LOVELY WAITRESS CHAPTER 4 (THE SURPRISE)

Minggu, 17 Maret 2013
Lovely Waitress

Author: Blueberry Cake 
Rok biru yang mengembang dan di rambutnya tersemat sebuah hiasan kepala warna putih. Walau hanya seorang pengantar makanan, tetapi gadis ini mampu membuat seorang lelaki memimpikannya setiap malam. EPILOG...
Rated: Fiction K - Indonesian - Romance/Friendship - Naruto U. & Hinata H. - Chapters: 10 - Words: 33,651 - Reviews: 140 - Favs: 40 - Follows: 2 - Updated: 06-19-10 - Published: 03-05-10 - Status: Complete - id: 5793472 





*nabuh gendang* Tek.. tek.. dung.. dung.. tek.. dung.. tek.. dung.. dung.. tek.. tek.. Wokkeh!! Kembali lagi di fanfic Blue yang gaje!! Hahahahay! Update chapter 4. Duh, duh maaf ya readers kalau menunggu terlalu lama. Karena Blue sedang menghadapi UNAS dan ujian-ujian sialan lainnya –dikemplang Diknas-. Yaaaaa, Blue juga kangen karena lama tak update-update fict ini. Otak Blue jadi keras karena memikirkan segitu banyaknya soal. xp… Dan, untungnya ada istirahat sebentar yang bisa mengencerkan otak Blue. Hahahahay!
Disclaimer: Saya ini sampai bosan untung mengucapkan kalimat ini berulang kali! Karena, sampai kapanpun Naruto itu (Hinata juga..) milik Om Kishi! Kapan bisa menjadi milik saya?!! *berlinangan air mata* *Om Kishi nyengir*
Enjoy it!

Lovely Waitress

Matahari pagi telah bangun. Sinar hangatnya yang begitu berkilau, menyeruak masuk ke jendela. Menembus gorden berwarna plum dan membuat seorang lelaki yang sedang terbaring pulas dan nyenyak di atas sofa empuk dan lembut itu. Kemudian, pria ini mengerjap-ngerjapkan matanya ketika tahu matahari tengah menusuk matanya agar segera bangun.
"Hmm.. Gotta pee.." gumam Naruto dengan mata yang setengah menutup. Dengan langkah grasak-grusuk ia menuju kamar mandi.
Masih dengan wajah setengah sadar, Naruto membuka pintu kamar mandi tanpa melihat-lihat. Dan terdengar suara jeritan kecil seorang gadis.
"Kyaaaaa!!" Naruto langsung membuka matanya dan melebar ketika tahu ada sesuatu di depan matanya.
"Go-gomenasai!" pekik Naruto segera menutup pintu kamar mandi. Wajahnya memerah. Memegang dadanya yang berdegup kencang. Apa itu tadi?
Naruto tak sengaja melihat Hinata yang setengah telanjang yang ingin memakai handuk. Begitu Naruto membuka pintu, Hinata menjerit menyadarkan Naruto dari alam mimpinya. Wajah Naruto bersemu merah ketika tadi dia merasa melihat ada sesuatu yang menjulang di tubuh Hinata. Putih dan bersih. Hinata mendekap tubuhnya gemetaran. Ia masih kaget saat Naruto membuka pintunya tiba-tiba. Salahnya juga karena dia tidak mengunci pintu kamar mandi.
"Na.. Naruto-kun…" panggil Hinata begitu keluar dari kamar mandi. Tubuhnya sudah dibalut handuk berwarna kuning. Naruto yang merasa dipanggil pun menengok dan melihat Hinata hanya mengenakan handuk.
"Eeh??!!!" wajah Naruto kembali bersemu. Matanya melotot besar seperti tak ada pupilnya (tahu kan? Yang biasanya kalau Naruto kaget atau kesal..)
"Ehm.. K-kau mau pakai kamar mandinya ya? Si-silahkan.." kata Hinata menunduk malu. Tapi tak ada sahutan dari Naruto. Naruto masih mematung melihat dirinya.
Sebagai cowok tulen, bukan hal yang umum lagi bila seorang cowok melihat tubuh cewek yang 'sedikit' terlihat akan membayangkan hal-hal yang bisa membuat celana mereka basah. Naruto masih saja menatap sesuatu yang menjulang di balik handuk Hinata. Dan Naruto berfikir, handuk itu tidak cukup muat untuk menampung 'benda' itu. Karena terlihat setengah dari 'benda' itu kelihatan dan hendak keluar.
"Naruto-kun?" panggil Hinata lagi. Menggoyang-goyangkan tubuh Naruto. Tak lama kemudian, mengucurlah darah dari hidung Naruto.
"Na.. Naruto-kun! K-kau tidak apa-apa?? Apa kamu sakit?!" tanya Hinata khawatir. Naruto yang sadar langsung menutupi hidungnya dengan tangannya.
