Dilema Cinta Diantara Sahabat
By Sakura Dini
Disclaimer: Naruto-Masashi Kishimoto
Pairing: NaruHinaSasuSakuNaru (tentang cinta segi empat)
Summary: "Sahabat
juga adalah orang yang paling dipercaya, yang bisa diajak cerita
tentang masalah kita, yang ada di saat kita butuh atau bahkan saat kita
tidak butuhpun sahabat ada disamping kita untuk menemani kita bukan?"
ujar Hinata.
KEPERCAYAAN
Chapter 4
"Oi Sasuke-teme. sepertinya semalam kau begadang. Kenapa?" tanya Naruto.
"Bukan urusanmu"
Naruto memutar bola matanya. Ia melirik bangku kosong di depan bangku Sasuke. 'apa mungkin hari ini Hinata terlambat lagi?' pikir Naruto. Mengingat sebentar lagi bel masuk sekolah akan berbunyi.
Tak lama kemudian. Hinata datang memasuki kelas dan segera duduk di bangkunya. Tapi sikapnya hari ini lebih berbeda dari sebelumnya. Hinata sama sekali tidak menyapa Naruto dan Sakura. bahkan melirik ke arah mereka saja ia enggan.
Hinata memutar badannya kebelakang menghadap bangku Sasuke.
"Pagi Sasuke" sapa Hinata
"hn. Pagi" jawab Sasuke dengan malas. Wajahnya masih ia benamkan di atas meja.
"Kau baik-baik saja kan Sasuke?" Tanya Hinata sedikit khawatir melihat Sasuke lemas.
"hn" Sasuke tetap dalam posisi malasnya.
"apa mungkin gara-gara kau menemaniku semalam ya? kau jadi tidak bisa tidur…. Go-men… ini semua karena aku sudah mengganggumu…" Hinata menunduk.
Kali ini Sasuke mengangkat wajahnya (Sasuke menengadah). Menatap mata lavender dari balik kacamatanya.
"Sudah berapa kali kau berkata seperti itu Hinata. Gomen Sasuke. Gomen Sasuke" Sasuke menghela nafas. "kau tak perlu sungkan padaku. Sebagai teman. Aku siap membantumu kapan pun kau mau"
Hinata tersenyum. "Arigato Sasuke"
"hn. Sama-sama"
"Ng~ ngomong-ngomong Sasuke…"
"hn?"
"Suaramu merdu" Hinata langsung memutar badannya ke tempat semula. Membelakangi Sasuke. Menyembunyikan buratan merah di pipinya.
Sasuke tersenyum. Ia melirik ke arah Naruto dan Sakura yang mendengar pembicarannya (dengan Hinata) sedari tadi. Sakura memasang wajah heran. Sedangkan Naruto meberikan death glare kepada Sasuke. Tapi Sasuke tak peduli. Ia melanjutkan tidurnya. Meskipun guru matematika sudah hadir di kelas.
*#~o0o~#*
Brrt…Brrt…Getaran hp di saku Sasuke membangunkan tidur paginya di kelas. Dengan menggerutu tak jelas Sasuke mengambil hpnya.
Mata onyx di balik kacamata langsung membaca pesan dari seseorang.
From: Sakura Aneh
Apa maksud pembicaraanmu dengan hinata? Kenapa dia bilang kau menemaninya semalam. Memangnya apa yang sudah kalian lakukan?
Sasuke langsung menekan 'reply' dan menulis pesan
Bukan urusanmu
Tapi niatnya untuk menekan 'send' ia batalkan. Pesan tersebut Sasuke hapus kembali. Kemudian ia gantikan dengan kata-kata lain.
~Sakura's POV~
Tak lama kemudian hpku bergetar. Tanpa sepengetahuan guru Asuma. Diam-diam aku langsung mengambil hpku dan membaca pesan balasan dari Sasuke.
From: Uchiha Belagu
Dasar tukang nguping pembicaraan orang!
Semalam
hinata menelponku. Dia bilang suara wanita yang memanggilnya terdengar
lagi & dia tak bisa tidur. Karena itu aku menemaninya lewat telefon.
Menyanyikan lagu untuknya hingga dia tertidur. Tapi setelah itu,
giliran aku yang tidak bisa tidur.
Jadi. Kau jangan mengganggu tidurku kali ini!
Tidak akan! Gumanku dalam hati tanpa membalas pesannya lagi.Aku segera memberikan hpku kepada Naruto yang duduk di depan bangkuku (Tanpa diketahui guru Asuma tentunya). Agar dia tidak salah faham terhadap Sasuke. Mengingat tentang kata-kata Hinata kepada Sasuke:'kau menemaniku semalam'. Pasti banyak dugaan aneh-aneh yang dipikirkan Naruto. Sama seperti diriku.
~End Sakura's POV~
*#~o0o~#*
Siswa kelas XI-B berhamburan keluar kelas. Kecuali Sasuke yang masih tetidur pulas di bangkunya.
Hinata mempercepat langkahnya di sepanjang koridor sekolah. Ia tak peduli namanya dipanggil berulang kali oleh Naruto dan Sakura yang mengikutinya dari belakang.
Pada akhinya Naruto berhasil menyusul Hinata. Naruto meraih (baca menarik) tangan Hinata agar berhenti berjalan.
"Hinata-chan. Kita perlu bicara" ujar Naruto
Hinata diam. Ia lebih memilih melihat ujung sepatunya daripada melihat wajah Naruto ataupun Sakura.
"Apakah kau masih marah pada kami?" Tanya Sakura. Hinata tetap diam.
"Kau tetap tidak mau bicara? Apa hanya dengan Sasuke kau mau bicara?" Tanya Naruto lagi.
"…"
"Hinata-chan. Jika kau tak bisa tidur, kau kan bisa telpon aku atau Saku-chan. Bukannya malah menelpon teme" ujar Naruto
"iya. Kita kan Sahabat yang akan selalu membantumu." sahut Sakura menambahi kata-kata Naruto.
"Sahabat ya?" ujar Hinata namun tetap menunduk enggan menatap Sakura dan Naruto. "Apa sih arti sebuah Sahabat yang sebenarnya?"
"Kenapa kau bicara seperti itu?" Tanya Sakura keheranan.
"Sahabat itu teman dalam suka maupun duka" jawab Naruto.
Sakura tersenyum. "Sahabat adalah seseorang yang kalau kita lagi sedih ia bisa membuat kita tersenyum sementara ketika kita senang dia akan lebih senang dari kita." Tambah Sakura.
"Sahabat juga adalah orang yang paling dipercaya, yang bisa diajak cerita tentang masalah kita, yang ada di saat kita butuh atau bahkan saat kita tidak butuhpun sahabat ada disamping kita untuk menemani kita bukan?" ujar Hinata.
Naruto dan Sakura mengangguk bersemangat tanda menyetujui pernyataan Hinata.
"aku sangat senang saat kemarin kalian mau dengar curhatku. Tapi… saat kalian tidak percaya dengan ceritaku…. A-aku sangat kecewa." Hinata akhirnya menatap Sakura dan Naruto. Tapi sayangnya mata lavendernya basah. "aku tidak habis pikir. Kalian yang selama ini ku kira sangat mengenalku. Tidak percaya padaku! Sedangkan Sasuke yang baru saja ku kenal kemarin. Dia percaya padaku!"
Naruto dan Sakura saling memandang. Mereka sadar sekarang apa yang jadi titik permasalahannya. 'Kepercayaan'
"Hinata… karena itu ceritakan saja yang sebenarnya terjadi" ujar Sakura. Ia masih sulit percaya. Karena cerita itu begitu berlawaan dengan kenyataan.
"Hah… ba-bahkan… se-seka-rang pun ka-u masih menuduh…ku berbohong!" pekik Hinata di sela tangisnya. Mengundang perhatian dari beberapa siswa di sepanjang koridor sekolah.
~Naruto's POV~
Aku terhenyak. Hinata menangis. Ini pertama kalinya dia menangis di hadapanku."Hi..Hinata-chan" aku berusaha menenangkanya dengan memegang wajahnya. Tapi dia menepis tanganku.
"Kau juga sama saja Naruto-kun!" seru Hinata.
Oh Tuhan. Kenapa dia begini? Apa ini semua gara-gara aku tidak mempercayainya?
"Naruto! Apa yang kau lakukan pada Hinata-chan?" Tanya seseorang yang tiba-tiba datang menghampiri kami.
Aku menoleh. Melihat pria berambut coklat jabrik. Tanda segita terbalik dikedua pipinya. Kiba.
"ini bukan urusanmu Kiba. Jangan ikut campur" kataku. Jujur aku tidak suka dengan kehadirannya.
"tentu saja ini urusanku. Kau sudah membuat Hinata-chan-ku menangis"
Apa katanya? 'Hinata-chan-ku' apa-apaan dia!
Tiba-tiba Hinata lari dengan isak tangisnya. "Hinata-chan!" seruku berbarengan dengan Kiba. Akh… kenapa dia mengikuti ucapanku. Aku memlepar death glare ke Kiba. Begitupun sebaliknya.
Kiba Lalu mengejar Hinata. Aku tidak mau tiggal diam. Aku juga ingin beranjak tapi mendadak Sakura menarik tanganku. Aku Menoleh. "Apa yang kau lakukan?"
"Biarkan Kiba yang menenangi Hinata"
"Apa?! Kenapa kau bisa menyerahkan begitu saja pada Kiba?"
"percuma. Hinata tidak akan mendengar ucapan kita. Kalau Kiba mungkin saja bisa. Kiba kan calon kekasihnya Hinata" Sakura tersenyum.
"What?!" aku membelalakan mata tidak percaya.
"eh?! Hinata tidak cerita padamu?"
Aku menggeleng
"minggu lalu kan Kiba mengatakan cinta pada Hinata. Tapi Hinata belum siap memberikan jawabannya sampai sekarang. Dan Kiba setia menunggunya"
Apa maksudnya semua ini? Kenapa aku tidak diberitahu?
Aku menunduk. "oh begitu…" ucapku malas
"Naruto. Kau tidak apa-apa kan?" tanya Sakura
Aku menghela nafas. "seandainya dari awal kita lebih percaya padanya…"
"tapi cerita itu tidak masuk akal dan ber~"
"Lebih tidak masuk akal lagi kalau Hinata Berbohong!" seruku
Sakura menatapku dengan heran.
Oh tidak! Aku tidak sadar hampir membentak Sakura.
"Na…na-ruto? Kau kenapa?" tanyanya Khawatir.
"Maaf Saku-chan. Kurasa aku perlu ketenangan. Biarkan aku sendiri" ucapku lirih. Aku pun segera berjalan meninggalkan Sakura.
~End Naruto's POV~
*#~o0o~#*
~Sakura's POV~
Bagaimana mau selesai? Wawancaranya saja tidak dimulai-mulai sejak kemarin.
Yeah kemarin rencananya dibatalkan gara-gara Hinata bercerita sampai kemalaman. Dan Sasuke langsung pulang sebelum wawancaraku dimulai.
Akh… sebaiknya aku segera menemui Sasuke. Mungkin dia masih tertidur didalam Kelas.
Segera ku percepat langkahku disepanjang koridor menuju kelasku.
~End Sakura's POV~
*#~o0o~#*
'bangunkan dia gak ya?' pikir Sakura. Rasanya tidak enak kalau membangunkan orang lain yang tertidur pulas demi kepintingan sendiri bukan?
Akhirnya Sakura memutar badanya. Ia membatalkan niatnya untuk mewawancarai Sasuke saat ini.
"Kau mau apa?" tiba-tiba suara berat Sasuke terdengar. Sakura terkejut. Gadis bertopi itu menoleh.
"eh. Sasuke. Kau sudah bangun ya?"
"tentu saja aku bangun karena mendengar suara langkah kakimu yang berat itu"
"oh. Maafkan aku" Sakura menggaruk pipi kanannya dengan senyum paksa.
"katakana saja apa maumu?" Tanya Sasuke datar.
Sakura mengembuskan nafas. "i-itu… tentang wawancaranya… bisa kita lakukan lagi. Kalau kau tidak bisa sekarang. Nanti sore bisa dilakukan di rumahku" tawar Sakura dengan hati-hati. Ia tidak mau kehilangan upah setelah menulis artikel tentang ini.
"Tidak perlu"
Sakura membelalakkan matanya. "Apa?! Kau tidak mau diwawancarai?"
Sasuke menggeleng "bukan begitu maksudku"
"lalu apa?"
"berhubung rumahmu dalam perbaikan sebaiknya tidak perlu dilakukan dirumahmu. Jadi Nanti sore aku akan menjemputmu"
"Ki-ta mau kemana? Café atau taman?"
"Aku tidak suka tempat berisik. Jadi sebaiknya dirumahku saja"
~~TBC~~
0 komentar:
Posting Komentar