Thank You For Loving Me Part 4
Happy Reading!!!
Semua Paparazzi menahan napas, dan tidak melepaskan pandangan mereka dari Naruto, Hinata dan longsoran itu.
"KAGEBUNSHIN NO JUTSUUUU!!!"
Tiruan-tiruan Naruto itu langsung menerjang ke arah longsoran itu, menahannya. Sementara Naruto yang asli langsung menarik Hinata ke dalam pelukannya. Menariknya menjauh dari tanah longsor kecil-kecilan.
BYUUURRRR! BYUUUURRR! CPLAAAAASSH!
Punggung Naruto menghantam tanah, dan Hinata ada di atasnya, tiruan-tiruan Naruto itu pun melempar batu ke air terjun, tapi air itu membuat cipratan air yang sangat besar dan air itu mengenai Hinata dan Naruto.
Batu yang besar masih mengarah ke mereka, Naruto menarik Hinata berguling ke samping, dan salah, karena membuat mereka menggelinding menuruni bukit kecil, terhempas ke padang bunga.
Para Paparazzi pun menahan napas, ngeri. Dan takut terjadi sesuatu pada mereka berdua.
POOOVVVVHHH! POOVVVHH! POOOOVVH!
Beberapa bayangan itupun menghilang. Meninggalkan Naruto yang terjatuh di padang bunga dengan Hinata di atas dan masih dalam pelukan Naruto.
"Asssshhh," rintih Hinata lirih, bahunya yang sempat menghantam tanah, rasanya menyakitkan.
Naruto berusaha mengatur nafasnya, lalu membuka mata biru Sapphirenya. Matanya seolah tenggelam oleh mata Amethystnya Hinata.
Hinata bangun, berusaha mengusir rasa sakitnya, lalu duduk di tanah, dan mengusap-ngusap bahunya.
"Hi-hinata enggak apa-apa kan?" tanya Naruto lirih, rasa sakit saat menjadi bantalan tadi membuatnya menjadi pusing.
Hinata menggeleng, "Na-naruto-kun S-sendiri?"
"E-enggak apa-apa Ouccchh!" Naruto berjengit kesakitan saat Hinata menyentuh bagian belakang bahunya.
Para Stalker a.k.a Paparazzi pun berjengit, senang mereka melihat Naruto dan Hinata selamat, tapi… Yang kesakitan Naruto, mereka sendiri…
"Huuuffh! Hiiiiyy!" desis mereka, sambil memegangi bahu masing-masing, mengikuti pergerakan Naruto, berjengit kesakitan.
"Gak apa-apa gimana? S-sini!" kata Hinata panik, lalu menarik tangan Naruto. Dan memusatkan Chakranya di tangan…
Hinata lalu terus mengalirkan Chakra itu di bahu Naruto tanpa menyentuhnya, lama kelamaan…
"Cukup! Udah baik kok!" kata Naruto, lalu mengusap-ngusap bahunya, tidak ada lagi rasa sakit.
Hinata mengangguk, lalu Chakra itu berangsur-angsur menghilang.
Tim Paparazzi dadakan itu menarik nafas lega, lalu menjatuhkan diri di tanah, berbaring seolah kehabisan darah dan sebentar lagi mati.
Keduanya terdiam, angin yang walau sepoi-sepoi itu membuat mereka berdua menggigil kedinginan. Baru mereka menyadari, baju mereka basah.
Naruto mencopot jubah Hokagenya, lalu mencopot baju Shinobinya. Hinata menutup kedua matanya…
Setelah beberapa lama, "Hinata?"
Hinata menyingkirkan tangannya dari mukanya, lalu mukanya merona merah.
Naruto berdiri dengan celana putih panjang, dengan sepatu kets putih, dengan kemeja putih di balik jas berwarna abu-abu semi hitam silver. Dan sebuah dasi putih manis sulaman menghiasi bagian lehernya, di depan kerah.
Cukup membuat semua orang percaya, bahwa itu bukan Naruto, terlalu tampan untuk Naruto. Ia bisa bersaing dengan Sasuke kalau seperti ini.
Hinata pun ikut membuka bajunya, Naruto membuang muka. Lalu berpura-pura sibuk dengan melipat-lipat jubah Hokagenya dan baju Shinobinya.
"N-Naruto-kun?"
Naruto menoleh dengan muka polos, dan mendapati bahwa bidadari telah berdiri di hadapannya dengan muka polos dan wajah merona.
Hinata ternyata juga memakai beberapa lapis baju di dalam bajunya sendiri, sebuah gaun sederhana berwarna ungu, tangan panjang, dengan stocking putih. Di bagian kerah baju, terdapat renda-renda bunga yang manis. Tanpa hiasan pun, sudah cukup membuat Naruto memalingkan muka.
"Emm… A-aku g-gak tahu ka-kalau Na…-ruto-kun pake baju, beberapa l-lapis," kata Hinata pelan.
"Oh, awalnya aku disuruh Sakura-chan dan Sasuke-Teme pake jas ini, tapi karena habis pelantikan kenaikan Hokage, ya jadinya… Aku pake jubah Hokage juga," jawab Naruto santai.
Hinata diam saja, matanya menerawang menatap indahnya Konoha saat malam, diiringi musik alami dan indah, dari percikan air terjun, dan dedaunan yang bergesekan tertiup angin. Lebih bagus daripada orkes musik yang biasanya dibuat oleh para Jounin macam Kakashi atau Gai.
Naruto sendiri sedang berpikir keras, apa yang harus ia lakukan?
"Eh Neji! Gara-gara kamu, mereka hampir terkena bebatuan saat longsor kecil-kecilan tadi!" omel Tenten, semua bergumam tanda setuju.
"Lah, Naruto dan Hinata-chan kan Shinobi, dan Naruto Hokage, mereka pasti bisa menghindarinya dong!" kilah Neji.
Semua membuka sepatu dan sandal yang mereka kenakan masing-masing, dan menimpuk Neji bersama-sama.
BAG! BUG! BAG! BUG! BAG! BUG!
Begitu, dan mereka terus memukul Neji berulang-ulang, tanpa kecuali.
"Neji! Kau itu membahayakan nyawa Hinata tahu! Nanti kalau Hinata gores sedikit saja, bagaimana pertanggung jawabanmu dengan Tou-sannya?!" kata Kiba kesal.
Neji sendiri berusaha melindungi tubuhnya yang kena timpukan dari para sepatu dan sandal.
Tenten dan Lee sedikit memihak pada Neji, "Jangan ingatkan itu lagi dong bodoh!" kata Tenten, dan menjitak Kiba. Lee hanya manggut-manggut menyetujuinya.
Semua mulai menghentikan pukulan mereka, bahkan Shikamaru yang juga ikut memukul Neji malas-malasan.
"Kita berdua kan tidak hanya berpikir dari sisi Hinata! Tapi juga dari sisi Neji sendiri," kata Kiba, lalu melirik Shino minta bantuan.
"Hinata terluka, sekali terluka tetap saja terluka. Jika itu terjadi, pastinya para tetua klan Hyuuga akan… Yah, pokoknya lebih parah daripada sekedar nimpuk Neji pake sepatu dan sandal," kata Shino panjang lebar.
"Menyakiti Neji, memarahi Neji, dan lain-lain. Rugi dong Neji dan Hinata! Hinata luka, Neji pun juga!" tambah Kiba.
Semua manggut-manggut mengerti, kecuali Shikamaru, Sasuke, Sai dan Kakashi. Tanpa dijelaskan pun, empat orang ini sudah mengerti.
"Sankyuu, kalian peka juga yah…" kata Neji, Kiba dan Shino hanya mengangguk.
Kini yang paling dekat untuk mengawasi Naruto dan Hinata adalah Shikamaru, Sasuke dan Sai. Mengawasi mereka dari jauh.
"Em, mataku masih belum rabun, tapi, itu siapa? Naruto dan Hinata mana?" tanya Sai heran. Menunjuk ke arah dua orang dengan seragam bukan untuk Shinobi, terduduk di padang bunga yang indah itu.
Sasuke dan Shikamaru ikut memicingkan mata, "Em, gomen ne, Sasuke, tapi sepertinya yang laki-laki itu, lebih darimu deh!"
Sasuke mengerutkan keningnya, dalam hati ia membenarkan perkataan Shikamaru. Uchiha akhirnya mengalah.
Kakashi yang berada paling pinggir, dekat dengan tebing bebatuan, mengangguk-nganggukan kepalanya. Membuat Shikamaru, Sasuke dan Sai sweatdropped.
"Sensei!" panggil Sasuke.
Kakashi malah merubah gerakan kepalanya, menjadi geleng-geleng.
"Kakashi-san!" panggil Sai, sedikit lebih kencang.
Kakashi kembali merubah gerakan kepalanya, menjadi berputar-putar kecil layaknya orang yang kehilangan kewarasannya.
"Kakashi-Sensei!" panggil Shikamaru juga.
Kakashi tetap tidak menoleh, Shikamaru mendekati Sasuke dan Sai, setelah berbisik-bisik, ketiganya mendekati Kakashi…
"KAKASHI-SENSEI!!!" desis mereka tajam dan mengerikan, dan lumayan kencang.
Semua menoleh pada empat orang itu, Kakashi ikut berpaling dengan muka tanpa dosa, melihat ke arah tiga orang yang tadi memanggilnya.
Kakashi mencopot sesuatu yang ia gunakan sedari tadi, saat mulai menonton drama. "Ah, ada apa?"
Shikamaru, Sasuke dan Sai menahan diri untuk tidak menyerang dengan cara memukul Kakashi.