"E..hehe.. hehehe.. A-aku tidak apa-apa, Hinata-chan.. Cu-cuma sedikit bereaksi saja.." cengir Naruto dengan semburat merah. Hinata mengerutkan dahinya.
"Bereaksi? Bereaksi kenapa?"
"Be-bereaksi.. Karena… Terlalu banyak 'membayangkanmu'!" ujar Naruto langsung masuk ke kamar mandi. Lalu, bernafas lega. Hinata hanya mengerutkan dahi heran.
"Naruto-kun, ka-kalau mau mandi, mandi saja. Ha-handuknya ada di dalam. Na-nanti kupinjamkan baju Neji-nii.." seru Hinata lalu masuk ke kamarnya. Naruto hanya menghela nafas melihat celananya sudah basah setengahnya.
20 menit kemudian Naruto keluar dari kamar mandi dengan kemeja putih dan celana jins hitam. Rambutnya masih acak-acakkan dan sedikit basah. Hinata meminjamkan baju Neji ke Naruto agar Naruto dan dirinya bisa langsung kuliah. Dan Hinata, juga sudah keluar kamar mengenakan kaos merah dengan cardigan putih. Di bahunya tersampir tas bahan kulit dan sebuah map hijau digenggamannya.
"Kau sudah siap? Ah, apa aku boleh mampir sebentar ke kosanku? Mau mengambil tas dan bukuku." kata Naruto disambut anggukan Hinata.
5 menit kemudian mereka sudah berada di jalanan. 15 menit, motor Naruto sudah memasuki pekarangan kos-kosan Naruto.
"Sebentar ya. Ga lama kok." ucap Naruto mengedipkan matanya genit. Membuat Hinata terkejut dan tersipu malu.
Naruto membuka pintu kosannya. Memutar gagang pintunya, dan membuka pintu kosan itu. Uh, berantakan. Dan pengap. Memang Naruto itu tak pernah ada waktu untuk membereskan kamar kosannya. Terkadang, sehabis pulang kuliah dia langsung kerja dan pulang malam. Tak ada waktu untuk membereskan kosannya. Naruto langsung memasuki kamarnya, dan melihat 2 orang yang dibencinya tengah bermesraan di atas kasurnya. Naruto melihatnya dengan tampang jijik dan hasrat ingin membunuh. Begitu sadar Naruto tengah melihat mereka dengan aura membunuhnya, 2 orang yang bernama Minato dan Fuuka ini langsung menutupi tubuh mereka dengan selimut. Minato hanya mengenakan celana jins, dan Fuuka hanya menggunakan tanktop dan celana dalam.
"Oh, ehm.. Naruto.. Maaf ya.. Kami pinjam kamarmu.." kata Minato kikuk menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Naruto tak menyahut. Ia terus masuk ke kamarnya, mengambil tas dan memasukkan beberapa buku ke tasnya dan melesat keluar tanpa melihat dan menyahut Minato sama sekali.
"Mau kuliah ya?" tanya Minato mengikuti Naruto di belakangnya. Naruto tak menyahut. Ia tetap sibuk memasukkan buku-bukunya sambil berjalan.
"Kau masih marah sama ayah?" tanya Minato memegang pundak Naruto.
"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!! Sudi sekali aku masih menganggapmu sebagai seorang ayah!" bentak Naruto menepis kasar tangan Minato. Hinata yang berada di atas motor Naruto hanya bingung dan heran, ada apa? Ada seorang lelaki mirip dengan Naruto. Itukah ayahnya? Tapi.. kenapa Naruto tampak seperti membentaknya? Alisnya bertaut tak menyenangkan melihat pria itu. Minato menatap keluar. Melihat Hinata yang tengah menatap mereka berdua di atas motor.
"Siapa dia? Manis juga.." tanya Minato. Naruto langsung menatapnya tajam.
"Dia kekasihku. Sudah cukup semua perempuan kau sakiti, Minato. Kau boleh mencintai dan menyakiti siapapun, kecuali dia. Kalau kau berniat untuk menjadikannya sebagai ibuku, kubunuh kau." ancam Naruto sinis lalu melesat keluar. Minato hanya menghela nafas.
"Ehm.. Na.. Naruto-kun.. Ta-tadi itu siapa? Mirip denganmu.." tanya Hinata hati-hati takut Naruto tersinggung.
"Bukan siapa-siapa. Segera berangkat aja yuk." ajak Naruto. Langsung saja Naruto tancap gas menuju kampus mereka..
0o0o0o0o0o0o0
Dahi Sasuke langsung mengernyit begitu melihat Hinata turun dari motor Naruto. Ada apa ini? Wah, pertanda yang bagus. Sepertinya Naruto dan Hinata sudah semakin dekat dan akrab. Usaha dirinya dan Sakura tak sia-sia untuk mencomblangkan Naruto dan Hinata.
