fanfic Naruto Part 7

Sabtu, 03 November 2012
Chapter 7 : 'Kami tak akan menyesal'
Jam istirahat, Konoha High School…
"Teme! Teme! HOI TEMEEE!" panggil Naruto pada Sasuke yang saat ini sedang menulis sesuatu.
"Hn?" rasppon Sasuke singkat.
"Kau lihat Hinata-chan?" tanya Naruto.
"Tidak, kenapa kau tidak tanyakan saja pada si Baka itu?" kata Sasuke melirik kearah Neji, sedangkan Neji hanya menatap sinis Sasuke.
"Dia juga tidak melihatnya!" ucap Naruto sebal.
"Kenapa kau begitu sewot sih Dobe? Memangnya kenapa kau mencarinya? Si Teme itu saja tidak mencari-cari pacarnya!" ucap Neji ketus.
"Hei, kenapa kau memasuk-masukan namaku? Kau sendiri juga tidak memperdulikan pacarmu!" elak Sasuke menghentikan aktivitas menulisnya.
"Sudah, sudah! Kalian itu sama saja!" kata Naruto melerai Sasuke dan Neji.
"Diam kau bodoh!" kata keduanya bersamaan.
"Siapa yang kau panggil bodoh, hah?" tanya Naruto mulai marah.
"Terserah apa katamu!" kata Neji seraya meninggalkan Naruto.
"Cih! dasar menyebalkan!" gumam Naruto melipat tangannya di dadanya. Sasuke tidak mengubrisnya.
Yah… sudah dua minggu berlalu, sejak ke-tiga sekamar itu pacaran dengan cinta sejati mereka masing-masing.
Yah, biasanya jika mereka ingin kencan, mereka harus berkencannya ber-enam agar tidak ketahuan oleh guru atau siswa manapun.
.
"Ino-chan, se,sebenarnya, aku juga sudah jadian sama Sasuke!" ungkap Sakura pada Ino yang saat ini tengah berada di taman sekolah bersama Sakura.
Mata Ino membulat sempurna, "be, benarkah?" tanya Ino yang kelihatannya masih tak percaya.
"Ya. Jadi kau tidak perlu khawatir, kalau kami akan membongkar rahasiamu dan Itachi sensei! Kerena kau juga memegang kartu ASku sekarang," ujar Sakura.
"Te,terima kasih, Sakura-chan!"
"Dan juga, sebenarnya Hinata-chan dan Naruto-kun juga sudah jadian! Begitu pula dengan Tenten-chan dan Neji-kun!" ungkap Sakura.
Mata Ino terbelalak kaget mendengar pernyataan kedua dari Sakura. "A,apa itu benar Sakura-chan?" tanya Ino ragu.
"Hn…"
"Pantas saja klian sering kulihat jalan ber-enam," jelas Ino tersenyum kecil.
"Ya," balas Sakura.
"Kalau begitu, kita sama-sama berjuang yah!" sambung Sakura sambil memegang kedua tangan Ino.
"Ya!" ujar Ino bersemangat.
.
Kamar 315… asrama putri.
"Kau sudah member tahu Ino-chan?" tanya Tenten yang nampak membaca buku di ranjangnya.
"Ya," jawab Sakura lalu duduk di atas ranjangnya.
"Oh ya, mana Hinata-chan?" sambung Sakura.
"Dia sedang ada kegiatan klub," ujar Tenten tanpa menoleh kearah Sakura dan tetap membaca buku. Sedangkan Sakura hanya meng-oh-riakannya.
"Aku mau keluar dulu," ujar Tenten seraya meninggalkan Sakura.
.
Perpustakaan sekolah,
"Lama!" protes Neji yang saat ini sedang memaca buku.
"Hehe~ maaf,maaf!" kata Tenten sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu lalu duduk di samping Neji.
Hening…
"Sudah dua minggu ya…" ujar Tenten memecah keheningan.
"Dua minggu apanya?" tanya Neji tanpa menoleh sedikitpun.
"Kita sudah jadian selama dua minggu bodoh! Kita ber-enam!" jelas Tenten agak kesal.
"Kau menghitungnya?"
"Yaaa~"
"Bodoh!"
"Apa katamu?"
"Kau bodoh!"
Pertengkaran mereka pun dimulai.
.
Kantin sekolah.
"Enak Hinata-chan!" puji Naruto memakan ramen buatan Hinata.