"Dari tadi kita panggil-panggil, gak jawab-jawab, dan tidak membaca buku Icha-icha juga, jadi, apa yang kau lakukan Sensei?" tanya Shikamaru tajam.
"Mendengarkan musik?" jawab Kakashi ragu. Lalu mengeluarkan sebuah tape kecil dari saku rompinya.
"Pake earphone? Memang bisa yah?" tanya Sai dengan senyum kau-tahu-apa.
"Iya bisa, aku juga tidak tahu kenapa bisa, ini hadiah dari Tsunade-sama, setelah mengerjakan misi tingkat S kemarin, entah kapan," jawab Kakashi.
"Tumben Tsunade-sama begitu berbaik hati memberikan hadiah kepada seseorang," kata Shikamaru.
"Tidak lebih daripada yang ia berikan pada Naruto," kata Sasuke.
"Earphone-nya bisa dicopot gak Sensei?" tanya Shikamaru, Kakashi mengangguk. Lalu mencopot earphone, suara itu langsung membesar seketika.
Kakashi menekan satu tombol dengan tulisan 'off', dan tape itu, mati seketika.
Semua menghela nafas lega, "Haduuh! Kalian ini ngapain sih? Nanti kalau ketahuan gimana?" omel Sakura.
"Kencang sekali suaranya!" Chouji mengusap-ngusap telinganya.
"Kaget aku!" kata Lee, tanpa slogan semangat masa muda.
Shikamaru segera menoleh ke padang bunga, kelihatannya, Naruto dan Hinata juga menyadari suara kencang tadi.
Semua yang berada di atas air terjun itu, saling berpandangan ngeri. "Kami-sama, mudah-mudahan Hinata tidak memakai Byakyuugan," doa semuanya.
Hinata mengangguk, "S-seperti suara musik, y-yang hangar… b-bingar."
Naruto menoleh ke arah air terjun, ada sesuau berwarna abu-abu keputih-putihan menyembul dari situ, "Mencurigakan."
Naruto dengan cepat melempar kunai yang terdapat di lengan jasnya. Melempar kunai ke sesuatu entah-apa-itu, yang berwarna abu-abu keputih-putihan.
"Senseiiii! Awaaaaaaaaasssssssssssss!" desis Sakura, yang lain menahan nafas ngeri.
Kakashi dengan polos mengangkat wajahnya, sebuah kunai yang mengkilat menuju ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Sebelum Kakashi sempat bergerak.
JLLLLEEEBBB!!!
Kunai itu nyangkut di sandal yang dilemparkan Lee, dan tembus, ujungnya mengenai hidung Kakashi.
Kakashi segera mundur, "Rambutmu sih mencolok, coba seperti Shikamaru, Sasuke dan Sai, mereka tidak akan mudah terlihat!" kata Shizune.
"Wah! Naruto hebat! Lemparan kunai penuh semangat masa mudaaa!" kata Lee semangat. Dan mengambil sandalnya, serta mencopot kunainya.
Semua menarik napas lega, "Ya ampun, ini sangat mengerikan!" kata Kiba, dan pura-pura mempunyai penyakit asma, dan asmanya seolah-olah kambuh.
"Menegangkan sekali sih~!" keluh Ino.
"Seruuu!" kata Lee.
"Syuuuutt!" desis semuanya, lalu kembali mengintip ke arah Naruto dan Hinata.
Shikamaru yang tidak begitu peduli, dan sedang melihat-lihat tape itu, menyalakan tape, lalu mengecilkan volume suaranya…
Shikamaru mendengarkan satu lagu, dan seringai tak wajar, menghiasi wajahnya.
"M-mungkin b-binatang lewat… B-bisa saja, y-yang t-tadi itu… K-kelinci, atau b-binatang lain…" jawab Hinata, mencoba berpikir positive.
Sebuah musik dengan iringan piano, dengan volume yang lumayan kencang, terdengar. Seakan menemani bunga yang berfotosintesis malam hari, menarikan tarian untuk tumbuh mekar menjadi bunga yang lebih indah.
"Tuh kan dari situ lagi! Ah warnanya putih hitam! Seperti bajing atau tupai!" Naruto kembali melempar kunai ke arah air terjun, walau cukup jauh, tapi sampai ke atas air terjun itu, dua kunai .
Kunai Naruto tidak terlihat lagi dari padang bunga.
Para Paparazzi itu serentak berguling ke arah kanan dan kiri, tapi untung tak dapat diraih, malang yang dimakan pake tape uli.
BWWWOOSSSHHH!!!
Sebuah plastic yang awalnya menggembung, keluar anginnya, plastic itu berisi…
…keripik kentangnya Chouji. Dan isinya menghambur keluar.
Panas, dingin, merah, padam, merah lagi, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Muka jadi kerlap-kerlip seperti lampu disco, dan yang terakhir seperti warna pelangi. Muka Chouji sungguh sangat semarak
"Aa'uuww!" gumam semuanya saat menoleh ke belakang, yang beruntung, itu bukan bungkus keripik kentang terakhir.
Chouji mematah-matahkan jarinya, "Naruto Uzumaki, tunggu saja pembalasanku nanti. Kalau semua ini sudah selesai," kata Chouji, awan hitam dengan background petir menyambar-nyambar menaungi Chouji.
'Mengerikan sekali,' batin semuanya.
Dan satu kunai lagi, memakan korban. Bukan keripik kentang.0
Semua sweatdropped. Tapi perhatian semua teralih, ketika ada suara perempuan bernyanyi di bawah sana….
Naruto merebahkan dirinya di atas padang rumput, dan menggunakan lengannya, sebagai bantalan, mendengarkan suara merdu, temannya malam ini…
Teman? Maunya sih tidak…
Seulas senyum sedih, melengkung di wajah Naruto, mata biru Sapphire itu terpejam.
'Anak bodoh' Kyuubi yang tidur dengan suara dengkuran tidak merdu itu, ngelindur. Naruto agak kesal karenanya.
'Dia, ada yang ia pikirkan Kyuubi, di setiap waktu, seseorang…' kata Naruto, pada Kyuubi yang sebenarnya ngelindur.
'ZZZZZ… Ntar kamu juga tahu, tanya aja sih, orangnya siapa, gitu aja kok repot. ZZZZZ,' jawab Kyuubi di sela tidurnya.
Naruto yang berada di depan kerangkeng Kyuubi terpaku, Kyuubi tidur. Kok masih bisa bicara yah?
Sasuke, dan Shino diam.
Shizune dan Kakashi sibuk mengobati kepala Lee. "Untung saja kunainya hanya menggores belakang kepalamu, Lee, bagaimana kalau menancap di kepalamu?" tanya Shizune.
"Ahahaha, segini hanya luka kecil kok!" jawab Lee yang kepalanya kini diperban Shizune.
"aku tidak tahu apa yang Gai ajarkan padamu Lee, tapi cukup mengerikan," komentar Kakashi, lalu geleng-geleng.
Setelah pengobatan selesai, Lee bergabung dengan orang yang sedang punya mood awan hitam. Dan memakan keripik kentangnya, dengan penuh kecepatan tinggi.
"Naruto Uzumaki, walaupun kau Hokage… Tunggu saja pembalasanku! Hyahahahahaha!" tawa ala psychopath cukup menggelegar dengan background ombak yang bergulung-gulung, awan hitam yang tebal, hujan yang seperti badai, dan petir menyambar-nyambar. Berasal dari Lee dan Chouji.
"…"
"…"
"Matikan backsound jelek itu, Sai, dan hilangkan lukisanmu itu," kata Kakashi dengan alis terangkat sebelah, harap maklum.
Sai tersenyum mengerikan, lalu menghilangkan lukisan serta mematikan backsoundnya.
Shizune dan Kakashi sweatdropped.
Kalau boleh ia berkata jujur, mungkin ia hanya akan menganggap ini semua mimpi.
Bisa berada di tempat yang indah, dengan dia. Dulu, semua itu, adalah khayalan yang terdapat di angan Hinata.
Terlalu tinggi angan itu diraih, karena percuma, sama saja dengan menggenggam awan, begitu lembut, tapi tidak tergenggam, menghilang menjadi serpihan…
Membasahi bumi dengan titik-titik air… Hujan, hujan air mata…
'Kami-sama, jika esok pagi akan datang, biarlah waktu berhenti sesaat di malam ini.
Kami-sama, jika ini semua hanya mimpi, jangan biarkan aku terbangun dari mimpi indah ini…
Kami-sama, jika ini memang nyata, bisakah engkau tidak merenggut waktuku…
Yang selalu aku khayalkan, dengan dia?' doa Hinata dalam hati.
'ZZZZ… Tuh-kan-benar-apa-kataku… ZZZ… Dia ingin kamu ada di sisinya, bocah. Siapa yang menemani seorang gadis dari klan Hyuuga yang sekarang sedang bernyanyi begitu merdu?... ZZZZ,' kata Kyuubi panjang lebar.
Naruto mendengus kesal, 'Kamu tidur apa tidak sih, Kyuubi? Yang menemani? Aku…'
'ZZZZ… Pergunakan otakmu yah, bocah. Gunakan daya analisismu, selain untuk menganalisis rasa ramen. Lanjutkan perjuanganmu, lebih cepat lebih baik! ZZZZZZ…' Kyuubi kembali jatuh tertidur.
Naruto mendengus kesal. 'Mungkin saja kan, dia ingin ada orang lain yang ia… Sayangi… Menemaninya di tempat seindah ini.'
'Tuh-kamu-ngerti! Coba kamu berkaca diri, siapa yang sekarang sedang menemani gadis itu?' Kyuubi pun bangun dengan mata merem-melek.
'Kan sudah kujawab tadi! AKU!' kata Naruto tidak mengerti.