"A-arigatou, Naruto-kun.. Su-sudah mengantarkanku.. Jadi merepotkan.." kata Hinata begitu turun dari motor Naruto.
"Seharusnya aku yang berkata seperti itu. Sudah merepotkan kamu karena menginap di apartemenmu. Hehehehehehe. Tapi aku senang kok bisa mengantar kamu kuliah." ucap Naruto menyengir. Hinata tersenyum.
Tiba-tiba, Sasori lewat didepan mereka sambil menciumi dahi Shion. Sedikit melirik Naruto dan Hinata dengan senyum licik nan sinis. Ingin sekali Naruto menonjoknya hingga ke planet Uranus. Begitu juga dengan Hinata. Rasanya dia ingin menendang Shion hingga ke Indonesia. Tapi, tentu mustahil. Tiba-tiba..
CUP! Hinata mendaratkan 1 ciuman di pipi Naruto. Membuat Naruto terkejut dan memerah pipinya. Sasori dan Shion sedikit terkejut. Tak peduli, mereka langsung meninggalkan Naruto dan Hinata. Hinata tersadar dan kaget dengan apa yang diperbuatnya.
"Go-gomenasai!! A-aku tidak sengaja! I-itu anggap saja sebagai tanda terima kasih karena kamu mau mengantarkanku. Ta-tapi.." Cup! Naruto juga mendaratkan 1 ciuman di dahi Hinata disusul dengan wajah Hinata yang bersemu merah.
"Anggap saja 1 sama ya. Aku harus segera ke kampus. Ja matte!" kata Naruto tancap gas dan melambaikan tangan ke Hinata. Hinata menarik nafas senang.
"Ehem. Kayaknya ada yang senang. Dan, sebentar lagi sepertinya ada yang bakalan jadi pengantin baru. Bisa makan-makan dong." celetuk seseorang yang sedang bersandar di tembok mengagetkan Hinata.
"Sasuke-kun?" Sasuke tersenyum. Bisa ditebak wajah Hinata sudah semerah udang rebus. Ia berusaha menutupi wajahnya dengan map yang dibawanya. Tetapi Sasuke keburu menahan tangannya agar tak menutupi wajahnya.
"A-apa sih??" sentak Hinata kesal. Wajahnya masih memerah karena malu. Ingin rasanya Sasuke terbahak-bahak dan guling-gulingan melepaskan semua rasa tawa dan lucunya pada Hinata. Tapi, seorang Uchiha tak akan melakukan itu. Sasuke hanya menahan tawa hingga perutnya sakit.
"Hmmpp.. Tidak.. tidak.. Aku tadi hanya melihat kau dengan Naruto saja. Mesra sekali ya. Kalau jadi sepasang kekasih sepertinya kalian cocok." kata Sasuke mata onyxnya menerawang langit-langit kampus.
"Sasuke-kun!" seru Hinata kesal menghentakkan kakinya.
"Hahahahahaha. Kau lucu sekali kalau malu seperti itu. Dasar Hyuuga. Oh ya, tumben sekali Naruto mengantarmu kuliah?" tanya Sasuke menepuk kepala Hinata.
"I-iya. Ta-tadi malam Naruto-kun menginap di apartemenku.." Hinata langsung menutup mulutnya. Keceplosan. Dan, Hinata sudah menduga kalau raut wajah Sasuke menjadi sangat heran dan curiga.
"Menginap? Naruto? Di apartemenmu? Ngapain saja?"
"Ka-kami ti-tidak melakukan apapun kok!! Bener! Suer! Na.. Naruto-kun tidur di sofa, dan aku tidur di kamarku sendiri. La-lagipula, itu juga tidak sengaja. Saat dia mau pulang tiba-tiba hujan deras. Da-daripada dia sakit, lebih baik kusuruh menginap. Ta-tapi benar kami tak melakukan apapun!" ujar Hinata ngotot mengacungkan jarinya berbentuk V. Sasuke tersenyum.
"Tenang. Aku percaya padamu. Kau bukan tipe gadis yang suka melakukan hal senonoh. Aku tahu kamu." ucap Sasuke.
"Kak Hinata!!" tiba-tiba seorang mahasiswa yang tampaknya masih di bawah Sasuke dan Hinata 5 tahun menghampiri Hinata dengan langkah tergesa-gesa dan senyum yang tak hilang dari wajahnya. Rambutnya berwarna hitam, panjang dan bola matanya berwarna hitam legam. Dari wajahnya, sudah terlihat bahwa dia adalah anak yang ceroboh.
"Eh? Shibuki-kun? Ada apa?" tanya Hinata begitu lelaki adik kelas Hinata yang bernama Shibuki itu sudah didepannya.
