Inilah awal dari perjalanan cinta mereka.
.
Chapter 4 :
Waktu istirahat, dikelas 3-A.
"Sakura-chan, kenapa kau murung begitu?" tanya Hinata menyadarkan Sakura dari lamunannya.
"Eh, ti,tidak kok, aku baik-baik saja," jawab Sakura.
Hinata hanya menatap Sakura dengan tatapan prihatin dan meninggalkannya sendiri.
Yah… sudah hampir sebulan sejak Sasuke dan Sakura melihat 'kejadian' diruangan Itachi.
Sejak itu pula Sakura selalu tampak melamun. Dia selalu memikirkan tentang Ino.
'Apa benar Ino dan Itachi itu pacaran? Tapi, bukankah itu melanggar peraturan sekolah? Apa lagi itu antara murid dan guru…' batin Mamori.
"Jidat lebar!" panggil Sasuke pada Sakura.
"Apa?" tanya Sakura sedikit menoleh.
"Sebaiknya kau berhenti memikirkan 'itu'," perintah Sasuke.
"Ba,Baik!"
"Memikirkan apaaa, hayooo?" suara Naruto terdengar dari belakang mereka, sukses membuat Sasuke dan Sakura terkejut.
"Ti,tidak memikirkan apa-apa kok, Na,Naruto-kun!" bantah sakura dengan nada panik.
"Hn, kau itu salah dengar, Dobe!" sambung Sasuke.
Naruto malah menyipinkan matanya, dan memandang Sakura dan Sasuke dengan tatpan curiga.
"Kau tadi juga mendengarnya kan, Hinata?" tanya Naruto pada Hinata yang berada tidak terlalu jauh dari tiga orang itu.
Hinata yang tadinya asyik ngobrol bersama Temari langsung berbalik ke arah Naruto.
"De,dengar apa, Naruto-kun?" tanya Hinata polos.
"Haaah, payah!" keluh Naruto menaruh kedua tangannya dibelakang kepalanya.
"Ma,maaf Naruto-kun…" sesal Hinata mengepalkan tangannya di dadanya.
Naruto yang melihat itu menjadi merasa bersalah.
"Hei Hinata-chan, itu bukan salahmu kok!" kata Naruto memamerkan jempolnya.
"Te,terima kasih Naruto-kun…" kata Hinata dengan perasaan lega.
'Ternyata memang merasa bersalah ya? Huuh, benar-benar polos!' batin Naruto seakan tidak menyadari bahwa dia sendiri adalah anak yang polos.
Sasuke dan Sakura merasa lega.
.
Tanpa diundang, datanglah Neji dan Tenten datang dan menyapa mereka ber-empat.
"Selamat pagi semuaaa!" sapa Tenten dengan ceria.
"Pagi Tenten-chan," balas Sakura tak kalah cerianya.
"Pagiii!" balas Naruto yang paling ceria.
"Pa,pagi…" balas Hinata lembut.
"Hn," kalian sudah tahu ini siapa kan?
"Cyeee, pagi-pagi begini Sasuke dan Sakura sudah pacaran niyeee," goda Tenten ketika melihat Sasuke dan Sakura berdiri berseblahan.
Mendengar itu, Sasuke dan Sakura langsung menjauh.
"Hih? Siapa yang sudi pacaran dengan jidat lebar ini?" kata Sasuke datar dengan nada mengejek.
"A,aku juga tidak mau pacaran denganmu! Dasar pantat ayam!" balas Sakura.
"Haha~, jangan bertengkar begitu, aku cuma bercanda tahuuu!" kata Tenten melerai mereka.
"Tapi, akhir-akhir ini, aku sering melihat Teme dan Sakura-chan itu bersama!" kata Naruto polos sambil menggaruk-garuk pipinya dengan jari telunjuknya.
Sakura dan Sasuke terkejut mendengar perkataan Naruto yang terkesan to the point.
"Benar juga sih," kata Tenten membenarkan perkataan Naruto.
"Bagaimana menurutmu, Hinata-chan?" tanya Naruto meminta pendapat Hinata.
"I,iya…" kata Hinata ragu, meskipun tidak begitu paham inti dari obrolan ini.
"Jangan-jangan…" kata Naruto menatap SasuSaku dengan tatapan curiga.
"Kalian pacaran ya…" sambung Tenten ikut-ikutan menatap curiga SasuSaku.
Dengan otomatisnya, Sakura langsung blushing mendengar pernyataan Naruto dan Tenten. Sedangkan Sasuke hanya berwajah datar seperti biasanya.