Kyuubi kembali mengambil posisi nyaman untuk tidur, lalu menghembuskan napas panjang. 'Sudahlah, biarkan saja waktu berjalan… Dan membantumu untuk mengerti, buang-buang waktu saja diriku ini. Bye bye! Berjuanglah, ZZZZZZ…' Kyuubi kembali jatuh tertidur.
Naruto membuka matanya.
…Dirinya?
Malam-malam menjelang pagi seperti ini, memang waktunya tidur, membenamkan diri dalam kehangatan pulau kapuk.
Tapi ia tidak tidur. Dan ini bukan di pulau kapuk alias bantal dan tempat tidur.
Atau yang ia harapkan itu… Benar-benar orang lain?
"Buat apa?"
"Psssttt… Pssstt…. Pssssstt!!!"
"Oh, ide bagus."
"aku takkan menyesal telah jatuh hati…" gumam Naruto, ikut bersenandung pelan, dengan Hinata.
'Benar, lagu ini cocok denganmu kan, Naruto-kun?
Kau jatuh hati, dan kau tidak menyesalkan? Jatuh hati padanya…
Begitupun aku, kepadamu…'
Shino sedang menulis sesuatu, Kiba terkekeh-kekeh membacanya. Semua mendekat ke arah Shino dan Kiba.
Shino sedang menulis percakapan Naruto dan Hinata.
"Hah? Tahu darimana Shino? Ngarang yah?" tanya Ino sok tahu.
"Ya enggaklah! Shino kan punya serangga tuh, nah serangganya dikirim, ke dekat Naruto dan Hinata… Mendengar pembicaraan mereka… Gituloh! Kan kalau dari sini, kita tidak terlalu mendengar… Dan Shino menerjemahkan bahasa serangga, ke bahasa manusia," jawab Kiba panjang lebar.
Semua manggut-manggut mengerti.
"B-biasa s-saja… Naruto-kun."
Kalimat-kalimat itu, sudah dipersiapkan Naruto.
"Emm… Hinata-chan, aku boleh bertanya sesuatu tidak?" tanya Naruto hati-hati.
Hinata mengangguk, dan membenarkan posisi duduknya.
Naruto menggaruk-garuk belakang kepalanya yang sebenarnya tidak terasa gatal, "Hinata-chan ingin bersama seseorang yah? Malam ini."
Hinata tertegun, "M-maksudnya?"
Naruto membuang napas panjang, "Maksudku, sama orang yang Hinata sayangi gitu… Mungkin pacar?" tanya Naruto, dan menyembunyikan kegugupannya.
BLLUUSSHH!!!
"T-tidaaak! A-aku belum p-punya pacar Naruto-kun!" bantah Hinata cepat-cepat.
Naruto terdiam, "Belum? Benar?"
Hinata mengangguk cepat-cepat.
Ada rasa senang yang membuncah di dada Naruto, walaupun masih ada sedikit rasa keraguan yang belum tertepis.
'ZZZZ… Naruto in action, don't worry be happy…. ZZZ.' sahut Kyuubi tidak jelas.
"Oh, gomenasai. Kukira kamu sudah punya… Dengar-dengar sih, kalau gak Shino ya Kiba…" kata Naruto, berusaha bersikap santai, dengan ikut menjadikan Shino sebagai objek penderita. 'Mati kau, Kiba.'
Di tempat lain…
Shino mencekik Kiba sepenuh hati, "Uhuukk! Uhukkk! Lepaskan! Tulis kelanjutannya! Ada apa denganmu, Shino? Uhukkk!" seru Kiba sesak.
Setelah membenarkan kacamatanya, Shino kembali menulis, dan semua mengerti maksud dari 'cekikan' Shino tadi.
Kembali ke padang bunga yang indah…
"Tidak! Mereka hanya sahabatku! Rumor yang beredar itu tidak benar!!!" kata Hinata cepat-cepat, takut Naruto salah paham.
Naruto tersenyum, lega, lega, lega, lalu tertawa… Tertawa lepas.
"Kenapa tertawa?" tanya Hinata polos.
"Hinata-chan sudah tidak gagap lagi! Senang deh mendengarnya! Hahahahaha!" kata Naruto, lalu tertawa lega.
"Hampir semua orang yang kutemui, tidak ada yang mau mendengarkan perkataanku, sampai aku selesai bicara… Hanya Naruto-kun yang mau mendengarkan dengan sabar!" kata Hinata, dengan perasaan lega. Melihat keceriaan yang sudah kembali ke Naruto lagi. Dan mengeluarkan sifat yang tidak pernah ia keluarkan di depan orang lain.
Inilah, sosok yang ia cintai, sudah kembali seperti semula.
"Sankyuu, aku jadi terharu nih… Hehehehehe," Naruto kembali mengeluarkan cengiran khasnya yang sempat lenyap sepanjang hari ini.
Setelah tawa itu menghilang, Naruto berdiri dan melakukan peregangan otot-ototnya.
Naruto menatap Konoha yang bercahaya dalam kegelapan, lalu berkata lirih dan dapat didengar Hinata.
"Hinata, masih ingat yang kau katakan waktu itu?"
Hinata ikut berdiri, dan menatap Naruto dari belakang.
"Maksudnya?"
"Yang kau katakan, saat nyawaku nyaris menghilang…"
Hinata berpikir sesaat, "R-rasanya tidak ada…"
"Bolehkah aku membalas perkataanmu?" tanya Naruto lagi, kini berbalik menghadapi Hinata.
"aku tidak tahu…" jawab Hinata lemah.
"…"
"…"
"Aishiteru… Hinata."
'Kami-sama, kau tidak berbohong padaku kan? Ini bukan mimpi kan?'
Tes…
Tes…
Tes…
Satu tetes, dua tetes… Dan air mata itu turun semakin deras. Titik-titik air itu menari diterbangkan angin, ditemani bunga-bunga dengan suara gemericik air terjun sebagai musik.
Naruto panik, "Emm! Kalau kau sudah ada yang lain, lupakan saja perkataanku tadi! Yah? Yah? Anggap saja kita sahabat selamanya…"
Sakit, mengatakan ingin menjadi sahabat itu sakit… Sakit sekali hati ini.
Yang paling susah, saat mencintai seseorang, bukanlah saat ia berada jauh darimu…
Tapi saat ia dekat denganmu… Dan kau tidak tahu bagaimana perasaannya terhadapmu.
"Jangan, hiks… Jangan tarik kata-katamu tadi, hiks…" bisik Hinata lirih. Naruto terdiam.
"Kamu, tidak… Hiks… Bohong kan?" tanya Hinata, bahunya bergetar. Suaranya pun bergetar.
Naruto menaruh kedua tangannya di bahu Hinata, "Masa jadi Hokage, pembohong sih?" kata Naruto, dengan cengiran setengah hati dan irama jantung yang seolah sedang berdisco.
"Aishiteru, aishiteru…" balas Hinata lirih… Naruto tersenyum lega…
Kalau bisa, ia ingin melompat lebih tinggi, hingga dapat menyentuh langit malam, meraih satu bintang…
Menjatuhkan bintang, bertanya, serta meminta satu permohonan.
'Ini nyata… kan?'
Buat apa menjatuhkan bintang, meminta sebuah permohonan… Jika permohonan itu sudah terkabul?
Tapi dengan itu, kau terus berharap, sehingga keajaiban pun datang… Kala kau tak berhenti berharap.
Hinata hanya mengangguk. "Janji, bersamaku terus?"
"Sampai kapanpun…"
Naruto menarik napas, rangkaian kata yang sudah ia siapkan, sedari tadi.
"Thank you for loving me.
Treat like love wanna be…
Promise it will never end, through good and bad time…
Thank you for loving me…
Gave all your love, just for me.
Nothing that I could give…
Just all the love in me."
Naruto memeluk Hinata, dan Hinata pun balas memeluk Naruto.
Bulan bersinar semakin terang, walaupun sinar bintang tidak seterang bulan, tidak ada bintang… Bulan tidak akan bisa indah. Menari di setiap malam bersama bintang. Mengindahkan malam dengan secercah cahaya.
Sama seperti tadi, bunga-bunga kembali diterbangkan angin, menyebarkan keharuman penentram hati…
Sayangnya, tidak bisa berlangsung lama.
"YEEEEEEEEEAAAAAAAAAHHHH!!!"
Teriak sekumpulan orang, mereka melompat-lompat gembira dan saling berpelukan.
Tidak salah memang, jika kau melompat-lompat dan berpelukan bersama karena gembira, tapi ada kesalahan, jika kau melompat di pinggir tebing, berhati-hatilah… Karena…
KRSAAK, KRSAAAAK KROOSSSH!!!
Tebing itu rapuh, tidak kuat dan kau bisa terjatuh.
"WOOOOAAAHHHHH!!!" teriak semua orang itu, dan satu-satu semua terjatuh ke tempat terdekat.
Jika kau jatuh dari atas, pasti semua akan terjatuh ke bawah. Itu adalah hukum gravitasi.
GELUNDUNG! GELUNDUNG! GELUNDUNG! GELUNDUNG!
BYUUUUURR! BYUUUURRR! BYUUUUURR! BYUUUUURR!
CPLLAASSHH! CPLASSSSSH! CPLAAASSSH! CPLAAAAASSH!
Semua orang yang tadi bergembira kini masuk terjatuh ke air, dan air-air itu menjadi beriak dengan dahsyat.
Naruto melepas pelukannya, lalu menarik Hinata ke The Valley of End.
Semua berenang ke samping, ke tempat apapun yang bisa dijadikan pegangan. Berenang ketepian. Dengan sekujur badan basah semua.