"Hehehehehe. Tidak kok, Kak Hinata. Aku cuma mau ngasih sesuatu sama Kak Hinata." jawab Shibuki mengorek-ngorek isi tasnya dan mengambil sesuatu berbentuk kotak kecil berwarna biru dengan pita merah muda. Ia menyodorkannya pada Hinata.
"Apa ini?"
"Buka saja!"
Dengan perlahan, Hinata membuka kotak itu. Yang didapatnya adalah sebuah kalung putih berbentuk hati. Mulut Hinata terus menganga karena kaget.
"Hmm.. Ma-maksud kamu ngasih kakak ini apa?" tanya Hinata menutup kotak itu. Shibuki menyengir.
"Kan kudengar-dengar Kak Hinata sudah putus dengan Kak Sasori. Jadi, aku punya kesempatan kan? Ini adalah tanda cintaku pada Kak Hinata!" ujar Shibuki. Hinata geleng-geleng kepala. Sasuke mengernyit tak menyenangkan.
Shibuki adalah adik kelas yang beda 5 tahun dari Sasuke dan Hinata. Dia sudah menyukai Hinata sejak pertama masuk Universitas Konoha Gakuen ini. Shibuki sangat tergila-gila pada Hinata karena menurutnya Hinata itu tipe ceweknya. Awal Shibuki menyukainya, saat acara OSPEK. Shibuki yang saat itu sedang dihukum untuk mengelilingi lapangan sebanyak 20 kali tentu membuat Shibuki hampir pingsan. Ketika sudah mencapai putaran ke-18 dan matanya sudah berputar-putar, saat itulah Hinata datang dan menyuruhnya untuk berhenti daripada dia pingsan. Hinata memapahnya ke dalam, mengelap keringat Shibuki dan memberi Shibuki minum. Karena perhatian Hinata itulah yang membuat Shibuki jatuh hati pada Hinata. Tidak hanya Shibuki saja, Hinata termasuk mahasiswi favorit mahasiswa Universitas Konoha Gakuen bahkan kampus lain. Tapi Shibuki adalah mahasiswa yang paling over diantara mereka semua untuk mendapatkan Hinata.
"Hey, hey! Kau ini apa-apaan sih. Mau mengajak Hinata menikah, hah? Baru semester 3 saja sudah belagu ngasih kalung ke senior semester 8. Kau itu masih kecil. Sudah belaga ngasih kalung. Belajarnya yang benar dulu, baru pacaran. Dasar." ketus Sasuke yang disambut tatapan remeh dari Shibuki.
"Memang kenapa sih? Kan aku yang suka. Kak Sasuke ikut campur aja." sahut Shibuki cuek. Membuat Sasuke ingin mencekeknya hingga mencret.
"Kau ini. Membuatku kesal saja. Hinata itu sudah ada yang punya tau! Jadi, tak mungkin kau ada kesempatan!"
"Su-sudah, sudah. Jangan bertengkar ya." kata Hinata melerai Sasuke dan Shibuki yang masih tatap-tatapan tajam menghasilkan listrik-listrik kecil.
"Shibuki, maaf ya. Kakak tidak bisa terima ini. Ini terlalu mahal untuk kakak. Dan seharusnya bukan kakak yang kamu kasih ini. Seharusnya yang kamu kasih adalah seseorang yang mencintai kamu dengan tulus dan ikhlas. Bukannya kakak tidak menghargai pemberian kamu, tapi kamu juga akan sakit hati kan bila kakak menerima ini dengan rasa terpaksa?" ucap Hinata menyerahkan kembali kalung itu ke tangan Shibuki.
"Tapi kak.."
"Ssst.. Kamu harus tahu itu ya. Ow, kakak ada kelas. Harus segera masuk. Maaf ya. Ayo Sasuke-kun. Ja matte Shibuki-kun!" ucap Hinata melambaikan tangannya dan menarik Sasuke meninggalkan Shibuki. Shibuki hanya menatap kotak kalung itu dan menghela nafas.
0o0o0o0o0o0
Seorang pria spike blonde sedang duduk termenung di kantin Universitas Kaitani Konoha. Jus sirsak yang ada didepannya diacuhkannya begitu saja. Matanya terus menerawang ke langit-langit kantin, memikirkan seseorang yang ada di dalam bayangannya. Kalau saja sebuah benda tidak menimpuk kepalanya, dia pasti sudah kesambet jin botol.
Duak!!
"Wadow! Apaan sih?!" bentak Naruto kesal mengusap-ngusap kepalanya yang terasa ngilu itu.
"Kamu yang apaan. Ngapain pagi-pagi sudah melamun? Kesambet jin gondrong tahu rasa loh." sahut seorang gadis berambut pink dengan kaos putih duduk didepannya.
"Ah, Sakura. Kau menganggu kesenanganku saja." ujar Naruto.