"Te,terima kasih Naruto-kun!" kata Hinata tersenyum kecil dengan wajah yang memerah.
"Aku tidak tahu kalau kau bisa masak…"
"Narutoooo!" kata Hinata agak kesal.
"Hehe!~ aku hanya bercanda!"
Yah, kedua kekasih ini bisa dibilang 'penggila makan.'
.
Sementara itu, asrama putri, kamar 305.
"Bosaaaaan!" keluh Sakura merebahkan tubuhnya di kasur. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Dia pun melihat ponsel itu dengan malas. Mata emeraldnya sedikit berbinar ketika melihat sebuah nama tertera di monitor ponselnya.
"Moshi-moshi Sasuke-kunnn!" sapa Sakura menempelkan ponselnya di telinganya.
"Hn," respon Sasuke, sang penelpon.
"Ada apa kau menelpon?" tanya Sakura.
"Di mana Tenten dan Hinata?" tanya Sasuke.
Wajah Sakura langsung terlihat sebal mendengar pertanyaan Sasuke. "Kenapa kau bertanya soal mereka? Mereka sedang pergi!" ujar Sakura dengan nada sebal.
"Bagus." Ujar Sasuke lalngsung menutup telponnya.
"Apaan sih?" kesal Sakura. Dia masih heran, kenapa Sasuke bertanya tenteng dua sahabatnya itu.
Sakura pun kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
Tiga menit kemudian, Sakura mendengar pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.
Dengan malasnya Sakura lalu menuju pintu itu dan membukanya. Matanya terbelalak kaget ketika melihat Sasuke saat ini sedang berdiri di depannya.
Sakura dengan sigap menarik Sasuke kedalam agar tidak ada yang melihatnya.
"Kau ini apaan sih?" protes Sasuke.
"Kau sedang apa di sini? Kau akan mati kalau sampai ada yang melihatmu pergi ke asrama putri!" omel Sakura.
"Aku ingin bertemu denganmu!" ucap Sasuke dengan wajah tanpa dosa, sukses membuat rona merah di pipi mulus Sakura.
"Ka,kalau begitu aku akan buatkan teh," ujar Sakura lalu meninggalkan Sasuke.
.
Di perpustakaan.
"Naji-kun, apa kau tidak bosan, belajar terus?" tanya Tenten membuka obrolan.
"Hn…" Neji nampak berpikir sejenak. "Mungkin aku sedikit bosan," sambungnya.
"Terus, kenapa kau terus-terusan belajar?"
"Aku juga tidak tahu!"
"Huh!" kesal Tenten.
"Tapi… aku tidak menyesal…" sambung Neji. Tenten hanya menatao Neji dengan tatapan heran. "Tidak menyesal?" tanya Tenten.
"Karena belajar, aku bisa masuk sekolah ini, dan bertemu denganmu!" jelas Neji menyembunyikan sedikit rona merah di pipinya.
Wajah Tenten juga langsung memerah mendengar pernyataan Neji.
Neji lalu menoleh kearah Tenten, dan menatapnya tajam. Sedangkan Tenten hanya membalas tatapan Neji dangan semu merah di wajahnya.
Semakin lama, Neji semakin mempersempit jarak antara wajah mereka.
Semakin dekat…
Dekat…
Dan akhirnya, bibir mereka saling bersentuhan dengan lembut.
Ciuman lembut itu berlangsung cukup lama. Tiba-tiba seorang wanita dewasa berambut biru, yang di kenal sebagai Anko, guru sejarah, lewat dan melirik kearah mereka berdua.
"HEI! APA YANG KALIAN LAKUKAN?" bentak Anko kepada Neji dan Tenten. Mereka berdua langsung menghentikan ciuman mereka lalu memisahkan diri dengan wajah yang bersemu merah.
.
Di kantin.
"Waaaah! Kenyaaaang!" kata Naruto setelah menyantap habis ramen buatan Hinata. Hinata hanya tersenyum kecil melihat tingkah Naruto yang masih kekanak-kanakan.
"Naruto-kun, wajahmu itu masih belepotan kuah ramen!" tegur Hinata lalu seraya membersihkan sekitar bibir Naruto.
Mereka lalu berpandangan sejenak.
Hinata pun menghentikan aktivitasnya dengan wajah yang semerah tomat. "Go,gomenasai, Naruto-kun! A,aku tidak sengaja" ujar Hinata memegang kedua pipinya yang ia rasa memanas itu.
"Hahaha~ kau itu polos sekali Hina-chan!" cengir Naruto mengacak-acak rambut bagian atas Hinata.
"Narutooo-kun!" kata Hinata menggembungkan pipinya lalu merapikan rambutnya yang telah diacak-acak oleh kekasihnya itu.
"Hinata…" kata Naruto dengan nada serius.
"Eh?"
Naruto lalu memegang dagu Hinata, dan menariknya agar mendekat pada wajah tan-nya.
"Na,Naruto-kun…" lirih Hinata memejamkan matanya erat-erat dengan wajah yang lebih merah dari yang tadi.
Semakin dekat…
Dan…
Cupp!
Naruto sukses mendapatkan firs kiss dari Hinata.
Selama ciuman itu berlangsung, sang pemilik sekolah, Namikaze Minato, entah kebetulan macam apa, dia berjalan melewati kantin sekolah. Mata sapphirenya membulat ketika melihat anak semata wayangnya itu, sedang berciuman dengan seorang gadis.
"NARUTO! DAN KAU… HINATA HYUUGA!" bentak Minato pada sepasang kekasih itu.
Dengan cepat Naruto lalu melepaskan ciumannya dengan Hinata. "To,tou-san!" kata Naruto terbelalak kaget ketika melihat seorang pria yang serupa dengannya.
.
Di kamar 315, asrama putri.
"Sa,Sasuke-kun…" kata Sakura dengan rona merah di wajahnya ketika wajah Sasuke saat ini berada kurang dari beberapa inci dari wajahnya.
Sakura dapat merasakan hembusan nafas Sasuke menabrak wajahnya.
2 cm…
1 cm…
Dan…
Sasuke pun berhasil mencium Sakura.
Tak lama setelah itu, Kurenai, lewat di depan kamar Sakura.
Mata merahnya membulat sempurna ketika melihat dua orang siswanya sedang ciuman di kamar 315.
"HEI KALIAN! APA YANG KALIAN LAKUKAN?" bentak Kurenai pada Sasuke dan Sakura.
Mereka lalu melepaskan ciuman mereka dan menatap Kurenai dengan keringat dingin meluncur dari pelipis sepasang kekasih itu.
.
.
.
BRAKK!
Terdengar suara meja yang dipukul keras di ruangan kepala sekolah, Konoha High School.
"APA KALIAN SUDAH GILA?" bentak seorang wanita berambut kuning pucat, berdada besar, tidak lain adalah Tsunade, sang kepala sekolah KHS.
Yah… saat ini, enam orang sahabat tengah berada dalam masalah besar.
Naruto, Hinata, Sasuke, Sakura, Neji, dan Tenten saat ini tengah berdiri di depan kepala sekolah mereka dengan keringat dingin menghiasi pelipis mereka. Sedangkan Minat dan Kushina berada di samping Tsunade dengan perasaan marah yang menggebu.
"Uciha Sasuke! Kau terkenal sebagai siswa teladan dan jenius di sekolah ini! Selain itu kau dari klan uciha, klan terbesar yang ada di Konoha city ini! Dan kau, Haruno Sakura, termasuk siswa jenius, dan salah satu siswa berbakat di bidang kesenian! Kalian kedapatan berbuat mesum di kamar 315 asrama putri!" tegas Kushina menatap tajam Sasuke dan Sakura.
"Hyuuga Neji, salah satu siswa teladan, jenius, dan disiplin di KHS! Apalagi kau berasal dari klan Hyuuga yang terhormat! Dan Tenten, salah satu siswa berbakat yang ada di sekolah ini, kemampuan menganalisamu yang hebat sudah di akui oleh semua guru. Dan kalian kedapatan berbuat mesum di perpustakaan sekolah!" tegas Minato menatap tajam Neji dan Tenten.
"Dan kau, Namikaze Naruto! Putra dari Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina, mendapat nilai tertinggi pada pelajaran praktek olahraga! Dan Hyuuga Hinata! Seorang siswi baru, juga berasal dari klan Hyuuga yang terhormat, bahkan putrid sulung dari Hiashi, penyumbang terbesar di sekolah ini! Dan kalian kedapatan berbuat mesum di Kantin!" tegas Tsunade menatap tajam Naruto dan Hinata.
Ke-enam sekawan itu hanya dapat diam seribu kata dengan lutut yang agak bergetar.
"Kalian tahu? Apa akibat dari perbuatan gila kalian?" tanya Kushina yang sedari tadi terlihat menahan emosinya.
Ke-enam sekawan itu hanya diam, tak berani menjawab.
"KALIAN TAHU APA AKIBATNYA?" bentak Tsunade naik darah.
"CEPAT JAWAB!" sambungnya sambil memukul mejanya lagi.
"Dikeluarkan dari sekolah…" kata Sasuke dan Neji datar membuat semua orang yang berada disitu agak kaget.
"Lalu… kalau kalian tahu itu, kenapa kalian melakukannya?" tanya Minato datar
Tak ada yang berani bicara.
Naruto lalu menggenggam erat tangan kekasihnya,Hinata. Dan itu terlihat jelas oleh ketiga orang dewasa yang saat ini berada didepannya. Hinata pun membalas genggaman Naruto.
"Karena kami saling mencintai…" ucap Naruto setelah mengumpulkan segala keberanian yang adadi hatinya.
Sontak semua yang ada disitu terkejut mendengar jawaban deri Naruto.
"Ra,rasa cinta kami… ,melebihi rasa takut pada sekolah ini…" sambung Hinata dengan wajah yang memerah.
Neji pun lalu menggenggam tangan Tenten, begitu pula dengan Sasuke sdan Sakura.
"Kami tidak akan melepaskan cinta kami," sambung Neji.
"Meski apapun yang terjadi," kata Tenten semakin mempererat genggamannya.
"Kami tidak akan pernah takut," ucap Sasuke.
"Selama kami terus bersama," sambung Sakura.
Ketiga petinggi KHS itu tersontak kaget dengan jawaban yang diberikan oleh siswanya.
Hening…
Tsunade nampak tersenyum, membuat ke-enam sekawan itu terkejut.
"Aku salut…" puji Tsunade menyembunyikan ekspresi wajahnya.
"Baiklah, kalian harus di beri hukuman berat!" sambung Tsunade.
"Yang pertama, kalian harus membersihkan koridor sekolah!" kata Kushina.
Keenam sekawan itu naampak terkejut. Membersihkan koridor sekolah yang super duper luas ini? Tapi mereka tetap tenang dan semakin mempererat genggaman tangan mereka.
"Yang kedua, kalian harus membuat laporan, minimal 30 lembar! Temanya bebas, harus dikumpulkan paling lambat satu minggu! Kalau tidak, kalian akan mendapat hukuman yang lebih berat lagi!" ujar Tsunade.
Wajah Naruto langsung pucat pasi mendengar hukuman kedua ini. Dia lebih suka membersihkan koridor sekola dari pada harus membuat laporan semacam itu. Tapi mata sapphirenya sedikit melirik pada Hinata, dan membuat hatinya lebih tenang.
"Lalu yang terakhir," ucap Minato dengan wajah tegas sukses membuat ke-enam sekawan itu dilanda ketakutan, penasaran, sekaligus deg-degan.
"Selamat, atas kalian!" ucap Minato tersenyum membuat semua orang yang ada disitu terkejut, termasuk Kushina dan Tsunade.
"A,ayah bilang apa?" tanya Naruto yang kelihatannya senang.
"Apa maksudmu Minato?" tanya Kushina bingung.
Minato pun tersenyum kearah Kushina. "Kalian ini! Seperti tidak pernah muda saja!" ucap Minato menunjukkan cengirannya pada Tsunade dan istrinya tercinta.
"Oke, anak-anak. Dua hukuman kalian harus segera di lakukan! Dan, kalian tidak boleh mengulanginya lagi!" ujar Minato.
Tsunade dan Kushina masih bingung dengan keputusan sang pemilik sekolah. Membiarkan siswanya pacaran? Bukan itu sifat Minato.
"Dan kalian tidak boleh bermesraan jika sedang berada di wilayah sekolah. Baiklah, kalian boleh pergi!" sambung Minato.
Naruto,Sasuke,Neji,Hinata,Sakura, dan Tenten pun menunduk hormat lalu meninggalkan tempat itu. "Waaah! Terima kasih tou-san! Kaa-san! Tsunade-sama!" ujar Naruto lalu berlari menyusul teman-temannya. Minato hanya tersenyum dan menunjukkan jempolnya pada Naruto.
Setelah mereka pergi, Tsunade lalu berdiri dari tempat duduknya, "apa tadi yang kau lakukan?" tanya Tsunade dengan nada yang sedikit membentak pada Minato.
"Benar, apa kau sudah gila?" sambung Kushina juga ikutan marah.
"Hei,hei! Kalian jangan langsung marah begitu donk!" kata Minato nyengir-nyengir.
"CEPAT JAWAB!" bentak TsunaKushi pada Minato.
Minato lalu tersenyum menghadap ke langit, "aku menghargai keberanian mereka!" jelas Minato tetep memandang langit. Tsunade dan Kushina hanya bingung.
"Setiap kita memarahi siswa yang ketahuan pacaran, mereka pasti hanya bilang, 'kami tidak akan mengulanginya lagi' atau menyangkal. Tapi mereka berani menentang kita dengan alasan sebagus itu." Jelas Minato. Dua wanita yang ada disitu agak kaget dengan jawaban Minato.
"Terserah padamu lah!" ucap Tsunade meninggalkan ruangan itu.
"Hehe~ jadi ingat waktu muda dulu…" cengir Minato pada Istrinya.
"Yah… kau itu dari dulu tidak berubah!" ujar Kushina.
"Kau ingat tidak? Waktu itu Naruto memakan semangka, lalu kau bilang, bahwa jika dia menelan biji semangka itu, maka di perutnya akan tumbuh pohon semangka!" kata Minato mengingat masa lalunya.
"Iya, dan waktu itu Naruto menangis!" ucap Kushina tertawa kecil.
"Gadis Hyuuga itu manis juga…" ujar Minato.
"APA KATAMU?"
BRUK!
"Kau jangan pernah berpikir secepat itu!" bentak Kushina meninggalkan Minato setelah meninggalkan benjolan besar di kepala suaminya.
"Aku 'kan belum bilang bahwa aku berniat menikahkan anak kita!" gumam Minato mengelus-elus kepalanya. Ia lalu kembali tersenyum.
.
Flash Black
"Minato-sama! Ada yang ingin kukatakan!" ucap guru bahasa Jerman KHS pada sang pemilik sekolah.
"Ya, ada apa Itachi-san?" tanya Minato pada guru itu yang tidak lain adalah Itachi.
"Sebenarnya, saya saat ini tengah menjalin hubungan pada siswi sekolah ini!" ungkap Itachi tegas.
Mata Minato membulat sempurna. "A,apa maksudmu Itachi?" tanya Minato ragu.
"Ya, saya saat ini sedang berpacaran dengan siswi KHS."
Minato lalu membentak mejenya dengan keras. "APA KAU SUDAH GILA?" bentak Minato.
"Hn, saya juga pikir, kalau saya sudah gila, menjalin hubungan pada siswa saya sendiri."
"Apa kau tidak takut?"
"Setelah saya pikir-pikir, rasa cinta saya jauh lebih besar disbanding rasa takut saya." Ucap Itachi tegas.
Minato nampak terkejut mendengar pernyataan Itachi. Dia pun tersenyum kecil. "Kau boleh pergi!" ujar Minato. Itachi pun membungkuk hormat lalu meninggalkan Minato.
"Hm… anak muda jaman sekarang…" gumam Minato.
.
Flash Black end.
Minato hanya tersenyum sendiri di ruang kepala sekolah itu.
Di luar kantor kepala sekolah,
"Haaah! Legaaa!" ujar Naruto bersemangat.
"Tapi, hukuman kitaaa!" kata Hinata putus asa.
Naruto lalu merangkul leher Hinata, "tidak apa kok! Toh, kita jadi bisa bersama-sama terus!" ujar Naruto. Hinata hanya bersemu merah.
"Baiklah, sampai jumpa di koridor sekolah!" ujar Sakura lalu menarik tangan Hinata dan Tenten, meninggalkan ketiga pemuda tersebut.
"Okelah, aku juga mau istirahat dulu, lalu membersihakan koridor!" ucap Naruto meninggalkan dua sahabatnya.
Yah… dunia ini memang sempit.
Seperti kata pepatah, sahabat bagaikan kepompong, cinta bagaikan kupu-kupu. Kepompong itu akan terus berkembang hingga menjadi seekor kupu-kupu yang indah.
Apakah pemilik kamar 218 di asrama putra, dan kamar 315 di asrama putri akan mendapatkan cinta sejati mereka? Jawabannya 'IYA'
Apakah kalian akan mendapatkan cinta sejati kalian? Jawabannya 'TERGANTUNG DARI USAHA DAN KEBERANIAN KALIAN'
~FIN~

0 komentar:

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
Saya cuma seorang blogger beginner...mohon di maklumi

Pengikut