"Hah? Teme? Sakura-chan? Kakashi-Sensei? Sai? Shizune-sensei? Shikamaru? Kok kalian ada di sini?" tanya Naruto, kaget bukan kepalang, ketika kepala-kepala mereka tersembul dari air, dan terengah-engah. Berpegangan di tepi.
"Ah? Neji Nii-san? Yang lain?" tanya Hinata juga ikut kaget, melihat Neji dan yang lain juga mengeluarkan kepalanya dari air sungai, yang beraliran tidak terlalu deras di bagian pinggirnya.
Semua naik ke tepi, dan duduk mengatur napas masing-masing.
"Kok, bisa jatuh dari atas situ?" tanya Naruto menunjuk bagian atas air terjun.
"Itu sih maunya Neji," jawab Shikamaru malas. "Mendokusei."
"Lalu, kenapa kalian semua bisa ada di sini? Katanya masih mau lama di taman langit… Dan kenapa bisa ada Kakashi-Sensei dan Shizune-Sensei?" tanya Naruto heran.
"Tadi kita bertemu dengan Kakashi-Sensei dan Shizune-Sensei… Mereka juga mau ikut ke sini," jawab Sasuke datar.
"Sejak kapan kalian semua ada di sini?" tanya Naruto lagi, tidak sadar ia masih bergandengan tangan dengan Hinata.
"Semenjak kau bertemu dengan Hinata? Di sisi air terjun dan padang bunga itu?" jawab Sakura ragu.
Semua Shinobi yang ada di seberang, memusatkan chakra di kaki, dan menyebrang. Lalu bergabung dengan Naruto dan yang lainnya.
"Naruto, kau pasti mendengar nyanyian super merdu kan?" tanya Lee semangat.
"Yang mana?"
"Percayalah kasih, cinta tak harus memiliki…" senandung Lee dengan, merdu.
Naruto mengerjap-ngerjapkan matanya. "Jangan katakan itu kau, Lee! Aku tidak percaya!"
"Ah sayang sekali, itu memang aku! Kau pikir suara perempuan yah? Hohoho! Gai-Sensei kan juga mengajariku bernyanyi!" kata Lee, dengan kepercayaan dirinya.
Naruto merasakan hawa-hawa yang sangat menyeramkan, Naruto membalikan badannya. Lee dan Chouji sudah mengacungkan kunainya dengan senyum mengerikan.
"Lihat Naruto-sama, kepalaku!" kata Lee, menunjuk kepalanya yang diperban. Dan juga mengacungkan sandalnya.
"Naruto-sama, kau telah membuat keripik kentangku… MELEDAK!" kata Chouji penuh pendramatisiran.
"aku tidak tahu apa-apa. Tapi itu memang kunaiku sih…" kata Naruto innocent.
"HIIIYAAAAAAAHHHHHH!" Chouji dan Lee mengejar Naruto, Naruto segera berlari kabur. Mengejar Kiba.
"Heh? Kok jadi aku?" Kiba tancap gas. Berlari secepat-cepatnya.
"Mati kau KIBAAAAAAAAA!" teriak Naruto.
Empat orang itu berkejar-kejaran seputar air terjun.
"Mendokusei," komentar Shikamaru.
"Bodoh," kata Sasuke dingin.
"Urusai," ucap Shino datar.
"Very childish," kata Sai dengan senyumnya itu.
"Shizune,"
"Ya, Kakashi?"
"Sepertinya, besok kita akan sial…"
"Haha, aku juga mengerti itu…"
Naruto masih mengejar Kiba, yang dikejar Lee dan Chouji.
"OY KIBA! DI ATAS AIR TERJUN SEPERTI TADI! BATU LONGSOR TADI! KAU BISA MEMBUNUH HINATA, TAHUUUUUU!" teriak Naruto.
Kiba berlari ke arah Neji, dan mengacungkan kunai. Neji cepat-cepat berdiridan berlari.
"SALAHKAN NEJI! DIA YANG MINTA DI ATAS SITUUU! BATUNYA JADI JATUUUH!!!" balas Kiba kesal.
"KOK AKUUU SIIIH?" teriak Neji ngeri.
"SIAAAPPAA LAGGII DOOONGGG?!"
"Hinata, selamat yaaahh!" teriak Tenten, Ino dan Sakura. Lalu memeluk Hinata. Mereka berempat berpelukan.
Kakashi dan Shizune hanya bisa saling berpandangan.
Biarlah kebahagiaan itu, terus ada… Dan tidak membiarkan sang waktu merenggut waktu itu, dengan cepat.
Walaupun semua manusia selalu berpikir, bahwa kebahagiaan itu hanya terasa sesaat… Karena itulah, satu bentuk keegoisan manusia. Yang selalu haus akan kebahagiaan.
Tidak tahukah mereka? Bahwa setiap apapun yang kita lalui, adalah sebuah ujian?
Jika tidak ada yang jatuh… Dalam setiap ujian itu, bukankah hanya dengan hal sederhana, dan untaian kata penuh makna. Walau kata-kata tajam dilontarkan… Asalkan bersama…
…sudah menjadi kebahagiaan yang tak pernah terbayangkan?
"Hehehehehe…" Naruto hanya menampakan cengirannya. Yang membuat Tsunade meremas-remas tangannya.
"Ne, Tsunade-sama, aku dan Kakashi membawakan sesuatu yang sangat bagus untukmu!" Shizune menyerahkan selembar kertas.
"Bagus banget Tsunade-sama!!!" seru para Kunoichi diketuai oleh Sakura.
Tak perlu waktu lama, Tsunade sudah selesai membacanya. "Ya ampun Hinata, aku saja tidak tahu kalau Naruto begitu romantis…" kata Tsunade geleng-geleng.
Ruangan itu penuh dengan suara tawa, dan Hinata membenamkan wajahnya yang memerah, di kasur tempat Naruto yang sakit, berbaring.
Oh iyah, kepada semua yang sudah mereview, terima kasih banyaaakkk! *peluk-peluk semuanya yang udah review*
Light terharu~ hiksu~ huweeee~! Tapi maaf yah, karena banyak banget yang review kali ini, Light gak bisa bales satu-satu~! Oh iyah, makasih juga untuk semua yang sudah meng-add macam-macam…
Oh iya, untuk semua Readers yang menunggu "Hujan Dan Love at First Sight," sama "Akhirnya," nanti insyaallah Light update! Obatnya udah bereaksi nih… Setiap dua jam, bangun, minum obat deh!
Once again, thank you very much! *peluk-peluk semua yang udah baca ataupun review*
Oh iya juga, kemaren ada yang minta request fict KakaShizu? Kalau ada yang mau, silahkan menyampaikan kembali requestnya! Mau real story Naruto, atau AU?
Dan… Sampai berjumpa di karya Light yang lain~!
: Untuk semua NaruHina Lovers!
Jangan berhenti untuk membuat fict NaruHina! KRISIS FICT NARUHINA~!!!
-Krisis moneter kali-
Happy Reading!!!
Naruto
Songfict
Pairing:
Naruto X Hinata
(Jangan
bilang ini KibaHina!!!)
Rate: T
Disclaimer:
Naruto punya 'Mbah Masashi Kishimoto, Light cumin pinjem kok!
WARNING :
Ke-OOC-an
yang tiada tara-lebaynya kumat-, Lebayness, Gajeness, romance yang
membingungkan, Humor? Iya kali ya, mungkin fluff… Mungkin! Dan, dan
segala keanehan lainnya!
Pesan:
Jangan lupa memberitahu Light kalau ada typo atau kesalahan lainnya,
atau salah lirik lagu, ya apapunlah! Supaya bisa Light perbaiki!
"…"
: Bicara, bicara, bicara.
'…'
batin berbicara-lebay banget nie orang-
Italic
: lirik lagu
Poetry
Talk
with Kyuubi
.
Dah deh
segitu aja! Yuk kita mulai aja fictnya!
Have a
nice read!
.
.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
.
.
Batu-batu itu kini
mengarah padanya, dan Hinata tetap diam di tempat. Tidak bergerak
sama sekali, seakan terbius oleh pesona sang batu.Semua Paparazzi menahan napas, dan tidak melepaskan pandangan mereka dari Naruto, Hinata dan longsoran itu.
"KAGEBUNSHIN NO JUTSUUUU!!!"
Tiruan-tiruan Naruto itu langsung menerjang ke arah longsoran itu, menahannya. Sementara Naruto yang asli langsung menarik Hinata ke dalam pelukannya. Menariknya menjauh dari tanah longsor kecil-kecilan.
BYUUURRRR! BYUUUURRR! CPLAAAAASSH!
Punggung Naruto menghantam tanah, dan Hinata ada di atasnya, tiruan-tiruan Naruto itu pun melempar batu ke air terjun, tapi air itu membuat cipratan air yang sangat besar dan air itu mengenai Hinata dan Naruto.
Batu yang besar masih mengarah ke mereka, Naruto menarik Hinata berguling ke samping, dan salah, karena membuat mereka menggelinding menuruni bukit kecil, terhempas ke padang bunga.
Para Paparazzi pun menahan napas, ngeri. Dan takut terjadi sesuatu pada mereka berdua.
POOOVVVVHHH! POOVVVHH! POOOOVVH!
Beberapa bayangan itupun menghilang. Meninggalkan Naruto yang terjatuh di padang bunga dengan Hinata di atas dan masih dalam pelukan Naruto.
"Asssshhh," rintih Hinata lirih, bahunya yang sempat menghantam tanah, rasanya menyakitkan.
Naruto berusaha mengatur nafasnya, lalu membuka mata biru Sapphirenya. Matanya seolah tenggelam oleh mata Amethystnya Hinata.