"Kesenangan apa?" Naruto menyengir.
"Hehehehehe. Kau tahu? Tadi aku habis mengantar Hinata-chan ke kampusnya. Dan… dia mencium pipiku. Lembut sekali bibirnya itu." kata Naruto dengan wajah bersemu merah. Sakura menganga.
"Kau serius, Naruto?! Kau dicium oleh Hinata?!" tanya Sakura tak percaya. Naruto mengangguk.
"Wah, berarti usahaku dengan Sasuke-kun tidak sia-sia dong? Untuk mencomblangkan Naruto dengan Hinata. Hihihi, kalau jadi sepasang kekasih pasti mereka lucu."
"Nafasnya.. Wangiiii sekali. Harum blueberry. Wauw.. Gadis yang menarik.." gumam Naruto menopang dagu.
"Kau suka pada Hinata ya, Naruto?"
Naruto tertohok.
"Ti-tidak kok! Kata siapa?! Jangan sok tahu kau, Nona Haruno!" Sakura tertawa.
"Kalau tidak, kenapa kau senyum-senyum begitu seperti orang gila? Dan saat kau bercerita bahwa pipimu dicium oleh Hinata kau terlihat senang sekali. Berarti kau suka kan dengan Hinata? Sudah ngaku saja." jawab Sakura meledek. Wajah Naruto memerah.
"Su-sudah ah! Aku ada kelas nih. Aku masuk dulu ya." Naruto melambaikan tangannya ke Sakura. Sakura hanya bengong melihat mahasiswa jurusan teknologi itu meninggalkannya sendirian di meja kantin.
-
-
Jam 16.00. Naruto baru saja keluar dari kampusnya. Meregangkan otot-ototnya yang kaku selama 5 jam lebih. Naruto menatap sekelilingnya. Banyak mahasiswa berlalu lalang di tempat parkir hendak pulang dan ada juga yang ingin hang out bersama teman-temannya. Naruto melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Masih sore.
"Huuuaaaaah… Capek sekali. Sekarang, enaknya kemana ya? Hmm.. Kayaknya minum secangkir cappucino hangat di Café Violetta enak nih. Kan sekalian bisa lihat Hinata-chan juga. Hahahay! Telpon si Teme dulu ah.." gumam Naruto mengambil handphone di sakunya dan memencet sebuah nomor.
"Halo?"
"Sasuke, kau sekarang dimana? Mau ke Café Violetta tidak? Aku baru keluar dari kampus nih." tanya Naruto.
"Hn. Baiklah, aku ikut. Aku juga mau bertemu Sakura di sana. Tunggu aku di kampusmu." Sasuke langsung mematikan sambungan telfonnya tanpa memberi kesempatan Naruto berbicara.
"Dasar. Seenaknya saja dia memutuskan pembicaraan. Padahal aku belum selesai berbicara." gumam Naruto kesal lalu memasukkan handphonenya ke dalam saku jaketnya.
7 menit kemudian, tampak sebuah mobil hitam memasuki pekarangan Universitas Kaitani Konoha yang diketahui Naruto sebagai mobil Sasuke. Tanpa basa-basi, Naruto yang sejak tadi menunggu Sasuke di atas motor hijaunya segera melesat keluar diikuti Sasuke.
Tak sampai 10 menit, mereka berdua memasuki pekarangan Café Violetta. Naruto melepas helmnya dan mengunci motornya, dan Sasuke segera keluar dari mobilnya. Tak lupa dia mengunci mobilnya.
"Wiiih, dingin!" gumam Naruto saat memasuki Café Violetta dan merapatkan jaketnya. Naruto dan Sasuke memilih duduk di meja nomor 15.
"Selamat datang di Café Violetta. Mau pesan apa?" seorang pelayan berambut hitam menghampiri mereka.
"Mmm, maaf. Bisakah kau panggilkan waitress bernama Sakura? Aku ada perlu dengannya." pinta Sasuke dan pelayan itu mengangguk. Dan, 5 menit kemudian seorang gadis berambut pink sebahu menghampiri mereka dengan langkah santai.
"Sasuke-kun…" panggil Sakura lembut dan mencium pipi kiri Sasuke. Naruto hanya melirik sebal melihat pemandangan itu.
"Aduh. Kamu ini datang-datang langsung nyosor aja. Nanti kalau dilihat sama atasan kamu gimana?" seru Sasuke menatap tajam ke Sakura. Sakura tertawa kecil.
"Tak apa. Atasanku kan sedang keluar."
"Iya. Tapi kan tidak enak sama orang yang di hadapanku ini. Lihat aja tuh, wajahnya udah ditekuk aja." ujar Sasuke tersenyum licik. Dan yang disinggung pun merasa.
"Maksud kau itu aku ya, Teme?!"
"Lalu siapa lagi yang ada didepanku, baka?!"
