. "Hyuuga, penerus klan Hyuuga. Kau pasti tahu."
Orochimaru tertawa misterius, lalu meledek, "kau? Huh! Lemah sepertimu?! Jangan bercanda denganku, lady. Kalau memang iya, buat apa aku menahanmu?"
Kini, Hinata cepat tanggap, ia mengedipkan sebelah matanya sekilas ke arah Matsuri yang dibalas dengan anggukan lemah, "Matsuri itu hanya medic nin kelas bawah. Kalau kau membunuhnya, tak berarti Kazekage dan Hokage akan menyerahkan Suna dan Konoha padamu."
Orochimaru menatap Matsuri sekilas, lalu menatap Hinata. "Memang, kalau kau yang berada di posisi perempuan ini, keuntungan apa yang didapatkan untukku?"
"Kau bisa merebut klan Hyuuga, salah satu klan besar di Konoha, anggota klan Hyuuga yang tunduk padamu dan bersedia menerima titahmu pasti bisa mengancam Konoha. Bahkan, kau bisa menduduki klan Uchiha!" Ujar Hinata, bohong tentunya.
Sasuke menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak mungkin menduduki Uchiha semudah itu selama masih ada dirinya. Ya ampun, dua gadis ini yang justru paling bisa mempengaruhi dua Kage tersebut, mengapa malah bertaruh nyawa?
Mata Orochimaru menyipit dalam kecurigaan, "apa kau bisa dipercaya?"
Dengan byakyuugan aktifnya, mata Hinata menangkap aliran chakra Matsuri yang tidak beraturan, mulai melemah dari racun yang mulai menyebar di seluruh tubuhnya, dan sesak napas yang didapatkannya.
"Terserah Orochimaru-sama. Tapi, kau harus melepaskan Matsuri-chan, baru aku akan menyerahkan diri!" Kata Hinata tegas, menyembunyikan getar yang menjalar di tubuhnya.
Orochimaru berpikir sesaat, lalu mengangguk. Dilepaskannya semua pegangan yang tadi mengunci gerakan Matsuri, lalu Matsuri terjatuh lemas ke lantai batu. Orochimaru menambah tendangan kuat pada perut Matsuri dalam rangka menyingkirkan Matsuri, sehingga korban pertamanya menabrak meja Hokage dan jatuh pingsan, lalu lidahnya, yang penuh dengan air liur menjijikkan beracun, melingkar di seluruh tubuh Hinata, serta menariknya masuk melewati semacam barrier dengan chakra-nya.
"Matikan matamu itu," kata Orochimaru dingin, setelah menarik lidahnya kembali.
Mengindahkan ketidakcocokkan kata-kata Orochimaru, Hinata menonaktifkan byakyuugan-nya. Lalu membiarkan posisinya sama seperti Matsuri tadi, kedua lengan tangannya di pelintir di belakang punggung, kakinya diinjak keras-keras. Dan kunai itu… Tidak menggores pipinya, tapi menyayat pergelangan tangan kirinya.
Hinata menggigit bibir bawahnya, menahan kesakitan dengan tidak membuat suara. Hanya meringis kecil. Rasa sakit itu hampir membuatnya menangis, tapi yang bisa dilakukannya hanyalah menjerit kencang-kencang dalam hati.
'Naruto-kun… Kaa-san, tolong akuuuu!'
Shino dan Kiba berlari tergopoh-gopoh disertai Akamaru yang tak berhenti menggonggong, datang menghampiri Sakura dan Chouji yang terpaku di depan pintu.
"Ada apa?! Mengapa Shikamaru dan Temari panik sekali? Ada apa kami dipanggil ke sini?" Tanya Kiba panik, tidak memerdulikan paru-parunya yang seolah ingin meledak, karena stok oksigen tidak terpenuhi dengan sempurna.
Chouji menjelaskan keadaan dan duduk permasalahan dengan cepat pada Shino dan Kiba, Sakura menatap cemas ke arah Matsuri yang kini digendong Sasuke menuju ke arahnya.
Sasuke menurunkan Matsuri dari gendongan punggungnya, tepat di depan Sakura. "Cepat tolong dia. Bisa mati dibunuh Kazekage kalau dia tidak terselamatkan."
Sakura segera berlutut dan mengerahkan seluruh kemampuannya sebagai Kunoichi, aliran chakra yang keluar dari tangannya merembes cepat ke dalam tubuh Matsuri.
"Sasuke, mengapa tidak ada Jounin dan Chuunin yang bergerak?" Tanya Kiba cemas.
Sasuke menggeleng, "sepertinya kena genjutsu Orochimaru."
"Bukannya kau sudah membunuhnya, Sasuke?" tanya Shino juga.
"Aku sendiri heran mengapa ia bisa hidup kembali," jawab Sasuke datar.
Shino dan Kiba berpandangan, lalu mengangguk. Keduanya menghambur masuk disertai Akamaru ke dalam. Memasang kuda-kuda sempurna dengan kening yang berkerut karena jijik. Bau anyir dari amis darah merasuk ke hidung, seketika keduanya merasa mual.
"Wah, aku tersanjung, ternyata dua kunyuk lagi…" Sahut Orochimaru dengan seringai dingin,.
Hinata mulai mencoba berontak, tidak ingin Shino dan Kiba terlibat dalam aksi bodohnya-kata Sasuke. Tapi, lidah yang makin mengerat di sekeliling tubuhnya, seperti ikatan simpul mati.
Akamaru menyalak geram. Gonggongngannya tidak terdengar seperti salakkan anjing manis yang biasa Hinata dengar.
"Lepaskan Hinata! Tukar dengan kami saja!" teriak Kiba marah. Akamaru menyalak tanda menyetujui.
Orochimaru mendengus lagi, kesinisan yang dipenuhi kesombongan memenuhi setiap kata yang terlontar darinya. "Tidak sayang nyawa rupanya."
Orochimaru mendesis bagai ular, merapalkan sejumlah kata yang sulit untuk didengar telinga awam dan tak paham desisan itu. Tapi nampaknya, berpengaruh dahsyat untuk Shino dan Kiba serta Akamaru yang kini jatuh berdebam ke lantai, dengan teriakan seolah suara mereka habis dan terhenti begitu saja. Tercekat dan menggapai-gapai, seolah mereka dicekik sesuatu, dan tidak bisa bernapas.
"A-akamaru! Kiba-kun! Shino-kun!" panggil Hinata panik. Otaknya mulai berputar seperti roda, mencari jalan keluar untuk membunuh pelaku kejahatan semua ini.
"Kurang ajar kau, Lady!" teriak Orochimaru berang. Semua karena ulah Hinata yang mencoba mengalirkan chakra-nya secara cepat dan dadakan, sehingga terjadi ketidakselarasan antara chakra-nya dengan chakra Orochimaru.
Rasanya seperti disengat listrik voltase tinggi. Tapi Orochimaru belum menghitam, bahkan kini kukunya yang tajam menghujam pergelangan tangan kiri Hinata. Menyerang nadi yang telah bernapas putus-putus.
"Ugggghhh…" Hinata menggigit bibirnya kuat-kuat, tidak peduli itu membuat bibirnya sakit. Perih itu menusuk, sakitnya merayap dari tangan, perlahan ke sekujur tubuh. Tangannya refleks mencengkeram apa yang jadi pegangannya. Lidah Orochimaru.
Kuku putih nan lancip itu saling menekan kuat, tidak peduli racun yang ada pada lidah panjang menjijikkan. Menggenggam, mencengkeram, menekan erat, sekuatnya, mencoba melampiaskan rasa sakit yang terasa dari nadi yang mengucurkan darah.
Dari tancapan kuku yang teraliri chakra, darah mengalir dari lidah beracun yang dicakarnya.
"Aaaarrrggghhhh!!!"
Teriak dan jerit kesakitan itu kini milik Orochimaru. Sungguh, suara orang ini benar-benar semenyeramkan wajahnya. Bahkan Sakura yang berada di luar sana-di luar ruangan-cukup terguncang dan hampir menangis mendengar rintihan Hinata, jeritan orang-orang yang terjebak dalam genjutsu sang Sannin Ular, mendengar makian serta teriakan pilu menyakitkan Orochimaru.
Andai chakra Sasuke tidak menyentaknya. "Kau ini kan Medic Nin handal, cepat tolong mereka yang membutuhkanmu!"
Dan kata-kata sinisnya.
"Sakura, bagaimana dengan Hinata?! Aku masuk ke dalam saja yah?!" tanya Chouji, geram rasanya melihat Orochimaru begitu sadis pada mereka-mereka yang tidak bersalah. Pada teman-temannya yang sekarang tekapar seperti ikan, ikan yang terdampar di pantai.
Sakura menggeleng, "Tidak bisa, kalau kau masuk, Hinata akan disiksa lebih dan lebih oleh Ular itu."
"Sa-Sakuraaaa!"
Teriakan itu membuat Chouji, Sakura dan Sasuke menoleh, mendapati Naruto yang memanggil dan Shikamaru sedang bersusahpayah menyangga Gaara. Ada Tenten Dan Lee yang membopong Neji, serta Sai dan Ino yang sepertinya hanya mengalami luka-luka ringan. Beberapa orang Jounin Suna, serta Temari yang memimpin mereka.
"Sakura, cepat sembuhkan Matsuri!" bisik Chouji panik. Mulai mengeluarkan chakranya yang masih lumayan penuh ke Sakura.
Sasuke menghampiri Naruto yang terlihat kepayahan, "apa yang terjadi di luar?"
"Mengerikan," jawab Naruto lemah, iapun kini mengalungkan sebelah tangannya di bahu Sasuke, "banyak yang terluka. Dan anehnya, para musuh itu seolah bisa membaca gerakan kami! Bahkan ketika kami ingin mengeluarkan jutsu andalan, mereka dapat dengan mudah menangkisnya!"
Mereka mendudukkan diri di sekitar Sakura, para gadis itu mulai mempraktekkan kelihaian mereka dalam Medic Nin. Dan Gaara memandang sendu pada Matsuri, bibirnya berucap tanpa suara.
"…Gomenasai…"
Di sebelahnya ada Naruto mencoba menghibur Gaara, dan keadaan sangat ricuh di situ.
"Hinata?! Mana Hinata?!"
Seru Neji kaget. Tidak mendapati sang adik yang sangat disayanginya berada di sekitar mereka.
Sasuke menghela napas pendek, lalu segera menjelaskan apa yang sedang terjadi di dalam sana.
Dan angin yang berhembus kencang, memblokir pandangan mereka semua untuk melihat apa yang terjadi pada Hinata dan semua yang ada di dalam.
#~**~#
BLETAAAAKK!
"SAKIT!" gerutu Orochimaru mengusap-ngusap kepalanya yang berambut hitam panjang. Lalu menoleh ke lantai, mendapati yang dilemparkan padanya tadi adalah sebuah botol air minum yang terisi setengahnya.
Disadarinya keganjilan, Orochimaru dengan cepat menoleh lagi ke jendela, seseorang masuk dan bersandar dengan dingin di jendela. Matanya merah menyala bagai bara api menatap Orochimaru. "Hei, KAU! Lepaskan Hinata-chan!"
Orochimaru mengerucutkan bibirnya, "tak ada kata lain apa? Aku bosan mendengar kata-kata itu terus!"
Angin berhembus, mengantarkan sang penimpuk Orochimaru dalam langkah yang kentara terdengar, mata merah berkilat tajam, dan jubahnya yang berkibar.
Orochimaru menyeringai, "datang juga kau, Hokage. Aku sudah bosan bermain dengan para kunyuk di sekitar sini. Jadi, jangan buat aku kecewa. Ne, Hokage-Sama?"
Hokage Konoha tersebut matanya berkilat biru dalam kesedihan mendalam, dia… Tersakiti tepat di depan matanya. Tidak ada ampunan apalagi maaf untukmu, Orochimaru! Tekad Naruto dalam hati. "Kau hidup lagi?"
"Tidak, aku memang masih hidup. Terlalu lemah kan kalau aku dibunuh begitu saja oleh Sasuke?!" Kata Orochimaru merasa direndahkan.
Tangan Naruto meraba kantong di lututnya, satu kunai berkilat tajam di genggamannya. Ia tidaklah bodoh, memakai Rasengan untuk Orochimaru sama dengan menyakiti Hinata. Di sinilah pertaruhan terakhir!
Tangan kanan Naruto yang bebas, memulai ancang-ancang membentuk rasengan. Angin-angin dan chakra-nya berkumpul menjadi satu, bersumber pada titik yang mengacau dalam bola angin itu.
"Fuh… Huh… Bodoh. Kalau kau mendekat, kupastikan gadis ini akan mati!" ancam Orochimaru. Lidahnya menjilat darah di tangan kiri Hinata, yang membuat sang gadis yang sudah lemah itu mengigit bibirnya kuat-kuat.
Ragu, tetap tidak menghalangi Naruto untuk menyempurnakan rasengan di tangan. Tapi khawatir menggerogotinya bagai parasit… Menahan hatinya untuk menghancurkan muka jelek Orochimaru yang sangat indah kalau dihancurkan dengan Rasengan.
Tapi, sedikit banyak, kata-kata Orochimaru membawa pengaruh besar bagi Naruto. Nyawa Hinata terancam, mungkin kalau dia yang berada di posisi Hinata, semuanya akan lebih mudah. Bagaimana ini?! Sannin penjahat macam Orochimaru bukanlah seorang pengkhianat kata yang sudah terucap darinya. Kalau semua yang tidak Naruto inginkan terjadi, dan berdampak terhadap Hinata…
Yang menyesal pertama adalah ia sendiri.
Biru itu kembali hadir mengganti merah, bertemu sekali lagi tatap dengan mata ungu keperakkan yag tergenang air di pelupuk matanya, air yang ada waktunya untuk jatuh. Tapi tidak jatuh, masih terjebak di kelopak mata yang sayu.
Dia mengangguk padanya, seolah memberi kode.
Naruto menggeleng lemah, tapi dia yang jauh lebih lemah di hadapannya kini mengangguk menguatkannya.
Mata itu seolah berkata, "lakukanlah!" tanpa peduli resiko apapun yang didapatkannya.
Saat Naruto mengambil langkah pertama dalam kecepatan ingin menghujam Orochimaru dengan jutsu legendarisnya, pintu menjeblak terbuka. Semua teman-temannya berjubel masuk dari pintu.
Belum satu masalah selesai, sudah ada masalah baru.
Siapa orang yang kini dipimpin teman-temannya?! Tak ada yang bercela dari penampilannya… Tak ada!
Semua membelalakkan mata, keterkejutan menyergap mereka jauh lebih cepat dibanding proses otak mereka.
Hinata menatap lemah dalam kaget yang meliputi. Siapa… Yang sebenarnya?! Mana, yang tulus menolongnya? Mana orang yang berjanji akan datang karena ia menunggu?
Yang mana?
#~**~#
Ia menunggu.
Karena pangeran berjanji akan kembali padanya.
Kini sosok yang dinanti hadir di hadapannya.
Tanpa cela… Di saat nyawa hampir melayang.
Bukan bunga yang menjadi latar kesenangan akan terkabul doanya.
Tapi petir yang menyambar di gersangnya percikan api.
Bisakah semua menemukan Pangeran?
Bisakah mereka menemukan kejujuran yang mempimpin?
Bisakah setangkai bunga matahari…
Mencari hangat asli sinar matahatri tempatnya bergantung?
#~**~#
To be continued
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
0 komentar:
Posting Komentar