Hinata bangun, berusaha mengusir rasa sakitnya, lalu duduk di tanah, dan mengusap-ngusap bahunya.
"Hi-hinata enggak apa-apa kan?" tanya Naruto lirih, rasa sakit saat menjadi bantalan tadi membuatnya menjadi pusing.
Hinata menggeleng, "Na-naruto-kun S-sendiri?"
"E-enggak apa-apa Ouccchh!" Naruto berjengit kesakitan saat Hinata menyentuh bagian belakang bahunya.
Para Stalker a.k.a Paparazzi pun berjengit, senang mereka melihat Naruto dan Hinata selamat, tapi… Yang kesakitan Naruto, mereka sendiri…
"Huuuffh! Hiiiiyy!" desis mereka, sambil memegangi bahu masing-masing, mengikuti pergerakan Naruto, berjengit kesakitan.
"Gak apa-apa gimana? S-sini!" kata Hinata panik, lalu menarik tangan Naruto. Dan memusatkan Chakranya di tangan…
Hinata lalu terus mengalirkan Chakra itu di bahu Naruto tanpa menyentuhnya, lama kelamaan…
"Cukup! Udah baik kok!" kata Naruto, lalu mengusap-ngusap bahunya, tidak ada lagi rasa sakit.
Hinata mengangguk, lalu Chakra itu berangsur-angsur menghilang.
Tim Paparazzi dadakan itu menarik nafas lega, lalu menjatuhkan diri di tanah, berbaring seolah kehabisan darah dan sebentar lagi mati.
Keduanya terdiam, angin yang walau sepoi-sepoi itu membuat mereka berdua menggigil kedinginan. Baru mereka menyadari, baju mereka basah.
Naruto mencopot jubah Hokagenya, lalu mencopot baju Shinobinya. Hinata menutup kedua matanya…
Setelah beberapa lama, "Hinata?"
Hinata menyingkirkan tangannya dari mukanya, lalu mukanya merona merah.
Naruto berdiri dengan celana putih panjang, dengan sepatu kets putih, dengan kemeja putih di balik jas berwarna abu-abu semi hitam silver. Dan sebuah dasi putih manis sulaman menghiasi bagian lehernya, di depan kerah.
Cukup membuat semua orang percaya, bahwa itu bukan Naruto, terlalu tampan untuk Naruto. Ia bisa bersaing dengan Sasuke kalau seperti ini.
Hinata pun ikut membuka bajunya, Naruto membuang muka. Lalu berpura-pura sibuk dengan melipat-lipat jubah Hokagenya dan baju Shinobinya.
"N-Naruto-kun?"
Naruto menoleh dengan muka polos, dan mendapati bahwa bidadari telah berdiri di hadapannya dengan muka polos dan wajah merona.
Hinata ternyata juga memakai beberapa lapis baju di dalam bajunya sendiri, sebuah gaun sederhana berwarna ungu, tangan panjang, dengan stocking putih. Di bagian kerah baju, terdapat renda-renda bunga yang manis. Tanpa hiasan pun, sudah cukup membuat Naruto memalingkan muka.
"Emm… A-aku g-gak tahu ka-kalau Na…-ruto-kun pake baju, beberapa l-lapis," kata Hinata pelan.
"Oh, awalnya aku disuruh Sakura-chan dan Sasuke-Teme pake jas ini, tapi karena habis pelantikan kenaikan Hokage, ya jadinya… Aku pake jubah Hokage juga," jawab Naruto santai.
Hinata diam saja, matanya menerawang menatap indahnya Konoha saat malam, diiringi musik alami dan indah, dari percikan air terjun, dan dedaunan yang bergesekan tertiup angin. Lebih bagus daripada orkes musik yang biasanya dibuat oleh para Jounin macam Kakashi atau Gai.
Naruto sendiri sedang berpikir keras, apa yang harus ia lakukan?
"Eh Neji! Gara-gara kamu, mereka hampir terkena bebatuan saat longsor kecil-kecilan tadi!" omel Tenten, semua bergumam tanda setuju.
"Lah, Naruto dan Hinata-chan kan Shinobi, dan Naruto Hokage, mereka pasti bisa menghindarinya dong!" kilah Neji.
Semua membuka sepatu dan sandal yang mereka kenakan masing-masing, dan menimpuk Neji bersama-sama.
BAG! BUG! BAG! BUG! BAG! BUG!
Begitu, dan mereka terus memukul Neji berulang-ulang, tanpa kecuali.
"Neji! Kau itu membahayakan nyawa Hinata tahu! Nanti kalau Hinata gores sedikit saja, bagaimana pertanggung jawabanmu dengan Tou-sannya?!" kata Kiba kesal.
Neji sendiri berusaha melindungi tubuhnya yang kena timpukan dari para sepatu dan sandal.
Tenten dan Lee sedikit memihak pada Neji, "Jangan ingatkan itu lagi dong bodoh!" kata Tenten, dan menjitak Kiba. Lee hanya manggut-manggut menyetujuinya.
Semua mulai menghentikan pukulan mereka, bahkan Shikamaru yang juga ikut memukul Neji malas-malasan.
"Kita berdua kan tidak hanya berpikir dari sisi Hinata! Tapi juga dari sisi Neji sendiri," kata Kiba, lalu melirik Shino minta bantuan.
"Hinata terluka, sekali terluka tetap saja terluka. Jika itu terjadi, pastinya para tetua klan Hyuuga akan… Yah, pokoknya lebih parah daripada sekedar nimpuk Neji pake sepatu dan sandal," kata Shino panjang lebar.
"Menyakiti Neji, memarahi Neji, dan lain-lain. Rugi dong Neji dan Hinata! Hinata luka, Neji pun juga!" tambah Kiba.
Semua manggut-manggut mengerti, kecuali Shikamaru, Sasuke, Sai dan Kakashi. Tanpa dijelaskan pun, empat orang ini sudah mengerti.
"Sankyuu, kalian peka juga yah…" kata Neji, Kiba dan Shino hanya mengangguk.
Kini yang paling dekat untuk mengawasi Naruto dan Hinata adalah Shikamaru, Sasuke dan Sai. Mengawasi mereka dari jauh.
"Em, mataku masih belum rabun, tapi, itu siapa? Naruto dan Hinata mana?" tanya Sai heran. Menunjuk ke arah dua orang dengan seragam bukan untuk Shinobi, terduduk di padang bunga yang indah itu.
Sasuke dan Shikamaru ikut memicingkan mata, "Em, gomen ne, Sasuke, tapi sepertinya yang laki-laki itu, lebih darimu deh!"
Sasuke mengerutkan keningnya, dalam hati ia membenarkan perkataan Shikamaru. Uchiha akhirnya mengalah.
Kakashi yang berada paling pinggir, dekat dengan tebing bebatuan, mengangguk-nganggukan kepalanya. Membuat Shikamaru, Sasuke dan Sai sweatdropped.
"Sensei!" panggil Sasuke.
Kakashi malah merubah gerakan kepalanya, menjadi geleng-geleng.
"Kakashi-san!" panggil Sai, sedikit lebih kencang.
Kakashi kembali merubah gerakan kepalanya, menjadi berputar-putar kecil layaknya orang yang kehilangan kewarasannya.
"Kakashi-Sensei!" panggil Shikamaru juga.
Kakashi tetap tidak menoleh, Shikamaru mendekati Sasuke dan Sai, setelah berbisik-bisik, ketiganya mendekati Kakashi…
"KAKASHI-SENSEI!!!" desis mereka tajam dan mengerikan, dan lumayan kencang.
Semua menoleh pada empat orang itu, Kakashi ikut berpaling dengan muka tanpa dosa, melihat ke arah tiga orang yang tadi memanggilnya.
Kakashi mencopot sesuatu yang ia gunakan sedari tadi, saat mulai menonton drama. "Ah, ada apa?"
Shikamaru, Sasuke dan Sai menahan diri untuk tidak menyerang dengan cara memukul Kakashi.
"Dari tadi kita panggil-panggil, gak jawab-jawab, dan tidak membaca buku Icha-icha juga, jadi, apa yang kau lakukan Sensei?" tanya Shikamaru tajam.
"Mendengarkan musik?" jawab Kakashi ragu. Lalu mengeluarkan sebuah tape kecil dari saku rompinya.
"Pake earphone? Memang bisa yah?" tanya Sai dengan senyum kau-tahu-apa.
"Iya bisa, aku juga tidak tahu kenapa bisa, ini hadiah dari Tsunade-sama, setelah mengerjakan misi tingkat S kemarin, entah kapan," jawab Kakashi.
"Tumben Tsunade-sama begitu berbaik hati memberikan hadiah kepada seseorang," kata Shikamaru.
"Tidak lebih daripada yang ia berikan pada Naruto," kata Sasuke.
"Earphone-nya bisa dicopot gak Sensei?" tanya Shikamaru, Kakashi mengangguk. Lalu mencopot earphone, suara itu langsung membesar seketika.
Siapa
bilang kita takut. 'pala kita memang paling batu,
Anak
metal ngangguk-ngangguk,
Anak
dugem ayo geleng-geleng!
Mendengar suara super
kencang itu, semua tergopoh-gopoh menghampiri Shikamaru, Sasuke dan
Sai yang langsung terlonjak ngeri, suara tape itu seperti suara
Tsunade saat sedang marah.Kakashi menekan satu tombol dengan tulisan 'off', dan tape itu, mati seketika.
Semua menghela nafas lega, "Haduuh! Kalian ini ngapain sih? Nanti kalau ketahuan gimana?" omel Sakura.
"Kencang sekali suaranya!" Chouji mengusap-ngusap telinganya.
"Kaget aku!" kata Lee, tanpa slogan semangat masa muda.
Shikamaru segera menoleh ke padang bunga, kelihatannya, Naruto dan Hinata juga menyadari suara kencang tadi.
Semua yang berada di atas air terjun itu, saling berpandangan ngeri. "Kami-sama, mudah-mudahan Hinata tidak memakai Byakyuugan," doa semuanya.
.
.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
.
.
"Hinata, mendengar
sesuatu tidak?" tanya Naruto, lalu celingak-celinguk mencari sumber
asal suara.Hinata mengangguk, "S-seperti suara musik, y-yang hangar… b-bingar."
Naruto menoleh ke arah air terjun, ada sesuau berwarna abu-abu keputih-putihan menyembul dari situ, "Mencurigakan."
Naruto dengan cepat melempar kunai yang terdapat di lengan jasnya. Melempar kunai ke sesuatu entah-apa-itu, yang berwarna abu-abu keputih-putihan.
"Senseiiii! Awaaaaaaaaasssssssssssss!" desis Sakura, yang lain menahan nafas ngeri.
Kakashi dengan polos mengangkat wajahnya, sebuah kunai yang mengkilat menuju ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Sebelum Kakashi sempat bergerak.
JLLLLEEEBBB!!!
Kunai itu nyangkut di sandal yang dilemparkan Lee, dan tembus, ujungnya mengenai hidung Kakashi.
Kakashi segera mundur, "Rambutmu sih mencolok, coba seperti Shikamaru, Sasuke dan Sai, mereka tidak akan mudah terlihat!" kata Shizune.
"Wah! Naruto hebat! Lemparan kunai penuh semangat masa mudaaa!" kata Lee semangat. Dan mengambil sandalnya, serta mencopot kunainya.
Semua menarik napas lega, "Ya ampun, ini sangat mengerikan!" kata Kiba, dan pura-pura mempunyai penyakit asma, dan asmanya seolah-olah kambuh.
"Menegangkan sekali sih~!" keluh Ino.
"Seruuu!" kata Lee.
"Syuuuutt!" desis semuanya, lalu kembali mengintip ke arah Naruto dan Hinata.
Shikamaru yang tidak begitu peduli, dan sedang melihat-lihat tape itu, menyalakan tape, lalu mengecilkan volume suaranya…
Shikamaru mendengarkan satu lagu, dan seringai tak wajar, menghiasi wajahnya.
.
.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
.
.
"Yang tadi itu apa
yah Hinata? Abu-abu, keputih-putihan, rasanya aku kenal," kata
Naruto heran."M-mungkin b-binatang lewat… B-bisa saja, y-yang t-tadi itu… K-kelinci, atau b-binatang lain…" jawab Hinata, mencoba berpikir positive.
Sebuah musik dengan iringan piano, dengan volume yang lumayan kencang, terdengar. Seakan menemani bunga yang berfotosintesis malam hari, menarikan tarian untuk tumbuh mekar menjadi bunga yang lebih indah.
"Tuh kan dari situ lagi! Ah warnanya putih hitam! Seperti bajing atau tupai!" Naruto kembali melempar kunai ke arah air terjun, walau cukup jauh, tapi sampai ke atas air terjun itu, dua kunai .
Kunai Naruto tidak terlihat lagi dari padang bunga.
Para Paparazzi itu serentak berguling ke arah kanan dan kiri, tapi untung tak dapat diraih, malang yang dimakan pake tape uli.
BWWWOOSSSHHH!!!
Sebuah plastic yang awalnya menggembung, keluar anginnya, plastic itu berisi…
…keripik kentangnya Chouji. Dan isinya menghambur keluar.
Panas, dingin, merah, padam, merah lagi, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Muka jadi kerlap-kerlip seperti lampu disco, dan yang terakhir seperti warna pelangi. Muka Chouji sungguh sangat semarak
"Aa'uuww!" gumam semuanya saat menoleh ke belakang, yang beruntung, itu bukan bungkus keripik kentang terakhir.
Chouji mematah-matahkan jarinya, "Naruto Uzumaki, tunggu saja pembalasanku nanti. Kalau semua ini sudah selesai," kata Chouji, awan hitam dengan background petir menyambar-nyambar menaungi Chouji.
'Mengerikan sekali,' batin semuanya.
Dan satu kunai lagi, memakan korban. Bukan keripik kentang.0
Semua sweatdropped. Tapi perhatian semua teralih, ketika ada suara perempuan bernyanyi di bawah sana….
.
.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
.
.
Aku
yang memikirkan, namun aku tak banyak berharap.
Kau
membuat waktu ku, tersita dengan angan tentangmu.
.
Naruto tertegun, lalu
menoleh dari The Valley of End, ke orang yang ada di sebelahnya,
suaranya mengalun lembut… Dan nampak ia tidak khawatir asal suara
iringan piano cempreng itu darimana.Naruto merebahkan dirinya di atas padang rumput, dan menggunakan lengannya, sebagai bantalan, mendengarkan suara merdu, temannya malam ini…
Teman? Maunya sih tidak…
Seulas senyum sedih, melengkung di wajah Naruto, mata biru Sapphire itu terpejam.
'Anak bodoh' Kyuubi yang tidur dengan suara dengkuran tidak merdu itu, ngelindur. Naruto agak kesal karenanya.
'Dia, ada yang ia pikirkan Kyuubi, di setiap waktu, seseorang…' kata Naruto, pada Kyuubi yang sebenarnya ngelindur.
'ZZZZZ… Ntar kamu juga tahu, tanya aja sih, orangnya siapa, gitu aja kok repot. ZZZZZ,' jawab Kyuubi di sela tidurnya.
Naruto yang berada di depan kerangkeng Kyuubi terpaku, Kyuubi tidur. Kok masih bisa bicara yah?
.
Kucoba
lupakan, tapiku tak bisa, mengapa…
Begini…?
.
Dari sudut tim
Paparazzi, Shikamaru sudah jatuh tertidur, saking lembutnya itu
suara, Neji, Kiba, Tenten, Sakura dan Ino bertepuk tangan
pelan-pelan, terkekeh-kekeh senang.Sasuke, dan Shino diam.
Shizune dan Kakashi sibuk mengobati kepala Lee. "Untung saja kunainya hanya menggores belakang kepalamu, Lee, bagaimana kalau menancap di kepalamu?" tanya Shizune.
"Ahahaha, segini hanya luka kecil kok!" jawab Lee yang kepalanya kini diperban Shizune.
"aku tidak tahu apa yang Gai ajarkan padamu Lee, tapi cukup mengerikan," komentar Kakashi, lalu geleng-geleng.
Setelah pengobatan selesai, Lee bergabung dengan orang yang sedang punya mood awan hitam. Dan memakan keripik kentangnya, dengan penuh kecepatan tinggi.
"Naruto Uzumaki, walaupun kau Hokage… Tunggu saja pembalasanku! Hyahahahahaha!" tawa ala psychopath cukup menggelegar dengan background ombak yang bergulung-gulung, awan hitam yang tebal, hujan yang seperti badai, dan petir menyambar-nyambar. Berasal dari Lee dan Chouji.
"…"
"…"
"Matikan backsound jelek itu, Sai, dan hilangkan lukisanmu itu," kata Kakashi dengan alis terangkat sebelah, harap maklum.
Sai tersenyum mengerikan, lalu menghilangkan lukisan serta mematikan backsoundnya.
Shizune dan Kakashi sweatdropped.
.
Mungkin
aku bermimpi… Menginginkan dirimu.
Untuk
ada di sini menemaniku…
.
Hinata memalingkan
mukanya, tepatnya menyembunyikan mukanya dengan memandang ke arah air
terjun The Valley of End.Kalau boleh ia berkata jujur, mungkin ia hanya akan menganggap ini semua mimpi.
Bisa berada di tempat yang indah, dengan dia. Dulu, semua itu, adalah khayalan yang terdapat di angan Hinata.
Terlalu tinggi angan itu diraih, karena percuma, sama saja dengan menggenggam awan, begitu lembut, tapi tidak tergenggam, menghilang menjadi serpihan…
Membasahi bumi dengan titik-titik air… Hujan, hujan air mata…
'Kami-sama, jika esok pagi akan datang, biarlah waktu berhenti sesaat di malam ini.
Kami-sama, jika ini semua hanya mimpi, jangan biarkan aku terbangun dari mimpi indah ini…
Kami-sama, jika ini memang nyata, bisakah engkau tidak merenggut waktuku…
Yang selalu aku khayalkan, dengan dia?' doa Hinata dalam hati.
'ZZZZ… Tuh-kan-benar-apa-kataku… ZZZ… Dia ingin kamu ada di sisinya, bocah. Siapa yang menemani seorang gadis dari klan Hyuuga yang sekarang sedang bernyanyi begitu merdu?... ZZZZ,' kata Kyuubi panjang lebar.
Naruto mendengus kesal, 'Kamu tidur apa tidak sih, Kyuubi? Yang menemani? Aku…'
'ZZZZ… Pergunakan otakmu yah, bocah. Gunakan daya analisismu, selain untuk menganalisis rasa ramen. Lanjutkan perjuanganmu, lebih cepat lebih baik! ZZZZZZ…' Kyuubi kembali jatuh tertidur.
Naruto mendengus kesal. 'Mungkin saja kan, dia ingin ada orang lain yang ia… Sayangi… Menemaninya di tempat seindah ini.'
'Tuh-kamu-ngerti! Coba kamu berkaca diri, siapa yang sekarang sedang menemani gadis itu?' Kyuubi pun bangun dengan mata merem-melek.
'Kan sudah kujawab tadi! AKU!' kata Naruto tidak mengerti.