"Hey, hey. Sudah jangan bertengkar. Kalian mau pesan apa?" lerai Sakura sebelum mereka akhirnya perang mulut.
"Ramen! Dan orange juice." jawab Naruto mengacungkan jari telunjuknya.
"Aku… sashimi saja. Minumnya jus tomat." sambung Sasuke. Sakura selesai mencatat pesanan mereka. Sakura tampak berpikir membuat Sasuke dan Naruto menaikkan sebelah alis mereka. Tak lama, Sakura membisikkan sesuatu yang membuat Naruto semakin penasaran. Senyum tipis muncul di wajah Sasuke.
"Dobe, apa kau mau membantu kita?" tanya Sasuke. Sakura tersenyum misterius tetapi terlihat tidak mencurigakan.
"Membantu apa?" Sasuke dan Sakura saling berpandangan dan memberi tahu sesuatu pada Naruto.
0o0o0o0o0o0o0
Jam 18.00. Langit tampak perlahan mulai gelap. Berwarna jingga keemasan mengundang segerombol kawanan burung untuk melewatinya. Dari sebuah jendela kaca berbingkai kayu mahoni, seorang gadis sedang membereskan beberapa piring yang dia taruh di rak piring dengan tersusun rapi. Setelah selesai gadis itu mengelap peluhnya yang mengucur dari dahinya itu.
"Fuuuh.. Selesai juga. Sudah jam 6. Shiftku sudah habis. Akhirnya, bisa pulang juga." lirih Hinata melepas celemeknya. 2 menit kemudian, dia sudah berganti pakaian biasa.
"Sudah mau pulang ya, Hinata?" sapa seorang lelaki berambut abu-abu sebahu membawa sebuah nampan berisi gelas kosong. Hinata tersenyum.
"Iya Sora-kun. Shiftku sudah habis. Jadi aku mau pulang. Duluan ya! Ja matte!" seru Hinata melangkah keluar dengan riang.
5 menit kemudian, Hinata sudah berdiri manis di depan halte bis. Menunggu bis yang akan mengantar pulang ke daerah dekat apartemennya. Sembari menunggu bis, Hinata memainkan handphonenya sambil duduk di kursi yang sudah tersedia. Karena kurang waspada, Hinata tak tahu bahwa seseorang sedang memperhatikannya.
Orang itu mendekati Hinata. Hinata masih asyik dengan handphonenya. Merasa mendapat kesempatan, orang itu langsung menyambar tas Hinata dan berlari kencang membuat sang pemilik tas kaget dan kalap.
"Copeeettttt!!!" teriak Hinata. Spontan saja orang-orang yang berada di halte bis mengejar pencopet itu. Hinata pun ikut mengejar. Si pencopet terus berlari kencang.
Entah apa si pencopet itu pernah makan daging kucing atau kelinci, larinya begitu cepat seperti kilat hingga membuat orang-orang kecapekan. Tapi Hinata terus mengejar pencopet itu. Gadis itu mengambil sebuah batu, melemparkannya ke arah pencopet itu dan..
Bingo. Kena. Tepat di kepalanya. Dan si pencopet itu pun tersungkur.
"Hah.. Hah.. Kembalikan tasku!" bentak Hinata merebut tasnya dari tangan pencopet itu. Nafasnya tersengal-sengal. Begitu juga dengan si pencopet. Hinata memandang wajah si pencopet itu. Pencopet itu ternyata seorang kakek berumur sekitar 50 tahun. Tak ada tampang kriminal di wajahnya. Hinata menjadi iba. Mungkin ada sesuatu yang membuatnya harus melakukan hal ini.
"Ma-mari saya bantu berdiri.." tawar Hinata mengulurkan tangannya. Si pencopet terperangah. Ia menerima uluran tangan Hinata.
"Kamu.. Tidak marah sama saya?" tanya pencopet itu. Hinata tersenyum.
"Saya tahu. Bapak pasti punya masalah sampai harus mencopet tas saya. Kalau saya boleh tahu, ada masalah apa yang membuat bapak harus melakukan hal ini?" tanya Hinata. Bapak itu menunduk.
"Nama saya Genou. Ehm.. keadaan memaksa saya untuk mencopet. Anak dan istri saya sudah 5 hari belum makan. Hanya minum air putih. Saya ingin membelikan mereka makan, tapi saya tidak punya uang. Saya merasa tidak pantas menjadi seorang kepala rumah tangga. Memberi makan anak istri saja tidak bisa.." cerita Genou dengan suara dan bahu yang bergetar. Hinata terkesiap. Ia mengeluarkan dompetnya dan memberi beberapa uang untuk Genou.
"I..ini.. A-apa anda serius memberi saya uang??" tanya Genou tak percaya.