"Ka,kalian jangan bicara bodoh!" elak Sakura menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Haha, kalau tidak, kenapa wajahmu memerah begitu?" goda Tenten menunjuk kearah wajah Mamori.
"Me,merah? Mana mungkin!" elak Sakura.
"Haha, benarkan Neji?" tanya Tenten berbalik ke Neji.
"Terserah!" kata Neji singkat padat dan tidak jelas.
Tenten hanya mendengus kesal melihat tingkah Neji yang super duper cuek.
"Jangan pedulikan dia! Dia hantu!" ketus Tenten lalu membelakangi Neji.
"Hantu? Dari pada kau, nenek sihir!" ejek Neji.
"Apa katamu?" kata Tenten kembali menghadap kearah Neji.
"Aku bilang, kau nenek sihir, jelas? NE-NEK-SI-HIR !" jelas Neji dengan mantapnya.
"Huuuh! Dasar pemuda Hyuuga cantik!" ejek Tenten tak mau kalah.
"Hah?"
"Aaah, Neji-chaaan, kau cantik sakaliii, boleh aku pinjam parfummu?" ejek Tenten memperagakannya dengan gaya banci.
"Hah, dari pada kau,cewek kue danggo!" balas Neji dengan datar.
"Apa katamu?"
"Hinata," panggil Neji.
"Eh?" balas Hinata.
"Apa kau lapar? Itu ada dua kue danggo diatas kepala cewek banci itu!" kata Neji menunjuk ke kepala Tenten.
"Hah?" kemarahan Tenten meluap-luap.
"Tunggu!" kata Naruto menghentikan perdebatan NejiTen.
"Apa?" kata kedua orang yang tadi berdebat itu secara kompak.
"Hehe, kalian serasi yah!" goda Naruto.
"Iya, benar!" kata Sakura membenarkan perkataan Naruto sekaligis menutupi kecurigaan tentang dia dan Sasuke.
Tentu saja Tenten langsung blushing seperti Sakura. Dan Neji, kalian pasti sudah tahu bagaimana ekspresinya kaaan?
"Haha, wajahmu langsung memerah seperti Sakura-chan! jangan-jangan kalian benar-benar pacaran debgan Teme dan Baka Neji ini!" kata Naruto menunjuk-nunjuk Sakura.
"Apa katamu?" kata ke-empat orang tersebut secara kompak.
Naruto hanya tertawa terbahak-bahak.
"Justru kau dan Hinatalah, yang paling dicurigai pacaran," kata Neji membuka kebenaran.
Otomatis Naruto dan Hinata menjadi blushing.
"A,apa maksudmu Neji?" tanya Naruto kasar.
"Ya, semua orang membicarakan kalian, mereka mengira, kalau kalian pacaran!" sambung Tenten.
"Bettultuh, bettul!" kata Sakura dengan gaya Ipin *Itutuuuh, film Malaysia ituuu!*
"Betul, betul, betul!" sambung Sasuke dengan gaya Ipin juga sambil memegang ayam goreng (?).
Wajah Hinata terlihat semakin memerah, sedangkan Naruto mulai normal kembali setelah memakan ayam goreng milik Sasuke (?).
"Hah, itu tidak mungkin! Aku dan Hinata-chan itu cuma sahabat tauuu!" elak Naruto.
"I,iya, aku dan Naruto-kun cuma sekedar sahabat," sambung Hinata yang wajahnya juga kini mulai normal kembali.
Perdebatan ke-enam orang itu terhenti ketika guru Kurenai, selaku guru Bahasa Inggris di KHS, masuk untuk mengajar.
Enam sahabat itupun pergi ke bangku mereka masing-masing dan mulai belajar.
.
.
.
Esoknya,
Asrama putri, kamar 315,
Pukul 03.00 sore,
Terlihat Sakura sedang terbaring bosan diranjangnya yang berada ditingkat satu itu.
Teman sekamarnya, Hinata dan Tenten sedang ikut kegiatan klub.
Tenten, selaku ketua dari klub dojo putri KHS, saat ini sedang melatih murid-murid kelas satu.
Sedangkan Hinata, yang baru saja masuk klub sastra juga sedang ada kegiatan klub.
Dan Sakura, sebagai wakil ketua di klub kesenian, yah tidak ada apa-apa…
Karena terlanjur bicara soal klub, baiklah, akan kujelaskan sekalian saja semuanya.
Naruto, masuk di klub basket putra sekolah, ketua dari timnya adalah Kiba.
Sasuke, masuk di klub sains, ketua dari klub itu adalah Shikamaru.