Kyuubi kembali mengambil posisi nyaman untuk tidur, lalu menghembuskan napas panjang. 'Sudahlah, biarkan saja waktu berjalan… Dan membantumu untuk mengerti, buang-buang waktu saja diriku ini. Bye bye! Berjuanglah, ZZZZZZ…' Kyuubi kembali jatuh tertidur.
Naruto membuka matanya.
.
Oh,
mungkinkah kau yang jadi…?
Kekasih
sejatiku…?
Semoga,
tak sekedar harapku.
.
Naruto tersenyum, lalu
tepuk tangan. Tapi ada yang ia pikirkan, mungkinkah orang yang
dimaksud Hinata itu……Dirinya?
Malam-malam menjelang pagi seperti ini, memang waktunya tidur, membenamkan diri dalam kehangatan pulau kapuk.
Tapi ia tidak tidur. Dan ini bukan di pulau kapuk alias bantal dan tempat tidur.
Atau yang ia harapkan itu… Benar-benar orang lain?
.
Kucoba
lupakan, tapiku tak bisa.
Mengapa…
Begini?
Oh
mungkinkah ku bermimpi? Menginginkan dirimu…
Untuk
ada di sini, menemaniku…
Oh
mungkinkah kau yang jadi, kekasih sejatiku…
Semoga,
tak sekedar harapku.
.
Sudut tim paparazzi,
"Shino, pake mak erot gih!" bisik Kiba."Buat apa?"
"Psssttt… Pssstt…. Pssssstt!!!"
"Oh, ide bagus."
.
Bila,
tak menjadi milik ku,
Aku
takkan menyesal telah…
Jatuh
hati…
.
"Cinta tak harus
memiliki…" kata Naruto, teringat lagu yang sempat ia dengar tadi.
"Hah! Benar, juga!""aku takkan menyesal telah jatuh hati…" gumam Naruto, ikut bersenandung pelan, dengan Hinata.
'Benar, lagu ini cocok denganmu kan, Naruto-kun?
Kau jatuh hati, dan kau tidak menyesalkan? Jatuh hati padanya…
Begitupun aku, kepadamu…'
.
Oh
mungkinkah ku bermimpi, menginginkan dirimu.
Untuk
ada di sini menemaniku,
Oh
mungkinkah kau yang jadi, kekasih sejatiku…
Semoga,
tak sekedar harapku…
Semoga
tak sekedar harapku…
.
Suara musik itu pun
menghilang, dimatikan oleh Shikamaru, dan menunggu perkembangan
selanjutnya.Shino sedang menulis sesuatu, Kiba terkekeh-kekeh membacanya. Semua mendekat ke arah Shino dan Kiba.
Shino sedang menulis percakapan Naruto dan Hinata.
"Hah? Tahu darimana Shino? Ngarang yah?" tanya Ino sok tahu.
"Ya enggaklah! Shino kan punya serangga tuh, nah serangganya dikirim, ke dekat Naruto dan Hinata… Mendengar pembicaraan mereka… Gituloh! Kan kalau dari sini, kita tidak terlalu mendengar… Dan Shino menerjemahkan bahasa serangga, ke bahasa manusia," jawab Kiba panjang lebar.
Semua manggut-manggut mengerti.
.
.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
.
.
"Horeee! Yeeeii! Aku
tidak tahu kalau Hinata-chan bisa bernyayi sebagus tadi!" kata
Naruto dengan tawa riangnya, dan bertepuk tangan heboh."B-biasa s-saja… Naruto-kun."
Kalimat-kalimat itu, sudah dipersiapkan Naruto.
"Emm… Hinata-chan, aku boleh bertanya sesuatu tidak?" tanya Naruto hati-hati.
Hinata mengangguk, dan membenarkan posisi duduknya.
Naruto menggaruk-garuk belakang kepalanya yang sebenarnya tidak terasa gatal, "Hinata-chan ingin bersama seseorang yah? Malam ini."
Hinata tertegun, "M-maksudnya?"
Naruto membuang napas panjang, "Maksudku, sama orang yang Hinata sayangi gitu… Mungkin pacar?" tanya Naruto, dan menyembunyikan kegugupannya.
BLLUUSSHH!!!
"T-tidaaak! A-aku belum p-punya pacar Naruto-kun!" bantah Hinata cepat-cepat.
Naruto terdiam, "Belum? Benar?"
Hinata mengangguk cepat-cepat.
Ada rasa senang yang membuncah di dada Naruto, walaupun masih ada sedikit rasa keraguan yang belum tertepis.
'ZZZZ… Naruto in action, don't worry be happy…. ZZZ.' sahut Kyuubi tidak jelas.
"Oh, gomenasai. Kukira kamu sudah punya… Dengar-dengar sih, kalau gak Shino ya Kiba…" kata Naruto, berusaha bersikap santai, dengan ikut menjadikan Shino sebagai objek penderita. 'Mati kau, Kiba.'
Di tempat lain…
Shino mencekik Kiba sepenuh hati, "Uhuukk! Uhukkk! Lepaskan! Tulis kelanjutannya! Ada apa denganmu, Shino? Uhukkk!" seru Kiba sesak.
Setelah membenarkan kacamatanya, Shino kembali menulis, dan semua mengerti maksud dari 'cekikan' Shino tadi.
Kembali ke padang bunga yang indah…
"Tidak! Mereka hanya sahabatku! Rumor yang beredar itu tidak benar!!!" kata Hinata cepat-cepat, takut Naruto salah paham.
Naruto tersenyum, lega, lega, lega, lalu tertawa… Tertawa lepas.
"Kenapa tertawa?" tanya Hinata polos.
"Hinata-chan sudah tidak gagap lagi! Senang deh mendengarnya! Hahahahaha!" kata Naruto, lalu tertawa lega.
"Hampir semua orang yang kutemui, tidak ada yang mau mendengarkan perkataanku, sampai aku selesai bicara… Hanya Naruto-kun yang mau mendengarkan dengan sabar!" kata Hinata, dengan perasaan lega. Melihat keceriaan yang sudah kembali ke Naruto lagi. Dan mengeluarkan sifat yang tidak pernah ia keluarkan di depan orang lain.
Inilah, sosok yang ia cintai, sudah kembali seperti semula.
"Sankyuu, aku jadi terharu nih… Hehehehehe," Naruto kembali mengeluarkan cengiran khasnya yang sempat lenyap sepanjang hari ini.
Setelah tawa itu menghilang, Naruto berdiri dan melakukan peregangan otot-ototnya.
Naruto menatap Konoha yang bercahaya dalam kegelapan, lalu berkata lirih dan dapat didengar Hinata.
"Hinata, masih ingat yang kau katakan waktu itu?"
Hinata ikut berdiri, dan menatap Naruto dari belakang.
"Maksudnya?"
"Yang kau katakan, saat nyawaku nyaris menghilang…"
Hinata berpikir sesaat, "R-rasanya tidak ada…"
"Bolehkah aku membalas perkataanmu?" tanya Naruto lagi, kini berbalik menghadapi Hinata.
"aku tidak tahu…" jawab Hinata lemah.
"…"
"…"
"Aishiteru… Hinata."
'Kami-sama, kau tidak berbohong padaku kan? Ini bukan mimpi kan?'
Tes…
Tes…
Tes…
Satu tetes, dua tetes… Dan air mata itu turun semakin deras. Titik-titik air itu menari diterbangkan angin, ditemani bunga-bunga dengan suara gemericik air terjun sebagai musik.
Naruto panik, "Emm! Kalau kau sudah ada yang lain, lupakan saja perkataanku tadi! Yah? Yah? Anggap saja kita sahabat selamanya…"
Sakit, mengatakan ingin menjadi sahabat itu sakit… Sakit sekali hati ini.
Yang paling susah, saat mencintai seseorang, bukanlah saat ia berada jauh darimu…
Tapi saat ia dekat denganmu… Dan kau tidak tahu bagaimana perasaannya terhadapmu.
"Jangan, hiks… Jangan tarik kata-katamu tadi, hiks…" bisik Hinata lirih. Naruto terdiam.
"Kamu, tidak… Hiks… Bohong kan?" tanya Hinata, bahunya bergetar. Suaranya pun bergetar.
Naruto menaruh kedua tangannya di bahu Hinata, "Masa jadi Hokage, pembohong sih?" kata Naruto, dengan cengiran setengah hati dan irama jantung yang seolah sedang berdisco.
"Aishiteru, aishiteru…" balas Hinata lirih… Naruto tersenyum lega…
Kalau bisa, ia ingin melompat lebih tinggi, hingga dapat menyentuh langit malam, meraih satu bintang…
Menjatuhkan bintang, bertanya, serta meminta satu permohonan.
'Ini nyata… kan?'
Buat apa menjatuhkan bintang, meminta sebuah permohonan… Jika permohonan itu sudah terkabul?
Tapi dengan itu, kau terus berharap, sehingga keajaiban pun datang… Kala kau tak berhenti berharap.
.
There
can be miracle, when you believe?
Through
hope is frail, is hard to kill.
Who
knows what miracle?
You can
achieve
When
you believe? Somehow you win…
You
will when you, believe?
.
"Hinata, mau
mendengarkan sedikit kata dariku tidak?" tanya Naruto lembut, mata
Sapphire-nya bertemu dengan mata Amethyst Hinata.Hinata hanya mengangguk. "Janji, bersamaku terus?"
"Sampai kapanpun…"
Naruto menarik napas, rangkaian kata yang sudah ia siapkan, sedari tadi.
"Thank you for loving me.
Treat like love wanna be…
Promise it will never end, through good and bad time…
Thank you for loving me…
Gave all your love, just for me.
Nothing that I could give…
Just all the love in me."
Naruto memeluk Hinata, dan Hinata pun balas memeluk Naruto.
Bulan bersinar semakin terang, walaupun sinar bintang tidak seterang bulan, tidak ada bintang… Bulan tidak akan bisa indah. Menari di setiap malam bersama bintang. Mengindahkan malam dengan secercah cahaya.
Sama seperti tadi, bunga-bunga kembali diterbangkan angin, menyebarkan keharuman penentram hati…
Sayangnya, tidak bisa berlangsung lama.
"YEEEEEEEEEAAAAAAAAAHHHH!!!"
Teriak sekumpulan orang, mereka melompat-lompat gembira dan saling berpelukan.
Tidak salah memang, jika kau melompat-lompat dan berpelukan bersama karena gembira, tapi ada kesalahan, jika kau melompat di pinggir tebing, berhati-hatilah… Karena…
KRSAAK, KRSAAAAK KROOSSSH!!!
Tebing itu rapuh, tidak kuat dan kau bisa terjatuh.
"WOOOOAAAHHHHH!!!" teriak semua orang itu, dan satu-satu semua terjatuh ke tempat terdekat.
Jika kau jatuh dari atas, pasti semua akan terjatuh ke bawah. Itu adalah hukum gravitasi.
GELUNDUNG! GELUNDUNG! GELUNDUNG! GELUNDUNG!
BYUUUUURR! BYUUUURRR! BYUUUUURR! BYUUUUURR!
CPLLAASSHH! CPLASSSSSH! CPLAAASSSH! CPLAAAAASSH!
Semua orang yang tadi bergembira kini masuk terjatuh ke air, dan air-air itu menjadi beriak dengan dahsyat.
Naruto melepas pelukannya, lalu menarik Hinata ke The Valley of End.
Semua berenang ke samping, ke tempat apapun yang bisa dijadikan pegangan. Berenang ketepian. Dengan sekujur badan basah semua.
"Hah? Teme? Sakura-chan? Kakashi-Sensei? Sai? Shizune-sensei? Shikamaru? Kok kalian ada di sini?" tanya Naruto, kaget bukan kepalang, ketika kepala-kepala mereka tersembul dari air, dan terengah-engah. Berpegangan di tepi.
"Ah? Neji Nii-san? Yang lain?" tanya Hinata juga ikut kaget, melihat Neji dan yang lain juga mengeluarkan kepalanya dari air sungai, yang beraliran tidak terlalu deras di bagian pinggirnya.
Semua naik ke tepi, dan duduk mengatur napas masing-masing.
"Kok, bisa jatuh dari atas situ?" tanya Naruto menunjuk bagian atas air terjun.
"Itu sih maunya Neji," jawab Shikamaru malas. "Mendokusei."
"Lalu, kenapa kalian semua bisa ada di sini? Katanya masih mau lama di taman langit… Dan kenapa bisa ada Kakashi-Sensei dan Shizune-Sensei?" tanya Naruto heran.
"Tadi kita bertemu dengan Kakashi-Sensei dan Shizune-Sensei… Mereka juga mau ikut ke sini," jawab Sasuke datar.
"Sejak kapan kalian semua ada di sini?" tanya Naruto lagi, tidak sadar ia masih bergandengan tangan dengan Hinata.
"Semenjak kau bertemu dengan Hinata? Di sisi air terjun dan padang bunga itu?" jawab Sakura ragu.
Semua Shinobi yang ada di seberang, memusatkan chakra di kaki, dan menyebrang. Lalu bergabung dengan Naruto dan yang lainnya.
"Naruto, kau pasti mendengar nyanyian super merdu kan?" tanya Lee semangat.
"Yang mana?"
"Percayalah kasih, cinta tak harus memiliki…" senandung Lee dengan, merdu.
Naruto mengerjap-ngerjapkan matanya. "Jangan katakan itu kau, Lee! Aku tidak percaya!"
"Ah sayang sekali, itu memang aku! Kau pikir suara perempuan yah? Hohoho! Gai-Sensei kan juga mengajariku bernyanyi!" kata Lee, dengan kepercayaan dirinya.
Naruto merasakan hawa-hawa yang sangat menyeramkan, Naruto membalikan badannya. Lee dan Chouji sudah mengacungkan kunainya dengan senyum mengerikan.
"Lihat Naruto-sama, kepalaku!" kata Lee, menunjuk kepalanya yang diperban. Dan juga mengacungkan sandalnya.
"Naruto-sama, kau telah membuat keripik kentangku… MELEDAK!" kata Chouji penuh pendramatisiran.
"aku tidak tahu apa-apa. Tapi itu memang kunaiku sih…" kata Naruto innocent.
"HIIIYAAAAAAAHHHHHH!" Chouji dan Lee mengejar Naruto, Naruto segera berlari kabur. Mengejar Kiba.
"Heh? Kok jadi aku?" Kiba tancap gas. Berlari secepat-cepatnya.
"Mati kau KIBAAAAAAAAA!" teriak Naruto.
Empat orang itu berkejar-kejaran seputar air terjun.
"Mendokusei," komentar Shikamaru.
"Bodoh," kata Sasuke dingin.
"Urusai," ucap Shino datar.
"Very childish," kata Sai dengan senyumnya itu.
"Shizune,"
"Ya, Kakashi?"
"Sepertinya, besok kita akan sial…"
"Haha, aku juga mengerti itu…"
Naruto masih mengejar Kiba, yang dikejar Lee dan Chouji.
"OY KIBA! DI ATAS AIR TERJUN SEPERTI TADI! BATU LONGSOR TADI! KAU BISA MEMBUNUH HINATA, TAHUUUUUU!" teriak Naruto.
Kiba berlari ke arah Neji, dan mengacungkan kunai. Neji cepat-cepat berdiridan berlari.
"SALAHKAN NEJI! DIA YANG MINTA DI ATAS SITUUU! BATUNYA JADI JATUUUH!!!" balas Kiba kesal.
"KOK AKUUU SIIIH?" teriak Neji ngeri.
"SIAAAPPAA LAGGII DOOONGGG?!"
"Hinata, selamat yaaahh!" teriak Tenten, Ino dan Sakura. Lalu memeluk Hinata. Mereka berempat berpelukan.
Kakashi dan Shizune hanya bisa saling berpandangan.
Biarlah kebahagiaan itu, terus ada… Dan tidak membiarkan sang waktu merenggut waktu itu, dengan cepat.
Walaupun semua manusia selalu berpikir, bahwa kebahagiaan itu hanya terasa sesaat… Karena itulah, satu bentuk keegoisan manusia. Yang selalu haus akan kebahagiaan.
Tidak tahukah mereka? Bahwa setiap apapun yang kita lalui, adalah sebuah ujian?
Jika tidak ada yang jatuh… Dalam setiap ujian itu, bukankah hanya dengan hal sederhana, dan untaian kata penuh makna. Walau kata-kata tajam dilontarkan… Asalkan bersama…
…sudah menjadi kebahagiaan yang tak pernah terbayangkan?
.
.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
.
.
"NARUUUTTOOO!!!
KENAPA DI HARI PERTAMAMU MENJADI HOKAGE, KAU JUSTRU SAKIIITT?!"
teriak Tsunade di kamar rawat inap Hokage. Dan berisi beberapa
Shinobi seangkatan dengan Rokudaime Hokage itu, semuanya masuk rumah
sakit. Dan terbaring lemah di kasur masing-masing."Hehehehehe…" Naruto hanya menampakan cengirannya. Yang membuat Tsunade meremas-remas tangannya.
"Ne, Tsunade-sama, aku dan Kakashi membawakan sesuatu yang sangat bagus untukmu!" Shizune menyerahkan selembar kertas.
"Bagus banget Tsunade-sama!!!" seru para Kunoichi diketuai oleh Sakura.
Tak perlu waktu lama, Tsunade sudah selesai membacanya. "Ya ampun Hinata, aku saja tidak tahu kalau Naruto begitu romantis…" kata Tsunade geleng-geleng.
Ruangan itu penuh dengan suara tawa, dan Hinata membenamkan wajahnya yang memerah, di kasur tempat Naruto yang sakit, berbaring.
.
.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
.
.
KENAPA JADI ENDING
GAJEBA-gak jelas banget-BEGINII?!?!?! HIKSU~ HIKSU~ HIKSU!Oh iyah, kepada semua yang sudah mereview, terima kasih banyaaakkk! *peluk-peluk semuanya yang udah review*
Light terharu~ hiksu~ huweeee~! Tapi maaf yah, karena banyak banget yang review kali ini, Light gak bisa bales satu-satu~! Oh iyah, makasih juga untuk semua yang sudah meng-add macam-macam…
Oh iya, untuk semua Readers yang menunggu "Hujan Dan Love at First Sight," sama "Akhirnya," nanti insyaallah Light update! Obatnya udah bereaksi nih… Setiap dua jam, bangun, minum obat deh!
Once again, thank you very much! *peluk-peluk semua yang udah baca ataupun review*
Oh iya juga, kemaren ada yang minta request fict KakaShizu? Kalau ada yang mau, silahkan menyampaikan kembali requestnya! Mau real story Naruto, atau AU?
Dan… Sampai berjumpa di karya Light yang lain~!
.
Salam
berkilau biru, bertabur bunga melati,
With the
smile,
.
Light-Sapphire-Chan
.
P.S: tak ada kata
terlambat untuk review, ataupun con crit, ataupun flame.: Untuk semua NaruHina Lovers!
Jangan berhenti untuk membuat fict NaruHina! KRISIS FICT NARUHINA~!!!
-Krisis moneter kali-
0 komentar:
Posting Komentar