"Saya rasa uang ini lebih berharga bila bapak yang menggunakannya. Saya ikhlas kok. Jangan sedih lagi ya pak." kata Hinata menepuk bahu Genou. Genou menangis senang.
"Arigatou Nona!!" ucap Genou lalu bergegas pulang. Hinata menarik nafas lega. Sepertinya ada yang lupa. Ia melirik jamnya.
"Waaaaaaaa!! Aku ketinggalan bis!!!" teriak Hinata buru-buru kembali ke halte bis. Baru saja sampai, bis sudah berangkat.
"Heeeeeeyyy!! Tunggu!! Aduh.. Gimana nih pulangnya? Masa jalan kaki? Kan jauh.. Uangku tidak cukup untuk naik taksi…" keluh Hinata menunduk lesu. Dengan terpaksa ia jalan kaki ke apartemennya yang berjarak sekitar 500 m.
Sekitar 20 menit, Hinata sampai di apartemennya. Penampilannya sudah sangat berantakan. Terlihat kucel dan kumal. Saat perjalanan pulang ke apartemennya, seorang yang sedang mengendarai mobil menyerempet Hinata hingga jatuh ke pasir. Membuat tubuh Hinata kotor. Jelas saja Hinata mencak-mencak kesal.
"Uuh.. Sepertinya hari ini aku mengalami kesialan terus. Apalagi ini hari spesial untukku. Menyebalkan. Kenapa jadi begini?" keluh Hinata memutar kunci apartemennya dan membuka pintunya. Gelap. Hinata mencari-cari saklar dan menyalakan lampu.
"Kejutan!!" Hinata kaget saat ia memasuki apartemennya. Ruang tamunya penuh dengan balon dan pita-pita cantik. Sakura menghampirinya dan memeluknya.
"Selamat ulang tahun, Hinata. Kau terkejut ya? Hehehehe. Kami sengaja menyiapkan pesta kecil ini untukmu." kata Sakura.
"A-arigatou Sakura-chan. Ta-tapi, bagaimana kau bisa masuk ke apartemenku?" tanya Hinata sambil melihat bahwa Sakura tidak sendiri. Ada Naruto dan Sasuke yang tersenyum padanya. Semburat merah muncul kembali di kedua pipinya.
"Ini. Aku kan pernah minta kunci cadangan apartemenmu padamu." jawab Sakura menunjukkan kunci yang dipegangnya.
"Happy birthday, Hinata. Semoga kau tambah dewasa dan apa yang kau inginkan terkabul." ucap Naruto. Hinata menunduk malu. Bagaimana dia tidak malu? Penampilannya sekarang sangat berantakan dan kumal.
"Ini kado untukmu. Dipakai sekarang ya! Sekarang, kau mandi saja dulu. Tubuhmu kotor sekali. Setelah mandi pakai kado dariku ya." pinta Sakura mendorong Hinata ke kamar mandi.
15 menit kemudian, Hinata keluar dari kamar mandi. Tubuh dan penampilannya sudah bersih dan terlihat segar. Tetapi bukan hal itu yang membuat Naruto terperangah saat Hinata baru keluar dari kamar mandi. Tubuh mungil Hinata dibalut tube dress ungu muda yang di bagian dadanya terdapat pita besar berwarna putih. Sakura-lah yang menyuruhnya untuk memakai gaun itu karena itu adalah hadiah darinya.
"Hinata, kau cantik sekali dengan gaun pemberianku. Wah wah.. Bisa-bisa Naruto tersihir dengan keanggunanmu ini." kata Sakura sekaligus menggoda Naruto.
Yang digoda melotot ke arah Sakura dengan galak dan wajah Naruto yang berwarna coklat itu berubah menjadi sedikit merah. Hinata yang kaget Sakura berkata seperti itu, menunduk menyembunyikan semburat merah yang muncul di kedua pipinya.
"Ah.. Sakura-chan.. Ti-tidak kok.. Aku biasa saja.." kata Hinata merah di pipinya belum juga hilang.
"Hehehehehe. Ya sudah, sekarang kau tiup lilin dan potong kue ini. Ayo." Sakura menarik Hinata ke meja yang berisikan kue tart dengan krim berwarna ungu –yang tampaknya rasa grape- dihiasi beberapa cherry dan coklat dipinggirnya.
"Yey. Ayo, tiup lilinnya. Dan buatlah permohonan." kata Sakura. Hinata memejamkan matanya sejenak, lalu ia membuka matanya dan meniup semua lilin kecil itu.
"Horeeee!! Selamat ulang tahun Hinata! Semoga apa yang kau inginkan tadi terkabul ya." ucap Sakura memeluk Hinata dan memberi cipika cipiki ke Hinata.
"Arigatou Sakura-chan.."
"Selamat ulang tahun, Hinata.." ucap Sasuke singkat. Hinata tersenyum.