Dan Neji, dia masuk dipengurus OSIS, jabatannya adalah selaku ketua koordinator umum, sedangkan ketua osisnya adalah Gaara, wakilnya adalah Shino.
Lalu, Ino, masuk di klub kecantikan, sebagai wakil ketua. Ketuanya adalah Karin.
Sudah…
#kembali ke cerita.
Sakura terbaring bosan…
Tak ada yang bisa dia kerjakan.
Diapun bangun dari ranjangnya, mengambil ponselnya, dan mencari sebuah nama yang ada di kontak ponselnya.
'Sasuke-kun'.
Sakura pun menekan tombol hijau yang ada di tust ponselnya.
.
Di asrama putra,
Kamar 218, diwaktu yang sama,
Terlihat Sasuke sedang terduduk diranjangnya sambil membaca sebuah buku.
Mata onixnya tertuju pada ponselnya yang berdering.
Dengan malas, Sasuke meraih penselnya dan melihat monitor ponselnya.
'Jidat Lebar calling…' begitulah tulisan yang ada di monitor ponselnya.
"Mau apa lagi dia?" gumam Sasuke seraya menekan tust hijau yang ada di ponselnya.
"Halo," kata Sasuke dengan malas.
"Halo, Sasuke, kau ada kegiatan klub tidak?" tanya Sakura dari asrama putri.
"Tidak,"
"Eh, anu, aku ingin bertemu!"
"Bertemu?"
"Iya, aku rasanya ingin menyelidiki tentang Ino-chan dan Itachi sensei!"
"Kau ini!"
"Aku kenapa?"
"Sudah kubilang, kau tidak perlu mencampuri urusan mereka!"
"Tapi aku penasaran bodoh!"
"Kalau kubilang tidak perlu, ya tidak perlu!" larang Sasuke dengan nada sedikit membentak.
"Oke, kalau kau tidak mau menemaniku, aku akan cari tahu sendiri!"
"Kau ini…"
Tok tok tok.
Terdengar ketukan pintu dari luar kamar Sakura.
"Sakura, ini aku, Ino! Aku boleh masuk?" teriak orang yang mengetuk pintu dari luar.
"Sudah dulu, Sasuke-kun, nanti kutelpon lagi!" bisik Sakura lalu menutup telponnya.
"Silahkan masuk Ino-chan! pintunya tidak dikunci!" kata Sakura.
Inopun membuka pintu kamar Sakura dan masuk, langsung duduk di samping Sakura.
"Kau tidak ada kegiatan klub?" tanya Sakura membuka obrolan.
"Tidak…" jawab Ino singkat.
"I,ino-chan…"
"Hn?" kata ino menoleh ke arah Sakura.
"K,kau sudah punya pacar?"
Ino tampak sedikit terkejut dengan pertanyaan yang dilemparkan Sakura.
"I,iya siiih…" jawab Ino malu-malu.
"Siapa?"
"Rahasia…"
"Apa dia ada disekolah ini?"
"Di, dia bukan siswa sekolah ini…"
'Ya, bukan siswa sekolah ini. Tapi gurunya,'batin Sakura.
"Terus?" tanya Sakura lagi.
"Rahasia…" jawab Ino menunjukkan senyum winknya.
Sakura hanya menatap Ino dengan tatapan sok penasaran.
"Oh ya, Ino-chan, mau apa kau datang kemari?" tanya Sakura.
"Oh, aku cuma bosan di kamarku! Temari-chan dan Naruko-chan sedang ikut kegiatan klub.
"Ah, nasib kita kok sama yah?"
"Haha…"
Mereka pun ngobrol atau lebih tepatnya ngegosip hingga Hinata dan Tenten pulang.
.
"Aku pulang duluya, Sakura-chan, trima kasih tehnya, enak sekali!" kata Ino memamerkan jempolnya dan bergegas pergi.
"Lho, Ino-chan kenapa buru-buru?" tanya Hinata lembut.
"Eh, tidak apa kok! Pasti Temari-chan dan Naruko-chan sudah pulang juga! Kalau begitu, aku pergi duluya…" pamit Ino.
Sakura, Hinata, dan Tenten hanya meng-iya-kannya saja.
"Sepertinya Ino-chan kelihatan senang sekali," ucap Tenten.
Sakura dan Hinata menoleh kearah Tenten.
"Apa maksudmu?" tanya Sakura tak mengerti.
"Ya, menurutku, setiap ada pelajaran Bahasa Jerman, Ino pasti kelihatan begitu senang. Trus, kenapa Itachi sensei selalu memanggil Ino ke ruangannya?" kata Tenten mulai curiga.
Yah, Tenten memang tidak secerdas Neji ataupun Sasuke, apalagi Shikamaru. Tapi dia pandai menganalisa suatu hal. Dia selalu menyadari hal yang tidak disadari oleh orang lain.
"Be,benar juga sih…" kata Hinata menyetujui pernyataan Tenten.
"Bagaimana menurutmu, Sakura-chan?" sambung Hinata.
"Eh, me,menurutku biasa-biasa saja!" kata Sakura ragu.
"Sakura-chan, kau juga akhir-akhir ini aneh! Kau lebih sering melamun! Kau juga sering berdiskusi dengan Sasuke, selain itu, setiap pelajaran Bahasa Jerman, kau selalu memperhatikan pergerakan Itachi sensei dan Ino!" jelas Tenten dengan nada curiga.
"Apa ada yang kau sembunyikan dari kami, Sakura-chan?" tanya Hinata lembut.
"I,itu…" Sakura makin terdesak. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakana. Dia mungkin bisa membohongi Hinata yang begitu polos, tapi dia tidak bisa mengelabui Tenten.
"Pasti ada yang terjadi pada Itachi sensei dan Ino, dan kau mengetahui itu kan!" tekan Tenten.
"I,itu…"
"Sakura-chan…" kata Hinata tapi dengan lembut.
"TIDAK! TIDAK ADA YANG KUSEMBUNYIKAN KOK! MANA MUNGKIN AKU MELIHAT ITACHI SENSEI DAN INO-CHAN BERCIUMAN DI RUANG GURU!" teriak Sakura.
"Ba, barusan Sakura-chan bilang apa?" tanya Hinata kaget.
"Berciuman?" tanya Tenten juga kaget.
Sakura lalu membekap mulutnya.
"Oke, Sakura-chan, aku menunggu…" kata Tenten seolah memberi tekanan pada Sakura untuk menjelaskan semuanya.
"Sakura-chan, kumohon jangan tutupi apa-apa lagi pada kami," ujar Hinata.
Sakura tidak bisa mengelak lagi. Akhirnya dia mengalah dan menjelaskan semuanya.
"Sebenarnya…"
.
Setelah dijelaskan, Tenten dan Hinata hanya mengangguk mengerti.
"Kita tidak boleh langsung menanyakan ini pada Ino, kita harus mencari bukti dulu," ujar Sakura.
"Sebaiknya kita juga member tahu ini pada Neji-kun dan Naruto-kun…" usul Hinata.
"Neji sih tidak masalah, tapi Naruto…" kata Tenten.
"Iya, Naruto-kun kan orangnya cerewet dan sembarangan. Bisa-bisa dia membocorkan hal ini pada orang lain," Sambung Sakura.
"Bukankah itu yang terjadi padamu?" sindir Tenten.
"Tadi itu aku cuma kecoplosan!" bela Sakura.
"Ta,tapi, menurutku Naruto-kun itu memang sembarangan, tapi bisa dipercaya," ujar Hinata.
"Kalau akusih terserah kalian berdua," kata Sakura.
"Aku juga," sambung Tenten.
.
.
.
Esoknya, jam istirahat sekolah,
Kelas 3-A,
"APA? ITECHI SENSEI DAN IN-UMP!" belum sempat Naruto melanjutkan jeritannya, Neji langsung membekap mulut Naruto.
"Jangan keras-keras bodoh!" bentak Neji.
"Sakura…" Sasuke memberikan death glarenya pada Sakura.
"Ma,maaf Sasuke-kuuun, waktu itu lidahku keseleooo!" pinta Sakura 1000 maaf.
"Terserah…" kata Sasuke datar.
"Yang terpenting, kita harus mencari bukti dulu," ujar Neji.
"Lalu, setelah kalian mengetahui hal yang sebenarnya, apa yang akan kalian lakukan?" tanya Sasuke.
Semuanya menjawab dengan kompak, "TIDAK ADA,"
"Payah! Jadi untuk apa kalian capek-capek mencari bukti?" tanya Sasuke datar.
"Ya, kami cuma ingin tahu saja!" ujar Sakura santai.
"Payah!" ketus Sasuke.
"Jadi, kau ikut tidak, Teme?" tanya Naruto.
"Terserah kalian saja!" ucap Sasuke cuek.
"Yey! Kalau begitu, ayo susun rencana!" ucap Tenten bersemangat.
"YA!" ucap Naruto, Sakura dan Hinata kompak.
.
Chapter 4 :
Waktu istirahat, dikelas 3-A.
"Sakura-chan, kenapa kau murung begitu?" tanya Hinata menyadarkan Sakura dari lamunannya.
"Eh, ti,tidak kok, aku baik-baik saja," jawab Sakura.
Hinata hanya menatap Sakura dengan tatapan prihatin dan meninggalkannya sendiri.
Yah… sudah hampir sebulan sejak Sasuke dan Sakura melihat 'kejadian' diruangan Itachi.
Sejak itu pula Sakura selalu tampak melamun. Dia selalu memikirkan tentang Ino.
'Apa benar Ino dan Itachi itu pacaran? Tapi, bukankah itu melanggar peraturan sekolah? Apa lagi itu antara murid dan guru…' batin Mamori.
"Jidat lebar!" panggil Sasuke pada Sakura.
"Apa?" tanya Sakura sedikit menoleh.
"Sebaiknya kau berhenti memikirkan 'itu'," perintah Sasuke.
"Ba,Baik!"
"Memikirkan apaaa, hayooo?" suara Naruto terdengar dari belakang mereka, sukses membuat Sasuke dan Sakura terkejut.
"Ti,tidak memikirkan apa-apa kok, Na,Naruto-kun!" bantah sakura dengan nada panik.
"Hn, kau itu salah dengar, Dobe!" sambung Sasuke.
Naruto malah menyipinkan matanya, dan memandang Sakura dan Sasuke dengan tatpan curiga.
"Kau tadi juga mendengarnya kan, Hinata?" tanya Naruto pada Hinata yang berada tidak terlalu jauh dari tiga orang itu.
Hinata yang tadinya asyik ngobrol bersama Temari langsung berbalik ke arah Naruto.
"De,dengar apa, Naruto-kun?" tanya Hinata polos.
"Haaah, payah!" keluh Naruto menaruh kedua tangannya dibelakang kepalanya.
"Ma,maaf Naruto-kun…" sesal Hinata mengepalkan tangannya di dadanya.
Naruto yang melihat itu menjadi merasa bersalah.
"Hei Hinata-chan, itu bukan salahmu kok!" kata Naruto memamerkan jempolnya.
"Te,terima kasih Naruto-kun…" kata Hinata dengan perasaan lega.
'Ternyata memang merasa bersalah ya? Huuh, benar-benar polos!' batin Naruto seakan tidak menyadari bahwa dia sendiri adalah anak yang polos.
Sasuke dan Sakura merasa lega.
.
Tanpa diundang, datanglah Neji dan Tenten datang dan menyapa mereka ber-empat.
"Selamat pagi semuaaa!" sapa Tenten dengan ceria.
"Pagi Tenten-chan," balas Sakura tak kalah cerianya.
"Pagiii!" balas Naruto yang paling ceria.
"Pa,pagi…" balas Hinata lembut.
"Hn," kalian sudah tahu ini siapa kan?
"Cyeee, pagi-pagi begini Sasuke dan Sakura sudah pacaran niyeee," goda Tenten ketika melihat Sasuke dan Sakura berdiri berseblahan.
Mendengar itu, Sasuke dan Sakura langsung menjauh.
"Hih? Siapa yang sudi pacaran dengan jidat lebar ini?" kata Sasuke datar dengan nada mengejek.
"A,aku juga tidak mau pacaran denganmu! Dasar pantat ayam!" balas Sakura.
"Haha~, jangan bertengkar begitu, aku cuma bercanda tahuuu!" kata Tenten melerai mereka.
"Tapi, akhir-akhir ini, aku sering melihat Teme dan Sakura-chan itu bersama!" kata Naruto polos sambil menggaruk-garuk pipinya dengan jari telunjuknya.
Sakura dan Sasuke terkejut mendengar perkataan Naruto yang terkesan to the point.
"Benar juga sih," kata Tenten membenarkan perkataan Naruto.
"Bagaimana menurutmu, Hinata-chan?" tanya Naruto meminta pendapat Hinata.
"I,iya…" kata Hinata ragu, meskipun tidak begitu paham inti dari obrolan ini.
"Jangan-jangan…" kata Naruto menatap SasuSaku dengan tatapan curiga.
"Kalian pacaran ya…" sambung Tenten ikut-ikutan menatap curiga SasuSaku.
Dengan otomatisnya, Sakura langsung blushing mendengar pernyataan Naruto dan Tenten. Sedangkan Sasuke hanya berwajah datar seperti biasanya.
"Ka,kalian jangan bicara bodoh!" elak Sakura menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Haha, kalau tidak, kenapa wajahmu memerah begitu?" goda Tenten menunjuk kearah wajah Mamori.
"Me,merah? Mana mungkin!" elak Sakura.
"Haha, benarkan Neji?" tanya Tenten berbalik ke Neji.
"Terserah!" kata Neji singkat padat dan tidak jelas.
Tenten hanya mendengus kesal melihat tingkah Neji yang super duper cuek.
"Jangan pedulikan dia! Dia hantu!" ketus Tenten lalu membelakangi Neji.
"Hantu? Dari pada kau, nenek sihir!" ejek Neji.
"Apa katamu?" kata Tenten kembali menghadap kearah Neji.
"Aku bilang, kau nenek sihir, jelas? NE-NEK-SI-HIR !" jelas Neji dengan mantapnya.
"Huuuh! Dasar pemuda Hyuuga cantik!" ejek Tenten tak mau kalah.
"Hah?"
"Aaah, Neji-chaaan, kau cantik sakaliii, boleh aku pinjam parfummu?" ejek Tenten memperagakannya dengan gaya banci.
"Hah, dari pada kau,cewek kue danggo!" balas Neji dengan datar.
"Apa katamu?"
"Hinata," panggil Neji.
"Eh?" balas Hinata.
"Apa kau lapar? Itu ada dua kue danggo diatas kepala cewek banci itu!" kata Neji menunjuk ke kepala Tenten.
"Hah?" kemarahan Tenten meluap-luap.
"Tunggu!" kata Naruto menghentikan perdebatan NejiTen.
"Apa?" kata kedua orang yang tadi berdebat itu secara kompak.
"Hehe, kalian serasi yah!" goda Naruto.
"Iya, benar!" kata Sakura membenarkan perkataan Naruto sekaligis menutupi kecurigaan tentang dia dan Sasuke.
Tentu saja Tenten langsung blushing seperti Sakura. Dan Neji, kalian pasti sudah tahu bagaimana ekspresinya kaaan?
"Haha, wajahmu langsung memerah seperti Sakura-chan! jangan-jangan kalian benar-benar pacaran debgan Teme dan Baka Neji ini!" kata Naruto menunjuk-nunjuk Sakura.
"Apa katamu?" kata ke-empat orang tersebut secara kompak.
Naruto hanya tertawa terbahak-bahak.
"Justru kau dan Hinatalah, yang paling dicurigai pacaran," kata Neji membuka kebenaran.
Otomatis Naruto dan Hinata menjadi blushing.
"A,apa maksudmu Neji?" tanya Naruto kasar.
"Ya, semua orang membicarakan kalian, mereka mengira, kalau kalian pacaran!" sambung Tenten.
"Bettultuh, bettul!" kata Sakura dengan gaya Ipin *Itutuuuh, film Malaysia ituuu!*
"Betul, betul, betul!" sambung Sasuke dengan gaya Ipin juga sambil memegang ayam goreng (?).
Wajah Hinata terlihat semakin memerah, sedangkan Naruto mulai normal kembali setelah memakan ayam goreng milik Sasuke (?).
"Hah, itu tidak mungkin! Aku dan Hinata-chan itu cuma sahabat tauuu!" elak Naruto.
"I,iya, aku dan Naruto-kun cuma sekedar sahabat," sambung Hinata yang wajahnya juga kini mulai normal kembali.
Perdebatan ke-enam orang itu terhenti ketika guru Kurenai, selaku guru Bahasa Inggris di KHS, masuk untuk mengajar.
Enam sahabat itupun pergi ke bangku mereka masing-masing dan mulai belajar.
.
.
.
Esoknya,
Asrama putri, kamar 315,
Pukul 03.00 sore,
Terlihat Sakura sedang terbaring bosan diranjangnya yang berada ditingkat satu itu.
Teman sekamarnya, Hinata dan Tenten sedang ikut kegiatan klub.
Tenten, selaku ketua dari klub dojo putri KHS, saat ini sedang melatih murid-murid kelas satu.
Sedangkan Hinata, yang baru saja masuk klub sastra juga sedang ada kegiatan klub.
Dan Sakura, sebagai wakil ketua di klub kesenian, yah tidak ada apa-apa…
Karena terlanjur bicara soal klub, baiklah, akan kujelaskan sekalian saja semuanya.
Naruto, masuk di klub basket putra sekolah, ketua dari timnya adalah Kiba.
Sasuke, masuk di klub sains, ketua dari klub itu adalah Shikamaru.
Dan Neji, dia masuk dipengurus OSIS, jabatannya adalah selaku ketua koordinator umum, sedangkan ketua osisnya adalah Gaara, wakilnya adalah Shino.
Lalu, Ino, masuk di klub kecantikan, sebagai wakil ketua. Ketuanya adalah Karin.
Sudah…
#kembali ke cerita.
Sakura terbaring bosan…
Tak ada yang bisa dia kerjakan.
Diapun bangun dari ranjangnya, mengambil ponselnya, dan mencari sebuah nama yang ada di kontak ponselnya.
'Sasuke-kun'.
Sakura pun menekan tombol hijau yang ada di tust ponselnya.
.
Di asrama putra,
Kamar 218, diwaktu yang sama,
Terlihat Sasuke sedang terduduk diranjangnya sambil membaca sebuah buku.
Mata onixnya tertuju pada ponselnya yang berdering.
Dengan malas, Sasuke meraih penselnya dan melihat monitor ponselnya.
'Jidat Lebar calling…' begitulah tulisan yang ada di monitor ponselnya.
"Mau apa lagi dia?" gumam Sasuke seraya menekan tust hijau yang ada di ponselnya.
"Halo," kata Sasuke dengan malas.
"Halo, Sasuke, kau ada kegiatan klub tidak?" tanya Sakura dari asrama putri.
"Tidak,"
"Eh, anu, aku ingin bertemu!"
"Bertemu?"
"Iya, aku rasanya ingin menyelidiki tentang Ino-chan dan Itachi sensei!"
"Kau ini!"
"Aku kenapa?"
"Sudah kubilang, kau tidak perlu mencampuri urusan mereka!"
"Tapi aku penasaran bodoh!"
"Kalau kubilang tidak perlu, ya tidak perlu!" larang Sasuke dengan nada sedikit membentak.
"Oke, kalau kau tidak mau menemaniku, aku akan cari tahu sendiri!"
"Kau ini…"
Tok tok tok.
Terdengar ketukan pintu dari luar kamar Sakura.
"Sakura, ini aku, Ino! Aku boleh masuk?" teriak orang yang mengetuk pintu dari luar.
"Sudah dulu, Sasuke-kun, nanti kutelpon lagi!" bisik Sakura lalu menutup telponnya.
"Silahkan masuk Ino-chan! pintunya tidak dikunci!" kata Sakura.
Inopun membuka pintu kamar Sakura dan masuk, langsung duduk di samping Sakura.
"Kau tidak ada kegiatan klub?" tanya Sakura membuka obrolan.
"Tidak…" jawab Ino singkat.
"I,ino-chan…"
"Hn?" kata ino menoleh ke arah Sakura.
"K,kau sudah punya pacar?"
Ino tampak sedikit terkejut dengan pertanyaan yang dilemparkan Sakura.
"I,iya siiih…" jawab Ino malu-malu.
"Siapa?"
"Rahasia…"
"Apa dia ada disekolah ini?"
"Di, dia bukan siswa sekolah ini…"
'Ya, bukan siswa sekolah ini. Tapi gurunya,'batin Sakura.
"Terus?" tanya Sakura lagi.
"Rahasia…" jawab Ino menunjukkan senyum winknya.
Sakura hanya menatap Ino dengan tatapan sok penasaran.
"Oh ya, Ino-chan, mau apa kau datang kemari?" tanya Sakura.
"Oh, aku cuma bosan di kamarku! Temari-chan dan Naruko-chan sedang ikut kegiatan klub.
"Ah, nasib kita kok sama yah?"
"Haha…"
Mereka pun ngobrol atau lebih tepatnya ngegosip hingga Hinata dan Tenten pulang.
.
"Aku pulang duluya, Sakura-chan, trima kasih tehnya, enak sekali!" kata Ino memamerkan jempolnya dan bergegas pergi.
"Lho, Ino-chan kenapa buru-buru?" tanya Hinata lembut.
"Eh, tidak apa kok! Pasti Temari-chan dan Naruko-chan sudah pulang juga! Kalau begitu, aku pergi duluya…" pamit Ino.
Sakura, Hinata, dan Tenten hanya meng-iya-kannya saja.
"Sepertinya Ino-chan kelihatan senang sekali," ucap Tenten.
Sakura dan Hinata menoleh kearah Tenten.
"Apa maksudmu?" tanya Sakura tak mengerti.
"Ya, menurutku, setiap ada pelajaran Bahasa Jerman, Ino pasti kelihatan begitu senang. Trus, kenapa Itachi sensei selalu memanggil Ino ke ruangannya?" kata Tenten mulai curiga.
Yah, Tenten memang tidak secerdas Neji ataupun Sasuke, apalagi Shikamaru. Tapi dia pandai menganalisa suatu hal. Dia selalu menyadari hal yang tidak disadari oleh orang lain.
"Be,benar juga sih…" kata Hinata menyetujui pernyataan Tenten.
"Bagaimana menurutmu, Sakura-chan?" sambung Hinata.
"Eh, me,menurutku biasa-biasa saja!" kata Sakura ragu.
"Sakura-chan, kau juga akhir-akhir ini aneh! Kau lebih sering melamun! Kau juga sering berdiskusi dengan Sasuke, selain itu, setiap pelajaran Bahasa Jerman, kau selalu memperhatikan pergerakan Itachi sensei dan Ino!" jelas Tenten dengan nada curiga.
"Apa ada yang kau sembunyikan dari kami, Sakura-chan?" tanya Hinata lembut.
"I,itu…" Sakura makin terdesak. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakana. Dia mungkin bisa membohongi Hinata yang begitu polos, tapi dia tidak bisa mengelabui Tenten.
"Pasti ada yang terjadi pada Itachi sensei dan Ino, dan kau mengetahui itu kan!" tekan Tenten.
"I,itu…"
"Sakura-chan…" kata Hinata tapi dengan lembut.
"TIDAK! TIDAK ADA YANG KUSEMBUNYIKAN KOK! MANA MUNGKIN AKU MELIHAT ITACHI SENSEI DAN INO-CHAN BERCIUMAN DI RUANG GURU!" teriak Sakura.
"Ba, barusan Sakura-chan bilang apa?" tanya Hinata kaget.
"Berciuman?" tanya Tenten juga kaget.
Sakura lalu membekap mulutnya.
"Oke, Sakura-chan, aku menunggu…" kata Tenten seolah memberi tekanan pada Sakura untuk menjelaskan semuanya.
"Sakura-chan, kumohon jangan tutupi apa-apa lagi pada kami," ujar Hinata.
Sakura tidak bisa mengelak lagi. Akhirnya dia mengalah dan menjelaskan semuanya.
"Sebenarnya…"
.
Setelah dijelaskan, Tenten dan Hinata hanya mengangguk mengerti.
"Kita tidak boleh langsung menanyakan ini pada Ino, kita harus mencari bukti dulu," ujar Sakura.
"Sebaiknya kita juga member tahu ini pada Neji-kun dan Naruto-kun…" usul Hinata.
"Neji sih tidak masalah, tapi Naruto…" kata Tenten.
"Iya, Naruto-kun kan orangnya cerewet dan sembarangan. Bisa-bisa dia membocorkan hal ini pada orang lain," Sambung Sakura.
"Bukankah itu yang terjadi padamu?" sindir Tenten.
"Tadi itu aku cuma kecoplosan!" bela Sakura.
"Ta,tapi, menurutku Naruto-kun itu memang sembarangan, tapi bisa dipercaya," ujar Hinata.
"Kalau akusih terserah kalian berdua," kata Sakura.
"Aku juga," sambung Tenten.
.
.
.
Esoknya, jam istirahat sekolah,
Kelas 3-A,
"APA? ITECHI SENSEI DAN IN-UMP!" belum sempat Naruto melanjutkan jeritannya, Neji langsung membekap mulut Naruto.
"Jangan keras-keras bodoh!" bentak Neji.
"Sakura…" Sasuke memberikan death glarenya pada Sakura.
"Ma,maaf Sasuke-kuuun, waktu itu lidahku keseleooo!" pinta Sakura 1000 maaf.
"Terserah…" kata Sasuke datar.
"Yang terpenting, kita harus mencari bukti dulu," ujar Neji.
"Lalu, setelah kalian mengetahui hal yang sebenarnya, apa yang akan kalian lakukan?" tanya Sasuke.
Semuanya menjawab dengan kompak, "TIDAK ADA,"
"Payah! Jadi untuk apa kalian capek-capek mencari bukti?" tanya Sasuke datar.
"Ya, kami cuma ingin tahu saja!" ujar Sakura santai.
"Payah!" ketus Sasuke.
"Jadi, kau ikut tidak, Teme?" tanya Naruto.
"Terserah kalian saja!" ucap Sasuke cuek.
"Yey! Kalau begitu, ayo susun rencana!" ucap Tenten bersemangat.
"YA!" ucap Naruto, Sakura dan Hinata kompak.
0 komentar:
Posting Komentar