"Hehehehe. Hinata-chan, selamat ulang tahun ya! Semoga kau bertambah dewasa dan juga.. manis.." ucap Naruto menggaruk kepalanya yang tidak gatal untuk menghilangkan gugupnya.
"Eh?! A-arigatou Naruto-kun.." sahut Hinata tak kalah gugup.
Dan, para remaja itu pun berpesta kecil-kecilan di apartemen Hinata sambil menonton video horor. Beberapa kali Sakura berteriak ketakutan saat hantunya muncul dan memeluk Sasuke. Membuat Naruto cemberut kembali. Ia juga menginginkan hal itu dengan Hinata. Tetapi Hinata terlihat biasa saja tak ada rasa takut di wajahnya.
Film habis, mereka saling bertukar cerita. Menikmati hidangan yang ada. Sasuke dan Sakura asyik membicarakan tentang tempat wisata yang menyenangkan bagi sepasang kekasih. Merasa tak diperlukan dalam pembicaraan itu, Hinata memilih menyingkir. Dilihatnya Naruto yang sedang berdiri di balkon apartemennya.
"Bu-bukankah dingin?" Naruto menengok ketika terdengar suara dari belakangnya. Seorang gadis sedang tersenyum manis padanya.
"Oh, itu.. Tidak. Aku baik-baik saja. Daripada aku melihat Sasuke dan Sakura bermesraan lebih baik aku melihat pemandangan dari sini. Indah." kata Naruto melihat hamparan lampu di kota Konohagakuen yang begitu cantik dan indah. Hinata terkagum-kagum melihat itu.
"Indah sekali… Seperti ribuan kunang-kunang yang saling terbang di atas langit yang gelap." ujar Hinata mendekap dadanya senang.
"Dan, bila kau ditengah-tengah hamparan cahaya itu kau akan terlihat seperti bidadari yang turun dari langit.." ucap Naruto tanpa melihat Hinata. Hinata terkesiap.
"Ke-kenapa?"
"Kenapa? Hmm.. Hinata-chan, kamu tahu? Wajahmu itu lebih manis melebihi Strawberry Cake yang sering kumakan. Lebih indah melebihi bulan yang bersinar setiap malam. Tapi.. yang lebih kusuka darimu adalah.. Hatimu yang berkilau melebihi permata.." kata Naruto dengan wajah memerah.
"A-aku tidak seperti itu, Naruto-kun.."
"Ya kau seperti itu, Hinata-chan.."
Hinata menunduk saat Naruto memandangnya lekat-lekat. Saat Hinata mendongak lagi, ia melihat Naruto menggenggam sesuatu di tangannya dan… menangis?
"Naruto-kun?"
"Ah, gomen Hinata-chan. Hehehehe. Aku… aku hanya rindu dengan ibuku." kata Naruto mengusap air matanya. Lalu menyodorkan sesuatu yang berada di genggamannya.
"Foto? Inikah ibumu?" Naruto mengangguk.
"Ya, itu ibuku.."
"Cantik sekali. Wajahnya menyenangkan. Mirip denganmu." kata Hinata ketika melihat foto Kushina.
"Sama sepertimu, bukan?" sahut Naruto membuat Hinata bingung.
"Melihatmu bagiku sama seperti melihat ibuku. Beliau sangat menyayangiku dan perhatian padaku. Yang membuatku teringat pada ibuku.. paras dan sikapmu padaku…" Hinata melotot kaget. Siapa yang tidak terkejut ada seorang lelaki berkata seperti itu kepada kita?
"Wah wah. Sakura, sepertinya akan ada pengantin baru nih." seru Sasuke yang sedang memeluk Sakura.
"Iya. Mesra sekali ya. Kapan ya undangannya jadi?"
"Sakura-chan!"
"Hehehehehe. Kenapa Hinata? Tak usah ditutupi. Kau menyukai Naruto kan? Kenapa tidak pacaran saja? Iya kan Sasuke-kun?" cetus Sakura membuat wajah Hinata semerah kepiting rebus.
"Ya. Kau juga kan, Dobe? Bukankah kau juga menyukai Hinata? Sama-sama suka kenapa saling malu-malu?"
"Baka…."
"Teme!! Hentikan!" teriak Naruto tak bisa menahan rasa malunya. Meledaklah tawa Sasuke dan Sakura.
Naruto dan Hinata saling tertunduk salting. Sahabat mereka memang jahil, tetapi begitu baik. Kalau tidak ada mereka bagaimana mereka bisa saling kenal? Dengan wajah yang masih malu-malu, Naruto dan Hinata saling berpandangan. Ingin rasanya jantung mereka meloncat keluar dan pergi entah kemana. Tapi akhirnya perasaan mereka ketahuan.
Dan sesuatu sedang direncanakan..
TBC…

http://www.fanfiction.net/s/5793472/4/Lovely-Waitress 

0 komentar:

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut